Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Diplomasi "Sea of Peace" Meminimalkan Resiko Geopolitik di Laut China Selatan

24 Mei 2024   09:23 Diperbarui: 28 Mei 2024   17:29 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribun news

Laut China Selatan (LCS) merupakan salah satu kawasan paling strategis dan, sekaligus, konfliktual di dunia. Sengketa teritorial, kompetisi sumber daya, dan rivalitas pengaruh antara negara-negara di sekitarnya menjadikan kawasan ini rentan terhadap ketegangan dan konflik. 

Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan LCS, Indonesia menghadapi tantangan kompleks dalam menjaga stabilitas keamanan dan mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Indonesia menyadari bahwa pendekatan militer saja tidak cukup untuk meminimalkan risiko geopolitik di LCS.

Menjawab tantangan itu, salah satu upaya Indonesia adalah secara aktif mengedepankan diplomasi sea of peace. Tujuannya adalah untuk mewujudkan stabilitas dan kerja sama di kawasan. 

Melalui diplomasi itu, Indonesia mendorong penyelesaian sengketa secara damai, mencegah eskalasi ketegangan, dan membangun rasa saling percaya di antara negara-negara yang terlibat. Sebagai implementasi diplomasi sea of peace, Indonesia mengambil peran sebagai honest broker yang netral dan konstruktif. 

Melalui perspektif realisme neoklasik, upaya-upaya Indonesia dalam meminimalkan resiko geopolitik di LCS dijalankan melalui penguatan pertahanan maritim dan diplomasi sea of peace. Realisme neoklasik memandang bahwa perilaku negara dalam politik internasional dipengaruhi oleh interaksi dinamis antara tekanan sistemik eksternal dan faktor-faktor internal, seperti persepsi elit, kapabilitas negara, dan struktur domestik. 


Dalam merespon ancaman dan peluang yang muncul dari distribusi kekuasaan internasional, negara merumuskan grand strategy dengan mempertimbangkan kapabilitas relatifnya serta kendala dan dorongan domestiknya. Perspektif ini memberikan kerangka analitis alternatif untuk memahami kebijakan Indonesia di LCS.

Indonesia menyadari bahwa stabilitas keamanan di LCS sangat vital bagi kepentingan nasionalnya. Selain menjadi jalur pelayaran internasional yang esensial bagi perdagangan Indonesia, kawasan ini juga kaya akan sumber daya alam yang penting bagi pembangunan ekonomi. 

Namun, klaim tumpang tindih dan meningkatnya ketegangan antara negara-negara yang bersengketa menghadirkan risiko geopolitik yang signifikan. Setidaknya ada lima negara yang berkonflik klaim secara langsung, yaitu China, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. 

Baku klaim itu bahkan merembet ke beberapa insiden tabrakan atau manuver-manuver provokatif antara pihak militer China dengan Vietnam dan Filipina. Sedangkan, pihak Malaysia dan Brunei mengambil posisi relatif lunak terhadap China di LCS.

Langkah strategis Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun