Perubahan drastis kebijakan Amerika Serikat (AS) dalam konflik Rusia-Ukraina memang mengejutkan banyak pihak. Perubahan itu menandai transformasi mendasar dalam politik global kontemporer.Â
Trump secara tiba-tiba memihak Rusia dalam voting resolusi PBB, setelah tiga tahun konsisten mendukung Ukraina. Pemihakan itu tentunya bukan semata pergeseran taktis, melainkan refleksi dari perubahan strategis dalam kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinan Trump.
Beberapa faktor kunci dapat diidentifikasi menjadi pendorong perubahan sikap AS. Pertama, pendekatan transaksional Trump dalam politik internasional. Berbeda dengan pendahulunya, Trump lebih melihat konflik Ukraina sebagai peluang ekonomi daripada sekedar pertarungan ideologis.Â
Akibatnya, AS lebih fokus pada upaya mendapat akses ke mineral tanah jarang Ukraina sebagai kompensasi atas bantuan militer AS selama ini. Faktor ini mengingatkan pada akses AS ke minyak dalam menegaskan kekuasaannya di beberapa negara di Timur Tengah.
Kedua, keinginan Trump untuk membangun hubungan baru dengan Rusia. Trump tampaknya melihat Putin sebagai mitra potensial dalam menghadapi tantangan global.Â
Faktor selanjutnya adalah kejenuhan publik AS terhadap membesarnya biaya bantuan militer ke Ukraina. Trump malahan menggambarkan kenyataan itu sebagai "pemborosan" dana pembayar pajak AS.
Pergeseran posisi AS ini tentu saja memiliki implikasi strategis yang luas. AS kini mengambil posisi lebih netral dan, bahkan, mendorong resolusi PBB yang tidak secara eksplisit mengutuk Rusia.Â
Posisi ini mencerminkan pergeseran dari dukungan tanpa syarat kepada Ukraina menuju peran AS sebagai mediator potensial. Akibat selanjutnya adalah protes keras sekutu AS di Eropa yang menjadi anggota NATO.
Implikasi selanjutnya, keputusan AS telah menciptakan keretakan dalam aliansi Trans-Atlantik. Inggris, Prancis, dan sekutu Eropa lainnya memilih abstain dalam resolusi yang diajukan AS di DK PBB.
Berkaitan dengan akses mineral tanah jarang, fokus baru AS menunjukkan pergeseran dari pertimbangan keamanan tradisional ke kepentingan ekonomi strategis. Ukraina, sebagai pemilik 22 dari 34 mineral penting yang diidentifikasi Uni Eropa (UE), telah menjadi aset berharga yang layak diperebutkan.