Mohon tunggu...
Luh IndahVita
Luh IndahVita Mohon Tunggu... Pelajar

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengertian Catur Marga

22 September 2023   16:30 Diperbarui: 22 September 2023   16:34 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Catur Marga berasal dari dua kata yaitu Catur dan Marga. Catur berarti empat dan Marga berarti jalan/cara ataupun usaha. Jadi catur marga adalah empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Catur Marga juga sering disebut dengan Catur Yoga Marga, Bagian-bagian dari catur marga yoga

  • Bakthi Marga, bakti marga yoga merupakan jalan atau usaha kita untuk mendekatkan diri  tuhan degan cara menunjukan bakti yang baik
  • Karma Marga,karma marga yoga merupakan jalan atau usaha kitta mendekatkan diri tuhan dengan cara  melakukan perbuatan yang baik
  • Jnana Marga ,jnana marga yoga merupakan jalan atau usaha kita untuk mendekatkan diridenga mempelajari ilmu pengetahuan
  • Raja Marga, raja marga yoga merupakan jalan tertinggi untuk mencapai moksha dalam raja marga yoga ini kita harus melakukan meditasi untuk mendekatkan diri kehadapan ida sang hyang widhi

Untuk mencapai moksha kita harus menerapkan ajaran Catur Marga dengan sungguh-sungguh

Catur  marga dalam perayaan Nyepi dan Ngembak Geni. Umat Hindu di Bali mengikuti aturan,serta aturan itu cukup tegas Salah satu tradisi yang dijalankan adalah pelaksanaan Catur Marga, yang merujuk kepada empat kelompok sosial dalam masyarakat Hindu Bali.

Brahmana: Kelompok ini terdiri dari para pendeta dan kaum intelektual yang bertugas menjalankan upacara keagaman

Ksatria: Ksatria adalah kelompok yang terdiri dari pejuang dan pemimpin. Dalam pelaksanaan Catur Marga, mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keamanan selama Nyepi.

Waisya: Waisya adalah kelompok yang terlibat dalam perdagangan. Pada hari Nyepi dan Ngembak Geni, mereka diminta untuk merenung dan bermeditasi, menghentikan sementara aktivitanya

Sudra: Kelompok ini terdiri dari masyarakat umum. Mereka diharapkan untuk merenung dan bermeditasi, serta menjalankan upacara keagamaan di rumah atau kuil. Selama Nyepi, mereka harus menjaga ketenangan dan tidak mengganggu dengan aktivitas yang berisik

Contoh Catur Marga dalam perayaan Nyepi dan Ngembak Geni melibatkan semua kelompok masyarakat tersebut.

1.Para Brahmana memimpin upacara keagamaan di pura dan memberikan ceramah spiritual kepada umat.

2.Ksatria bertugas menjaga ketertiban dengan berpatroli di jalanan

3.Waisya menghentikan sementara aktivitas mereka, toko-toko dan pasar ditutup, dan mereka merenung di tepat persembahyangan

4.Sudra juga merenung dan menjalankan upacara keagamaan di rumah ada

Ada pula dalam caatur marga bberisi tentang Sloka Bhagavad Gita, 7:21

Sloka ini menggambarkan kesetiaan Tuhan terhadap setiap orang yang memiliki kepercayaan dalam dirinya.,contoh dari kitab ini yaitu

Dalam sebuah desa di India, ada seorang pria tua yang sangat beriman pada Tuhan. Ia memiliki kepercayaan yang kuat dalam ajaran agamanya dan selalu melakukan ibadah dengan penuh dedikasi. Namun, tetangganya, seorang wanita muda, memiliki keyakinan yang berbeda dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang ia anut. Meskipun berbeda dalam keyakinan agama, Tuhan tetap menghargai dan memperlakukan keduanya dengan adil. Pria tua tersebut memiliki kebahagiaan dan kedamaian dalam keyakinannya, sementara wanita muda itu juga merasa aman dan bahagia dalam keyakinannya sendiri. Tuhan memberikan berkah kepada keduanya sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing, sehingga mereka merasa lebih mantap dalam menjalani hidup mereka.

Meskipun berbeda dalam keyakinan agama, Tuhan tetap menghargai dan memperlakukan keduanya dengan adil. Pria tua tersebut memiliki kebahagiaan dan kedamaian dalam keyakinannya, sementara wanita muda itu juga merasa aman dan bahagia dalam keyakinannya sendiri. Tuhan memberikan berkah kepada keduanya sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing, sehingga mereka merasa lebih mantap dalam menjalani hidup mereka.

Dengan demikian, sloka ini mengajarkan bahwa Tuhan menghargai setiap kepercayaan dan memberikan berkah kepada setiap individu sesuai dengan keyakinannya, tanpa membedakan agama atau kepercayaan mereka.ini menggambarkan kesetiaan Tuhan terhadap setiap orang yang memiliki kepercayaan dalam dirinya.

Sloka kitab "Sarasamuccaya," berbunyi: Apan iking dadi wwang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wnang ya tumulung awaknya sangkeng sangsra, makasdhanang ubhakarma, hinganing kotamaning dadi wwang". (Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia". (Sarasamucaya I.4).,  yang merupakan salah satu teks dalam agama budha dan hal yang kita lakukan mengenai sloka ini yaitu

1.Pentingnya Kelahiran Manusia: Sloka ini menggaris bawahi pentingnya kelahiran manusia dalam konteks perjalanan roh atau jiwa. Ini mengingatkan umat Buddha bahwa kesempatan menjadi manusia adalah kesempatan langka dan berharga untuk mengembangkan pemahaman, kebijaksanaan, dan karma positif.

2.Nimitta (Tanda): Sloka ini menyebutkan "nimitaning mangkana," yang dapat diartikan sebagai tanda atau kesempatan. Ini mengajarkan umat Buddha untuk menghargai kehidupan manusia sebagai tanda atau kesempatan untuk melanjutkan perjalanan spiritual mereka.

3.Pembebasan dari Sengsara: Sloka ini menyatakan bahwa manusia memiliki kesempatan untuk melepaskan diri dari siklus samsara (lahir-mati berulang-ulang) dengan cara melakukan perbuatan baik (karma positif) dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Dharma (ajaran Buddha). Ini menggarisbawahi pentingnya melakukan tindakan baik dan berkultivasi kebajikan.

4.Pencarian Kebajikan dan Karma Positif: Sloka ini mendorong praktisi Buddha untuk aktif mencari kebajikan dan melakukan perbuatan baik. Ini bisa diinterpretasikan sebagai dorongan untuk mempraktikkan etika Buddha, yaitu menjauhi tindakan-tindakan negatif dan melakukan tindakan-tindakan positif.

Salah satu pura yang terkenal untuk pemujaan roh para orang suci yang dihormati dalam agama Hindu adalah "Pura Besakih." Pura Besakih terletak di pulau Bali, Indonesia, dan sering disebut sebagai "Pura Agung Besakih" karena statusnya sebagai pura terbesar dan paling suci di Bali. Pura ini didedikasikan untuk pemujaan berbagai dewa dan roh suci dalam agama Hindu. Bali adalah pulau di Indonesia yang dikenal dengan budaya Hindu yang kuat. Di Bali, terdapat banyak tempat pemujaan Dewa-Dewi Hindu dan inkarnasi mereka ke dunia (awatara). Beberapa tempat pemujaan dan inkarnasi Dewa-Dewi Hindu yang terkenal di Bali meliputi:

Pura Besakih: Pura Besakih adalah pura terbesar dan paling suci di Bali. Pura ini didedikasikan untuk Dewa Siwa sebagai inkarnasinya dalam bentuk Batara Hyang Ruci, yang merupakan manifestasi tertinggi dari Dewa Siwa.

Pura Ulun Danu Bratan: Pura ini didedikasikan untuk Dewi Danu, dewi air dan irigasi. Dewi Danu dianggap sebagai inkarnasi dari Dewi Saraswati, Dewi ilmu pengetahuan, seni, dan kebijaksanaan.

Pura Uluwatu: Pura Uluwatu terletak di tebing-tebing yang menjulang di pesisir selatan Bali. Pura ini didedikasikan untuk Dewa Siwa dalam inkarnasinya sebagai Rudra.

Pura Lempuyang Luhur: Pura ini adalah salah satu pura tertua dan paling suci di Bali. Pura Lempuyang Luhur didedikasikan untuk Dewa Siwa dalam inkarnasinya sebagai Dewa Mahadewa atau Sang Hyang Widhi Wasa.

Pura Tirta Empul: Pura ini terkenal dengan sumber air suci yang digunakan untuk upacara penyucian diri. Pura Tirta Empul didedikasikan untuk Dewa Wisnu dalam inkarnasinya sebagai Rama.

Pura Dalem Agung Padangtegal: Pura ini terletak di kawasan hutan monyet di Ubud dan didedikasikan untuk Dewi Kali, yang merupakan inkarnasi dari Dewi Durga.

Pura Dalem Balingkang: Pura ini didedikasikan untuk Dewa Wisnu dalam inkarnasinya sebagai Kresna.

Pura tersebut merupakan renkarnasi dari dewa dewi serta kita harus tetap melestarikannya. Ini hanya beberapa contoh tempat pemujaan dan inkarnasi Dewa-Dewi Hindu di Bali.

Di saat kita bertirta yatra ke pura pura suci kita pasti kan menemui pemandangan yang asri Tempat suci Hindu umumnya terletak di tempat-tempat yang dikelilingi oleh alam yang asri seperti laut, pantai, gunung, gua, hutan, dan sebagainya karena keyakinan dan filosofi dalam agama Hindu yang mendalam mengenai hubungan antara alam dan spiritualitas. Berikut beberapa alasan mengapa tempat suci dikeliligi oleh tempat tempat yang asri:

Koneksi dengan Alam: Dalam agama Hindu, alam dianggap sebagai manifestasi dari Tuhan atau Brahman. Tempat-tempat alam yang indah dan alami dianggap sebagai wujud fisik dari keagungan Tuhan. Oleh karena itu, mereka dihormati dan dianggap sebagai tempat yang dekat dengan keilahian.

Meditasi dan Kontemplasi: Tempat-tempat alam yang tenang dan indah seringkali digunakan untuk meditasi, refleksi, dan kontemplasi. Dalam agama Hindu, meditasi adalah cara untuk mencapai kesadaran spiritual dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Tempat-tempat alam yang damai membantu para praktisi fokus dan mencapai kedamaian batin.

Energi Spiritual: Tempat-tempat alam yang kaya akan energi spiritual dipercayai memiliki pengaruh positif pada pikiran dan tubuh manusia. Mereka dianggap sebagai tempat yang cocok untuk melakukan pemujaan, doa, dan ritual keagamaan karena energi positif yang mereka bawa.

Mitologi Hindu: Banyak tempat suci Hindu terkait dengan cerita-cerita mitologi Hindu. Misalnya, gunung-gunung seperti Gunung Kailash dianggap sebagai tempat tinggal Dewa Shiva, dan gua-gua seperti Gua Amarnath adalah tempat-tempat suci yang terkait dengan kejadian-kejadian mitologis.

Ritual Keagamaan: Tempat-tempat alam yang suci sering digunakan untuk menjalankan berbagai ritual keagamaan, seperti pemujaan kepada dewa-dewi, penyucian, dan upacara pernikahan. Tempat-tempat ini memberikan suasana yang khusyuk dan mendalam untuk pelaksanaan ritual ini.

Kesadaran akan Lingkungan: Konsep kesadaran lingkungan dan keberlanjutan juga terkait dengan agama Hindu. Tempat-tempat suci yang terletak di alam asri mengingatkan umat Hindu untuk menjaga dan melindungi lingkungan alam, karena alam dianggap suci dan penting dalam agama mereka.Dengan demikian, tempat-tempat suci Hindu yang terletak di alam alami menggabungkan unsur-unsur spiritual, budaya, dan lingkungan alam dalam agama Hindu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun