Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Mindful Eating" Melawan Konsumerisme?

11 Februari 2024   21:36 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:43 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://portalpurwokerto.pikiran-rakyat.com/


Merebaknya konsumerisme, khususnya dan makan(an) cepat saji, telah mengubah perilaku masyarakat dalam menyantap makanan. Semua serba cepat dan instan, sehingga kegiatan makan seolah sekedar memasukkan makanan dan minuman ke dalam perut.

Apalagi gaya hidup makanan cepat saji telah merambah di berbagai wilayah di Indonesia. Orang-orang tenggelam di kedalaman aktivitas mencari nafkah hidup. Mereka tampaknya lupa cara menikmati makan dan makanan.

Nah, mindful eating menjadi upaya cerdas untuk melawan gaya hidup instant dan konsumeristik yang kian merambah. Mindful eating bukan lagi soal diet atau penurunan berat badan.

Mindful eating kini mulai ramai diperbincangkan seiring makin tingginya kesadaran masyarakat urban akan gaya hidup sehat. Tanpa disadari, banyak tempat makan dibuat dengan menawarkan suasana atau pengalaman berbeda.

Jika tidak salah, konsep mindful eating pertama kali diperkenalkan lewat buku “Mindful Eating” karya Dr. Jan Chozen Bays pada 2009. Meski baru populer akhir-akhir ini, ide tentang makan dengan penuh kesadaran itu sesungguhnya sudah ada sejak ribuan tahun lalu dalam tradisi  Timur.

Inti dari mindful eating sebenarnya sederhana, yaitu menyantap makanan atau minuman dengan seluruh indra kita hidup dan tanpa gangguan dari aktivitas lain. Kita benar-benar merasakan sensasi tekstur, aroma, rasa, bahkan suara kunyahan makanan kita saat itu juga.

Manfaat dari mindful eating sendiri cukup banyak, baik secara fisik maupun psikologis. Beberapa tulisan menyebutkan ide itu terbukti mampu meningkatkan kesadaran tubuh.

Kebiasaan mindful eating bisa berujung pada penurunan berat badan, mengembalikan sensitivitas indra pengecap, menstabilkan emosi, hingga menumbuhkan rasa syukur pada makanan.

Perlawanan
Lantas, apa hubungannya praktik unik ini dengan upaya melawan gaya hidup konsumeristik yang kian mewabah di tengah masyarakat urban?

Mari kita telisik satu per satu. Pertama, mindful eating membuat kita jadi lebih menghargai makanan. Ketika kita makan dalam kondisi sadar dan tanpa gangguan, perhatian kita sepenuhnya tercurah pada makanan tersebut. Kita jadi bisa mengapresiasi makanan sebagai sesuatu yang unik dan luar biasa, bukan lagi sekadar komoditas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun