Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Permainan Ukraina di Antara Eropa, AS, dan Ancaman Rusia

3 Maret 2025   15:59 Diperbarui: 4 Maret 2025   04:15 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Para pedemo membawa bendera Ukraina berunjuk rasa menentang agresi Rusia di pusat kota Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina, Sabtu (5/2/2022). (AP PHOTO/EVGENIY MALOLETKA)

Harapan perdamaian di Benua Eropa tampaknya masih jauh. Cekcok antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump ternyata membuat Ukraina mendekati negara-negara Eropa. Posisi Zelensky di peta politik domestik pun masih kuat.

Ukraina seolah sedang memainkan kartunya di antara Eropa, AS, dan Rusia. Dengan Eropa dan AS, Ukraina mencoba memaksimalkan keuntungan berupa bantuan atau dukungan militer. Keuntungan itu diharapkan diperoleh dengan "menjual" ancaman Rusia.

Memang konflik berkepanjangan antara Ukraina dan Rusia telah memasuki babak baru. Konflik menjadi semakin kompleks, dengan pergeseran dramatis dalam konstelasi kekuatan internasional. 

Zelensky kini menghadapi tantangan diplomatik yang rumit setelah hubungannya dengan Trump mengalami ketegangan signifikan. Pertemuan di Gedung Putih pada 28 Februari 2025 menandai titik balik penting bagi kedua negara. 

Perbedaan pandangan mengenai strategi penyelesaian konflik dengan Rusia dan jaminan keamanan telah memaksa Ukraina merekonstruksi ulang pendekatan diplomatiknya. 

Meskipun demikian, Zelenskyy tetap menunjukkan kebesaran jiwa dengan mengucapkan terima kasih atas dukungan historis Amerika, sambil secara cerdas mengalihkan fokus ke Eropa.

Keputusan untuk segera terbang ke London dan bertemu Perdana Menteri Keir Starmer serta pemimpin Eropa lainnya bukanlah sekadar langkah diplomatik biasa, melainkan strategi geopolitik yang canggih. 

Dok dreamsteam.com
Dok dreamsteam.com

Agenda utamanya adalah membangun koalisi pertahanan dan mendapatkan dukungan komprehensif dari Eropa, yang memiliki kepentingan langsung dalam meredam agresi Rusia.

Sementara itu, Rusia tidak tinggal diam. Di bawah kepemimpinan Vladimir Putin, rezim Rusia telah mempersiapkan berbagai skenario. 

Dmitry Medvedev dengan tegas menyatakan kesediaan untuk berunding, namun dengan catatan krusial: perundingan harus berdasarkan kondisi lapangan, di mana Rusia saat ini telah menguasai hampir 20% wilayah Ukraina. 

Strategi ini menunjukkan bahwa Rusia tidak sekadar bermain defensif, melainkan aktif memperluas pengaruh geopolitiknya. Bahkan, Rusia telah mulai membentuk aliansi alternatif. 

Kerja sama dengan Korea Utara, yang mencakup dukungan militer lebih dari 10.000 serdadu, menandakan upaya Rusia untuk menciptakan jaringan kekuatan di luar struktur tradisional Barat. 

Langkah ini memperlihatkan kemampuan Putin dalam merancang strategi geopolitik yang kompleks dan adaptif.

Mendekati Eropa

Pendekatan Zelenskyy ke Eropa bukanlah sekadar pelarian, melainkan pilihan strategis. Uni Eropa menawarkan kombinasi dukungan ekonomi, militer, dan politis yang komprehensif. 

Namun, tantangannya tidak sederhana. Ukraina harus membangun kepercayaan, menunjukkan komitmen reformasi, dan meyakinkan Eropa tentang potensi strategisnya.

Dalam konteks ini, konflik Ukraina-Rusia tidak lagi sekadar persoalan regional, melainkan cermin transformasi arsitektur keamanan global. Setiap langkah diplomatik, setiap keputusan militer, dan setiap negosiasi memiliki implikasi jauh melampaui batas-batas geografis kedua negara.

Zelensky telah membuktikan diri sebagai pemimpin yang cerdas dan adaptif. Dengan bergerak mendekati Eropa, Ukraina tidak hanya mencari penyelamatan, tetapi juga mendefinisikan ulang posisi geopolitik Ukraina. 

Masa depan Ukraina terletak pada kemampuannya membangun koalisi multiateral, bukan sekadar bergantung pada satu kekuatan.

Sementara dunia memperhatikan dengan napas tertahan, Ukraina berdiri di simpang jalan sejarah. Ukraina belum menyerah, tapi tetap ingin memainkan kartunya di antara ketiga kekuatan besar itu.

Di antara ancaman Rusia, ketidakpastian Amerika, dan harapan Eropa, Ukraina terus berjuang mempertahankan kedaulatannya. Keinginan Ukraina adalah berdaulat di dalam NATO yang jelas-jelas memperbesar ancaman Rusia.

Tujuan akhirnya memang perdamaian, walau rincian dari perdamaian itu bisa berbeda antara Ukraina, AS, Rusia, dan Eropa. Sejarah bakal mencatat bahwa momen kritis ini menguji ketangguhan dan diplomasi cerdas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun