Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 dalam Gejolak Perang Rusia-Ukraina

17 Juli 2022   21:17 Diperbarui: 19 Juli 2022   06:54 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20| Sumber: g20.org

G20 memiliki nama resmi, yaitu the Group of Twenty (G20) Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) atau Kelompok Dua Puluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. 

Berdasarkan nama itu, kelompok pada dasarnya merupakan forum bagi para Menteri Keuangan (Menkeu) dan Gubernur Bank Sentral (GBS) dari 19 negara dan satu organisasi antar-pemerintah (supranasional). 

Bukan menteri luar negeri atau menteri lainnya, namun pejabat pemerintah di posisi menkeu dan GBS itu yang sebenarnya merupakan figur utama di forum multilateral G20. Tugas mereka adalah membicarakan persoalan-persoalan penting bagi ekonomi global dan mencari solusi bagi persoalan itu. 

Dalam perkembangannya, urgensi politik dari G20 menjadi semakin meningkat. Dunia yang mengglobal dan saling terkoneksi dalam berbagai macam isu menyebabkan G20 dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi atau non-ekonomi yang berdampak pada ekonomi global. 

Konsekuensinya, dimensi politik global dari G20 semakin menjadi perhatian para pemimpin anggotanya ketika kehadiran mereka sangat menentukan perubahan sistem global.


Bahkan pada beberapa situasi pembicaraan di antara para pemimpin itu menjadi lebih penting. Penyebabnya adalah para pemimpin negara-negara anggota G20 hadir untuk mengambil keputusan atau menyepakati berbagai usulan yang telah dibicarakan di antara para menteri mereka, khususnya para Menkeu dan GBS.

Pada tahun 2021 ketika pandemi Covid-19 menjadi agenda penting di Presidensi Italia. Salah satu agenda G20 adalah penanggulangan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19. Isu itu masih menjadi agenda penting pada Presidensi Indonesia di G20 pada 2022 ini. Oleh karena itu, peran serta Menkeu dan Menteri Kesehatan menjadi tidak bisa dielakkan dalam menentukan arsitektur kesehatan global.

Pada 2022 ini, perang Rusia-Ukraina juga memengaruhi agenda utama Presidensi Indonesia di G20. Bagi pemerintah Indonesia, agenda pemulihan ekonomi "Recover Together, Recover Stronger" tetap menjadi fokus utama, namun juga menambahkan isu-isu geopolitik sebagai dampak dari perang itu. 

Selain Menkeu dan GBS, Presidensi Indonesia tentu saja menyediakan forum bagi para Menteri Luar Negeri G20 untuk membicarakan kerja sama dan solusi terhadap dampak kenaikan harga dan jaminan keamanan pasokan produk dari Rusia-Ukraina. Dengan urgensi global itu, Indonesia juga mengundang perwakilan Ukraina. 

Perang Rusia-Ukraina juga selalu disinggung oleh berbagai negara pada forum-forum pertemuan non-menlu. Salah satu forum itu adalah pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral kelompok negara G20 yang ketiga dalam presidensi Indonesia. Pertemuan itu berakhir pada Sabtu (16/7/2022). 

Pertemuan ini berhasil menyepakati penguatan kerja sama global untuk menjaga stabilitas fiskal, moneter, dan sistem keuangan. Berbagai kesepakatan itu diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah perekonomian global pada saat ini.

Tanpa Komunike Bersama

Namun demikian, FMCBG ke-3 itu memperlihatkan sisi menariknya. Pada keterangan pers (16/7/2022) petang, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan bahwa pertemuan dua hari itu telah menghasilkan chairman summary. Kesimpulan pemimpin sidang ini diambil berdasarkan benang merah sikap dari para delegasi negara yang hadir.

Sisi menarik pertama, yaitu dari keseluruhan 14 paragraf dari chairman summary itu, sebanyak 12 di antaranya berisi kesepakatan. Menurut Sri Mulyani, intisari dari 12 paragraf itu adalah kesepakatan antar-anggota G20 dalam penguatan kerjasama global. 

Salah satu bentuk nyata dari kerja sama global itu adalah kesepakatan multilateral dalam pembentukan dan penguatan Financial Intermediary Fund (FIF) for Pandemic Prevention Preparedness and Response (PPR). 

Pembentukan FIF itu merupakan bentuk nyata dari upaya multilateral dalam penyediaan dana darurat bagi negara-negara dalam mengantisipasi krisis pandemi di masa datang.

Kedua, pertemuan menteri keuangan dan GBS itu diikuti oleh semua delegasi dan undangan. Pada pertemuan ketiga ini, sebanyak 407 delegasi asing hadir secara fisik di Bali dan 120 delegasi hadir secara virtual. 

Di samping itu, tercatat 17 Menteri Keuangan (Afrika Selatan, Australia, Amerika Serikat, Arab Saudi, Belanda, Brazil, India, Indonesia, Italia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Senegal (Uni Afrika), Singapura, Spanyol, Turki, dan Uni Emirat Arab) dan 10 Gubernur Bank Sentral (Australia, Afrika Selatan, Indonesia, India, Inggris, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Prancis, dan Swiss) hadir secara fisik.

Dalam kesempatan ini, Presidensi G20 Indonesia kembali mengundang Menteri Keuangan Ukraina untuk hadir secara virtual. Kehadiran mayoritas delegasi negara G20, negara terundang (invitees), dan organisasi internasional secara fisik di Bali menunjukkan keseriusan dan komitmen global untuk mendukung Presidensi G20 Indonesia dan mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, terutama di tengah meningkatnya tantangan global.

Dengan 12 hasil kesepakatan itu, pemerintah Indonesia sebagai Presidensi G20, khususnya Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berhasil menyediakan suasana kondusif bagi semua delegasi, tanpa ada yang walk-out dari sesi pertemuan.

Ketiga, dari 14 paragraf chairman summary, ada dua paragraf yang ternyata tidak diperoleh kesepakatan. Pertemuan FMCBG ketiga ini terpaksa tidak menghasilkan sebuah komunike bersama. Padahal pertemuan semacam sebelumnya biasanya menghasilkan sebuah pernyataan, komitmen, dan konsensus bersama dari seluruh anggota G20, tanpa kecuali.

Perang Rusia-Ukraina sejak Februari 2022 dan dampak globalnya dipandang menjadi penyebab tidak adanya komunike bersama FMCBG ke-3. Imbas perang dirasakan banyak negara, baik dikarenakan krisis energi maupun krisis pangan. 

Menteri Keuangan AS Yellen melanjutkan upaya bersama untuk meningkatkan tekanan ekonomi pada Rusia. Upaya AS dan kawan-kawannya di G20 menjadi tanggapan bersama atas perang yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan melawan Ukraina. 

Melalui Yellen, AS memperluas dampak perang Rusia-Ukraina. AS memberi peringatan China agar membantu mengakhiri serangan Rusia ke Ukraina. Selain itu, AS juga mendorong India bersikap mendukung Ukraina dan menjauhi Rusia. Perbedaan kepentingan di antara negara-negara G20 masih muncul pada pertemuan FMCBG itu.

Walaupun kesepakatan mengenai dampak perang Rusia-Ukraina belum dapat dicapai, pertemuan itu masih dapat dikatakan menghasilkan 12 paragraf kesepakatan atau chairman summary. 

Hasil itu tetap perlu mendapat apresiasi, termasuk mengenai FIF, sebagai bagian penting dari kolaborasi multilateral yang terkoordinasi untuk mengatasi dampak perang atau pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun