Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pelajar SMP Olah Limbah yang Cemari Sungai Jadi Bioetanol

10 September 2017   00:37 Diperbarui: 3 Oktober 2017   22:38 5515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahdi Romzuz Zaki menyuling limbah marning untuk dijadikan bioetanol menggunakan tabung emneleyer. FOTO: MAHDI ROMZUZ ZAKI.

Mahdi Romzuz Zaki menyuling limbah marning untuk dijadikan bioetanol menggunakan tabung emneleyer. FOTO: MAHDI ROMZUZ ZAKI.
Mahdi Romzuz Zaki menyuling limbah marning untuk dijadikan bioetanol menggunakan tabung emneleyer. FOTO: MAHDI ROMZUZ ZAKI.
Zaki sempat mengikutkan hasil penelitiannya ini dalam Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) tingkat Kota Malang yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Pemkot Malang. Di lomba itu salah satu juri, Prof Dr Mohammad Amin Msi menyarankan agar ia selanjutnya dapat memproduksi massal bioetanol dari limbah marning itu. Mengingat bahan baku berupa limbah melimpah dan dapat mencemari lingkungan kalau dibiarkan. 

Namun mimpi remaja ini untuk mengembangkan eksperimennya menjadi produksi masal terbentur regulasi pemerintah yang mengharuskan produksi bioetanol harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat dengan biaya yang mencapai Rp 60 juta. Mengingat bioetanol memiliki kadar alkohol yang berpotensi disalahgunakan kalau tidak dalam pengawasan.

"Inginnya mengembangkan dan bisa produksi masal tapi biaya gak ada. Ini saja alat untuk penelitian saya beli dari uang juara II lomba Rp 900 ribu. Belum lagi kalau produksi masal itu alatnya destilasi untuk penyulingan bisa sampai ratusan juta," ungkapnya.

Mahdi Romzuz Zaki menunjukkan limbah marning dan yang sudah diolah menjadk bioetanol. FOTO: LUGAS WICAKSONO.
Mahdi Romzuz Zaki menunjukkan limbah marning dan yang sudah diolah menjadk bioetanol. FOTO: LUGAS WICAKSONO.
Di lebih dari 20 negara terutama negara maju seperti Amerika Serikat, hampir seluruh BBM kendaraan bermotor dicampur bioetanol dengan kandungan bioetanol 10 persen atau E10 sejak 2010 lalu. Bahkan terakhir bioetanol sudah bisa digunakan sebagai campuran bahan bakar pesawat. Kini 40 persen panen jagung di negara itu dimanfaatkan sebagai bahan olahan bioetanol.

Sementara itu, Indonesia menargetkan pada 2025 sebanyak 15 persen bioetanol dapat menggantikan penggunaan bensin. Pada 2006 lalu Kementerian Pertanian RI melakukan penelitian tentang penggunaan limbah jagung menjadi biofuel. Dari laporan penelitian itu disebutkan kalau limbah jagung cukup potensial digunakan sebagai salah satu energi terbarukan. Namun perlu kajian mendalam lagi agar hasilnya dapat lebih maksimal.

Di Kabupaten Malang sendiri hasil panen jagung surplus 100.000 ton pada 2016 lalu. Setiap tahunnya panen jagung di kabupaten ini mencapai 300.000 ton dari 35 hektar lahan yang merupakan salah satu panen jagung terbesar di Jawa Timur. Sebanyak 60 persen hasil panen jagung digunakan untuk makanan ternak dan sebagian sisanya untuk bahan makanan. 


Dengan melimpahnya hasil panen itu cukup potensial apabila limbah jagung dimanfaatkan untuk biofuel setelah buahnya dimanfaatkan untuk produksi makanan dan pakan ternak. Namun itu masih perlu penelitian lebih mendalam agar hasil dan keuntungan yang diperoleh lebih maksimal. (lugas wicaksono) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun