Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Nyepi: Hidup Dalam Sepi, Demi "Sepuh", Tapi Bukan "Sepah"

15 Maret 2021   22:54 Diperbarui: 16 Maret 2021   07:22 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSFlsmizJyBUuDSfZVgLkxSZI3vqdBU3ttMPg&usqp=CAU

Mas Dab sudah kangen menulisi diary ini. Sekian malam tidak menyapa secara langsung, rasanya seperti bagaimana gitu. Malam ini mungkin waktu yang tepat baginya untuk merenungi arti malam sepi, nyepi ini.

Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu memang sudah lewat. Meski begitu, keheningan malam ini masih serasa seperti di hari Nyepi kemarin. 

Sendirian di kamar rumah. Istri dan anak-anak sibuk di kamar masing-masing. Mas Dab jadi nostalgis.

Dia terngiang-ngiang akan ingatan jaman dulu. Waktu itu memang pas bukan hari Nyepi, tapi ketika itu ada diskusi yang sok filsafat. Ngobrol soal kehidupan di antara tiga kata: "sepi, sepuh, dan sepah."

Mas Dab pun bersabda ke saya untuk menuliskan intermezo ini. Sekedar intermezo yang seolah menjadi sebuah permenungan dengan harapan memiliki arti dalam peringatan hari Raya Nyepi. 

###


Soal Sepi, Sepuh, dan Sepah
Mas Dab tidak tahu pastinya soal asal-usul ketiga kata bahasa Jawa itu. Tidak juga tau soal apakah ketiga kata itu termasuk pitutur atau nasehat dalam hidup orang Jawa. Entah juga apa sekedar asal disandingkan lalu diartikan. Dengan cara itu, ketiga kata itu bisa dipakai untuk menjelaskan bagaimana sebaiknya orang itu menjalani kehidupan menurut kebiasaan orang Jawa.

Tiga kata itu memang berasal dari bahasa Jawa. Sepi dalam bahasa Jawa mempunyai arti sama dengan di Bahasa Indonesia. Sepi bisa berarti keadaan sunyi, hening, tenang, tanpa keramaian.

Lalu, kata sepuh itu bahasa Indonesia-nya adalah tua. Ada kata wong sepuh yang berarti orang tua. Lalu, kata nyepuhke artinya upaya membuat sesuatu menjadi tua atau kuno. Ada kata lainnya, yaitu nyepuhke keris yang berarti membuat keris itu memiliki bentuk atau karakteristik kuno.

Terakhir, kata sepah atau sepa. Arti kata Bahasa Jawa ini adalah tidak memiliki rasa, atau seperti plain dalam bahasa Inggris. Dalam kebiasaan orang Jawa, sesuatu yang rasanya sepah atau sepa itu patut dibuang. 

Bagi banyak orang Jawa, rasa sesuatu (misalnya makanan) itu biaa manis, pahit, atau asin. Jika rasanya sepah atau sepa, maka makanan itu tidak enak, tidak perlu dimakan, sehingga dibuang saja.

Kaitan dengan Nyepi
Lalu, bagaimana kaitannya dengan Nyepi?
Nyepi secara longgar diartikan sebagai upaya menjauh dari keramaian. Usaha mengakrabi dan menikmati kondisi sepi, hening. Tanpa suara. Batin dikondisikan untuk terlelap, namun tidak tidur. Tetap terjaga dalam gulita.

Upaya mengalami nyepi atau sepi bisa berkali-kali, tidak cuma sehari atau dua hari. Bisa menjadi rutinitas untuk membangun keheningan batiniah. 

Kebiasaan nyepi itu membantu seseorang untuk sepuh dalam kata, pikiran, dan tindakan. Sepuh sering diasosiasikan dengan orang tua, sesepuh, atau yang dituakan. Kadang ada orang sepuh, tapi umurnya tidak setua orang kebanyakan. Orang yang bijaksana yang menjadi tempat orang meminta nasehat bagi kehidupan.

Dengan menjadi sepuh, seseorang makin tua makin bijaksana. Walaupun semakin tua, orang itu tetap berguna bagi kemaslahatan bersama. Walau sudah sepuh atau beranjak tua, orang itu tetap bisa berkontribusi bagi kehidupan politik nasional, misalnya. 

Lantas, orang yang menua itu tidak menjadi sepah atau sepa atau tidak berguna. Karena sepa, sesepuh itu layak diabaikan. Karena orang sepuh yang sepah atau sepa itu malah lebih sering menimbulkan konflik atau perpecahan.

Kondisi sepah atau sepa ini layak dihindari. Orang sepuh itu seharusnya tidak sepah atau sepa. Orang sepuh itu penuh kebijaksanaan karena pengalaman hidup yang berliku.

Oleh karenanya, Nyepi atau pengalaman menepi dalam sepi seharusnya membuat orang makin sepuh yang bijak, bukan malah sepah atau tidak berguna.

###


Sekali lagi ini sekedar intermezo. Sebuah permenungan yang sok filsafati saja. Pengetahuan mas Dab tentang filsafat itu nol besar, apalagi nilai-nilai adiluhung dalam budaya Jawa. 

Kebetulan saja mas Dab masih mengingatnya dan merasa perlu memaksa saya menuliskannya di diary ini. Apakah sepi, sepuh, dan sepah itu bermanfaat bagi mas Dab? Oya pasti. Paling tidak, mas Dab masih merasa (ny)aman menjalani hari-harinya di pusaran pandemi di kota gudeg yang tidak sepah atau sepa ini:)

Walaupun terlambat, Mas Dab dan saya mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi 2021. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun