Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Metamorfosis Perang: Ketika Kekerasan Kehilangan Batas Konvensional

30 Juni 2025   09:49 Diperbarui: 1 Juli 2025   19:56 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Shuttterstock

Perang Israel-Iran 2025 tidak sekadar konflik bilateral, melainkan juga laboratorium transformasi sistemik cara manusia berperang. Perang itu menandai era baru peperangan yang melampaui batas-batas konvensional. 

Paradigma konflik yang lebih kompleks, cair, dan multi-dimensional secara tak tergoda telah diperkenalkan.

Transformasi ini terjadi seiring makin kaburnya batas antara keadaan damai dan konflik terbuka. Dalam realitas global yang saling terhubung, peperangan bukan lagi semata aksi militer, melainkan persilangan strategi politik, ekonomi, dan teknologi yang sulit dipetakan secara hitam-putih. 

Konflik tidak lagi meledak dalam bentuk deklarasi perang, melainkan hadir secara gradual, tersembunyi, dan sering kali tanpa pengakuan formal dari negara-negara yang terlibat.

Sebagai akibatnya, masyarakat sipil di berbagai belahan dunia semakin rentan menjadi sasaran langsung ataupun tidak langsung. Dampak destruktif tidak hanya terasa di garis depan, tetapi menjalar ke ranah sosial, psikologis, bahkan moralitas kolektif masyarakat global. 

Ini membuat batas antara 'front' dan 'home front' kian tak jelas, menghadirkan rasa ketidakpastian baru dalam relasi internasional. Seperti ditegaskan oleh Mary Kaldor, pakar hubungan internasional dan penulis buku "New and Old Wars," karakter perang modern cenderung menjadi hibrida.

Perang baru menggabungkan elemen-elemen perang konvensional dengan konflik internal, kriminalitas, dan penggunaan teknologi mutakhir. 

Sementara itu, Lawrence Freedman, sejarawan militer terkemuka, menyoroti bahwa “the character of war is changing faster than our frameworks for understanding it,” menandakan perlunya pembaruan paradigma dalam studi keamanan internasional.

Karakteristik fundamental perang masa depan yang terekspos dalam konflik ini mencakup empat dimensi utama: teknologi, ruang pertempuran, strategi, dan etika kekerasan.

Pertama, teknologi telah mengubah total arsitektur peperangan. Perang siber (cyber warfare) dan perang informasi (information warfare) kini sama strategisnya dengan pertempuran konvensional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun