4.Sudra juga merenung dan menjalankan upacara keagamaan di rumah ada
Ada pula dalam caatur marga bberisi tentang Sloka Bhagavad Gita, 7:21
Sloka ini menggambarkan kesetiaan Tuhan terhadap setiap orang yang memiliki kepercayaan dalam dirinya.,contoh dari kitab ini yaitu
Dalam sebuah desa di India, ada seorang pria tua yang sangat beriman pada Tuhan. Ia memiliki kepercayaan yang kuat dalam ajaran agamanya dan selalu melakukan ibadah dengan penuh dedikasi. Namun, tetangganya, seorang wanita muda, memiliki keyakinan yang berbeda dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang ia anut. Meskipun berbeda dalam keyakinan agama, Tuhan tetap menghargai dan memperlakukan keduanya dengan adil. Pria tua tersebut memiliki kebahagiaan dan kedamaian dalam keyakinannya, sementara wanita muda itu juga merasa aman dan bahagia dalam keyakinannya sendiri. Tuhan memberikan berkah kepada keduanya sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing, sehingga mereka merasa lebih mantap dalam menjalani hidup mereka.
Meskipun berbeda dalam keyakinan agama, Tuhan tetap menghargai dan memperlakukan keduanya dengan adil. Pria tua tersebut memiliki kebahagiaan dan kedamaian dalam keyakinannya, sementara wanita muda itu juga merasa aman dan bahagia dalam keyakinannya sendiri. Tuhan memberikan berkah kepada keduanya sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing, sehingga mereka merasa lebih mantap dalam menjalani hidup mereka.
Dengan demikian, sloka ini mengajarkan bahwa Tuhan menghargai setiap kepercayaan dan memberikan berkah kepada setiap individu sesuai dengan keyakinannya, tanpa membedakan agama atau kepercayaan mereka.ini menggambarkan kesetiaan Tuhan terhadap setiap orang yang memiliki kepercayaan dalam dirinya.
Sloka kitab "Sarasamuccaya," berbunyi: Apan iking dadi wwang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wnang ya tumulung awaknya sangkeng sangsra, makasdhanang ubhakarma, hinganing kotamaning dadi wwang". (Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia". (Sarasamucaya I.4)., Â yang merupakan salah satu teks dalam agama budha dan hal yang kita lakukan mengenai sloka ini yaitu
1.Pentingnya Kelahiran Manusia: Sloka ini menggaris bawahi pentingnya kelahiran manusia dalam konteks perjalanan roh atau jiwa. Ini mengingatkan umat Buddha bahwa kesempatan menjadi manusia adalah kesempatan langka dan berharga untuk mengembangkan pemahaman, kebijaksanaan, dan karma positif.
2.Nimitta (Tanda): Sloka ini menyebutkan "nimitaning mangkana," yang dapat diartikan sebagai tanda atau kesempatan. Ini mengajarkan umat Buddha untuk menghargai kehidupan manusia sebagai tanda atau kesempatan untuk melanjutkan perjalanan spiritual mereka.
3.Pembebasan dari Sengsara: Sloka ini menyatakan bahwa manusia memiliki kesempatan untuk melepaskan diri dari siklus samsara (lahir-mati berulang-ulang) dengan cara melakukan perbuatan baik (karma positif) dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Dharma (ajaran Buddha). Ini menggarisbawahi pentingnya melakukan tindakan baik dan berkultivasi kebajikan.
4.Pencarian Kebajikan dan Karma Positif: Sloka ini mendorong praktisi Buddha untuk aktif mencari kebajikan dan melakukan perbuatan baik. Ini bisa diinterpretasikan sebagai dorongan untuk mempraktikkan etika Buddha, yaitu menjauhi tindakan-tindakan negatif dan melakukan tindakan-tindakan positif.