Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Atur Keuangan dengan Reksadana Selama Merantau

28 Juni 2022   09:57 Diperbarui: 29 Juni 2022   12:06 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi investasi. (Sumber: Pexels/Towfiqu barbhuiya)

Merantau bisa dibilang bukan waktu yang paling mudah untuk dijalani. Terutama, jika sudah terlalu nyaman di rumah bersama orang tua dan kemudian tiba-tiba harus meninggalkan rumah untuk urusan studi.

Saat awal merantau, saya pun juga mengalami kesulitan yang sama. Jika biasanya semuanya sudah diatur dan dipersiapkan oleh orang tua, di Kota Malang yang letaknya sekitar 300 km lebih dari tempat asal saya di Banyuwangi, saya harus bisa survive tanpa bantuan secara fisik dari orang tua.

Salah satu tantangan atau dukanya para perantau ini biasanya adalah urusan keuangan. Tidak sedikit dari mereka kerap mengalami masa kehabisan uang kiriman dari orang tua dan akhirnya harus meminjam teman yang lain atau harus berutang dulu di warung langganan.

Hal ini, untungnya tidak pernah terjadi pada saya, dan bahkan saya masih memiliki uang yang cukup untuk meminjami teman yang membutuhkan. 

Pada artikel ini, akan saya tuliskan pengalaman mengatur keuangan dengan bantuan instrumen investasi yaitu reksadana.

Bagi yang baru mendengar instrumen investasi ini, reksadana adalah salah satu instrumen yang mengumpulkan dana dari masyarakat untuk kemudian dialokasikan untuk diinvestasikan dan diatur oleh manajemen investasi. 

Instrumen investasi ini cocok bagi pemula karena risikonya yang relatif rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya seperti saham.

Berbeda dari zaman awal saya merantau dulu, saat ini ada banyak aplikasi smartphone yang menawarkan cara mudah untuk melakukan pendaftaran rekening reksadana. Beberapa contohnya adalah Bibit, Bareksa, dan aplikasi lainnya.

Pilihan investasi reksadana bermacam-macam mulai dari yang risikonya rendah seperti pasar uang, risiko moderat seperti obligasi, hingga risiko tinggi seperti saham. Risiko ini menunjukkan seberapa tinggi uang yang diinvestasikan bertumbuh, serta durasi investasi.

Semakin tinggi risikonya, tentunya uang yang diinvestasikan akan bertumbuh lebih cepat. Namun, perlu diingat bahwa risiko yang tinggi ini juga berarti durasi investasi harus diperpanjang, karena kerugiannya juga bisa dibilang relatif tinggi jika hanya digunakan untuk berinvestasi dalam jangka pendek atau bulanan.

Selama merantau, saya mempercayakan beberapa pengaturan keuangan pada instrumen investasi reksadana pasar uang, karena jangka waktu investasinya yang relatif pendek dan lebih mudah dicairkan sewaktu-waktu. 

Beberapa saat yang lalu, saya juga menuliskan "Tips Cuan Manfaatkan Paylater" di Kompasiana, yang di dalamnya ada juga campur tangan investasi reksadana.

Saat awal merantau, bagi para perantau yang baru pertama kali merasakan pengalaman ini, cobalah untuk mencari pekerjaan sampingan. 

Tentunya, carilah yang tidak mengganggu waktu studi. Misalnya, mengikuti proyek freelance di bidang desain, editing audio-video, atau penulis. Bisa juga mencari pekerjaan sampingan yang sifatnya part time di restoran atau yang lainnya.

Adanya pekerjaan sampingan ini akan sangat membantu, terutama jika uang saku bulanan yang diberikan oleh orang tua bisa dikatakan minim atau di bawah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) tempat merantau. 

Saat merantau, uang saku yang diberikan orang tua saya sekitar 2/3 dari UMK Kota Malang. Untuk mengatasi hal ini, saya cukup aktif untuk mengambil proyek freelance serta pelatihan berbayar demi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hasil dari pekerjaan sampingan serta kiriman orang tua ini, setiap bulannya secara rutin saya sisihkan 1/3-nya untuk diinvestasikan di reksadana pasar uang. 

Meskipun pertumbuhannya relatif kecil sekitar 6-7% per tahun saja pada saat itu, namun uang ini nyatanya sangat bermanfaat.

Beberapa di antaranya adalah untuk membiayai hobi saya sebagai penggemar kereta api yang membutuhkan kamera untuk dokumentasi, kemudian membeli smartphone baru ketika ada kerusakan pada perangkat lama, dan membeli laptop ketika secara mendadak terjadi kerusakan pada laptop lama yang sudah tidak bisa diperbaiki. 

Bahkan, seperti yang sudah saya tulis di awal, pada beberapa kesempatan juga masih cukup untuk meminjamkan uang kepada teman yang membutuhkan.

Selama berkuliah di Kota Malang, saya juga cukup aktif dalam bidang produksi film pendek. Pada beberapa kesempatan, saya juga mampu membiayai separuh kebutuhan biaya dalam produksi film pendek tersebut dari hasil menabung rutin di reksadana.

Di waktu yang sulit yaitu saat awal pandemi Covid-19, di mana saat itu saya juga sedang mengerjakan tugas akhir (skripsi), tabungan investasi reksadana ini juga sangat membantu. 

Saat itu, beberapa proyek freelance banyak yang dibatalkan sehingga pemasukan menurun, sementara kebutuhan untuk mengerjakan skripsi juga tetap harus dikeluarkan.

Selain campur tangan reksadana, pengaturan keuangan yang baik dengan cara mencatat pemasukan dan pengeluaran setiap bulannya juga berpengaruh untuk tetap bisa survive di perantauan. Perantau wajib untuk mencatat keuangan untuk bisa mengatur keuangan dengan baik.

Apa yang tertulis di artikel ini adalah kombinasi dari pengaturan keuangan yang sudah biasa saya lakukan saat masih sekolah, serta hasil belajar mengenai instrumen investasi selama masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). 

Meskipun tertulis dalam artikel blog ini terlihat mudah, namun dalam praktiknya perlu kedisiplinan tinggi dalam mengatur keuangan. 

Jangan sampai di perantauan malah kesulitan untuk urusan keuangan, tapi cobalah disiplin demi mandiri secara finansial selama di perantauan, salah satunya dengan bantuan instrumen investasi seperti reksadana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun