Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Yang Beda di Lebaran 2021 di Tengah Pandemi Ini, Apa Saja?

13 Mei 2021   18:21 Diperbarui: 13 Mei 2021   18:28 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi ternyata telah mengubah perilaku manusia, termasuk di hari besar umat Islam, yaitu hari Lebaran atau Idul Fitri 1 Syawal 1442 H, pada 13 Mei 2021 ini. Pada dasarnya, pandemi Covid-19 telah membuat kita tidak lagi bisa merayakan Lebaran seperti sebelum 2020. Pandemi menjadi penyebab dari perbedaan itu.

Pelajaran tentang pandemi sejak tahun 2020 lalu adalah bahwa pandemi dan resiko tak terduganya masih berlangsung dengan daya rusak yang makin mengkhawatirkan kita semua. Perkembangan terkini bahkan mengabarkan munculnya varian-varian baru dari Covid-19 di beberapa daerah di Indonesia. 

Kita tidak tahu sejauh mana penyebarannya ke daerah-daerah lainnya. Apalagi fenomena mudik 2021 ternyata mencatatkan 3 ribuan lebih dari 6 ribuan pemudik terindikasi positif Covid-19. Kita tidak tahu bagaimana kelanjutan dari pemudik yang positif Covid-19 itu. 

Akibatnya, kita perlu mempertimbangkan interaksi kita dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk dengan keluarga di hari kemenangan ini. Paling tidak, karakteristik dan pola penyebaran pandemi di lingkungan sekitar di lingungan kita masing-masing akan menentukan berbagai kegiatan kemasyarakatan. Salah satunya adalah dalam menyambut Lebaran ini.

Pandemi adalah game changer, begitulah yang saya sering dengar. Pandemi tidak semata mengubah tata cara hubungan antar-negara. Jika bukan karena pandemi, maka sebuah negara tidak akan berani menutup pintu bagi orang asing masuk ke negara-nya.

Lebih jauh, pandemi juga telah merangsek ke keseharian kita. Banyak tata cara kegiatan dan rutinitas diubah demi menghadapi pandemi. Apalagi ketika pandemi membawa virus-virus yang bermutasi dengan sifat mematikannya. Berbagai protokol kesehatan pun diberlakukan kepada masyarakat.

Ada kontroversi di sana-sini. Namun demikian, pandemi ini secara jelas dan pasti telah mempengaruhi kehidupan kita. Keseharian kita jadi berubah sedikit demi sedikit. 

Bagi yang menyadari perubahan itu, ada penerimaan dan/atau penolakan berkecamuk di hati. Apalagi ketika perubahan gegara pandemi mulai diberlakukan. Padahal dia menolaknya secara personal. Pertentangan antara sikap personal atau, bahkan, kelompok dengan kebijakan pemerintah itu yang sedang berlangsung hingga saat ini.

Kenyataan di lapangan, setidaknya di sekitar saya, telah mempertontonkan beberapa hal berbeda. 

1. Lebaran digital
Sebuah keniscayaan bahwa setiap orang mulai menyadari soal Lebaran digital ini. Melalui Lebaran Digital, kita disadarkan oleh kehadiran gadget atau hape sebagai alat ampuh untuk menghadapi pandemi. Demi Lebaran tetap berlangsung, banyak rangkaian kegiatan menuju Hari Kemenangan ini dilakukan secara digital atau virtual sejak awal bulan Ramadhan.

2. Menolak kunjungan fisik
Di hari Lebaran ini, orang-orang dipaksa untuk memaklumi penolakan atas rencana kunjungan fisik. Dengan segala hormat, tuan rumah (yang berusia lanjut) meminta tidak dikunjungi keluara besar atau tetangga. Kekhidmatan Idul Fitri hanya dinikmati oleh keluarga inti saja. Itu semua demi mematuhi protokol kesehatan. 

Keinginan berkumpul dengan keluarga besar memang menjadi salah satu silaturahmi penting. Namun demikian, peemakluman atau pengertian sosial perlu diutamakan demi memberantas munculnya kluster keluarga.

Bahkan serombongan keluarga yang ingin berkunjung ke saudara-nya yang lanjut terpaksa ditolak ketua RT. Kebetulan ada kluster 'kerokan' di daerah tetangga 'selemparan batu'. Koordinasj antar-ketua wilayah terpaksa memohon pembatalan silaturahmi itu demi mencegah penyebaran Covid-19.

3. Tempat-tempat publik ramai, tetapi tetap menerapkan protokol kesehatan
Gara-gara pandemi Covid-19, selain tidak mudik, silaturahmi dibatasi, dan, bahkan, ditolak demi pandemi tidak menyebar. Lalu, saling kunjung ke rumah tetangga dan saudara walau jaraknya dekat juga dibatasi. 

Akibatnya, saling bermaaf-maafan dilakukan depan rumah atau di jalanan komplek atau malah virtualan saja lewat grup WhatsApp atau telegram dan media sosial lainnya.

Bosan di rumah, beberapa keluarga mencoba 'keliling kota' naik motor atau mobil. Tanpa perlu mampir di mal atau supermarket. Yang lain pergi ke tempat-tempat piknik yang luas tanpa tembok-tembok pembatas demi menjaga jarak fisik. 

Apakah kenyataan itu semua baik? Saya tidak bisa menjawabnya secara langsung. Jawaban saya lebih mengarah pada bahwa ini adalah upaya maksimal yang bisa kita lakukan bersama untuk menyesuaikan kehidupan kita dengan pandemi ini. 

Ini bukan persoalan baik atau benar semata. Lebih jauh, sejauh mana itu semua terkait dengan pencegahan penyebaran pandemi Covid-19 di sebuah wilayah. Sejak Maret 2020, kita perlu menyadari bahwa hampir semua perilaku kita harus disesuaikan dengan sifat dari pandemi Covid-19 ini. 

Ini berarti kita perlu selalu peka dan memahami situasi pandemi di sekitar kita masing-masing. Sejauh mana kita tahu posisi pandemi di kampung atau kelurahan atau kecamatan atau di daerah di sekitar kita? 

Pengetahuan itu akan menjadi salah satu pertimbangan untuk ikut sholat Ied atau bersilaturahmi ke rumah sanak-saudara di hari Lebaran ini. Pertimbangan itu pun juga berlaku setelah Lebaran ini. 

Pandemi telah telah membuat kita semua belajar banyak hal, khususnya demi menyambut Lebaran. Tidak sekedar rutinitas harian, namun pandemi juga mempengaruhi rangkaian kegiatan keagamaan selama bulan puasa hingga Hari Lebaran ini.

Makna kemenangan di Hari Lebaran 2021 ini barangkali adalah kemampuan kita mulai menyadari Lebaran digital ini. Hampir semua tradisi Lebaran dijalankan lewat gadget kita masing-masing. Semoga berkenan.

Selamat Hari Raya Lebaran 2021. Mohon maaf lahir dan batin. Tetap sehat dan selalu bahagia:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun