Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tiga Kebiasaan Baik Ketika Memegang Hape

11 Oktober 2020   13:32 Diperbarui: 11 Oktober 2020   13:42 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada beberapa tulisan terdahulu di Kompasiana, saya selalu mengatakan bahwa hape adalah kunci. Itu adalah kenyataan umum yang tidak bisa disangkal dan dihindarkan. Dalam konteks rivalitas nilai-nilai global, hape —-apapun bentuk dan mereknya—- menjadi anak kandung paling fenomenal dari perkembangan globalisasi, kapitalisme, dan liberalisme.

Nilai-nilai kebebasan, kreatifitas, persamaan hak, dan partisipasi telah menyertai kelahiran dan perkembangan pesat hape dalam kehidupan manusia. Mustahil hape lahir dari rahim komunisme dan sosialisme yang otoriter, satu komando, dan yang tidak menjunjung kebebasan, apalagi kreatifitas individu.

Dalam konteks globalisasi nilai-nilai itu pula, kita bisa memanfaatkan keberadaan hape demi sebaik mungkin kehidupan pribadi dan sosial kita bersama.

Hape seolah menjadi pusat dari kegiatan manusia di jaman digital ini. Ketika virus Corona menjadi pandemi Covid-19 memaksa manusia berada di rumah, maka hape menjadi solusi. Hampir semua kegiatan bisa dilakukan melalui hape.

Kehadiran hape pun berlangsung secara TSM atau terstruktur, sistematis, dan masif. Tidak seperti alat elektronik lain yang bersifat kolektif (televisi, PC komputer) dan parsial (laptop, tablet, ipad), ternyata hape sudah bersifat personal bahwa hampir setiap orang memiliki hape. 

Seperti biasa ketika sedang bercengkerama dengan hape, saya melakukan tiga kebiasaan ini. Dua kebiasaan pertama bisa bersifat umum dan mungkin dijalankan orang lain. Setiap orang biasanya melakukan dua kebiasaan pertama di bawah ini dan biasanya berurutan seperti itu. 


Sementara itu, kebiasaan ketiga menjadi kebiasaan khusus saya sebagai seorang Kompasianer. Saya melakukan ketiga kebiasaan itu setiap hari. Mungkin malah setiap waktu membuka hape, saya melakukan tiga ritual kebiasaan itu secara berurutan tanpa sadar. Ketika menyadari ritual itu, saya pun langsung menuliskannya di sini...hehehehe...

Kebiasaan pertama berkisar pada membuka akun-akun media sosial untuk mencari tahu kabar dari keluarga dan handai taulan. Akun whatsapp, telegram, facebook, instagram, twitter, dan gmail menjadi sasaran bacaan di tahap awal membuka hape.

Membuka akun-akun itu seringkali membuat saya terjebak berselancar untuk mengetahui akun media sosial (medsos) banyak orang. Saya tidak hanya membaca akun saya sendiri, namun juga milik orang lain. Jika tidak sadar, waktu yang dipakai untuk berselancar bisa lama. 

Jika kita tetap fokus, maka kita hanya membuka akun kita saja. Semua akun personal itu perlu dibuka satu per satu tanpa terkecuali. Tujuan utamanya adalah untuk bisa bersosialisasi melalui media sosial. Menjawab satu per satu, memberi komentar atau sekedar ikut nimbrung dalam sebuah percakapan medsos, dan aktif membuat status dan upload foto menjadi variasi kebiasaan ber-medsos ketika sedang berteman dengan hape.

Kedua, membuka portal-portal berita online, termasuk beberapa portal opini. Rasa ingin tahu mengenai perkembangan situasi di berbagai tempat mendorong saya melakukan kebiasaan ini. Setiap orang memiliki perilaku yang teratur dalam melakukan kegiatan kedua ini.

Ada pola atau keteraturan mengenai portal apa saja yang biasanya dibuka. Algoritma google ‘membaca’ pola ini seolah secara otomatis. Google search sepertinya tahu dan kenal selera kita berselancar di internet.

Ketika membuka google.com, halaman itu kadang juga menampilkan update perkembangan terakhir berita atau topik-topik pilihan yang menjadi selera bacaan kita.

Tidak lupa, saya juga menengok perkembangan artikel opini yang saya kirimkan ke beberapa portal opini di setiap minggunya. Semenjak memiliki akun di Kompasiana, saya mencoba menulis satu minggu satu kali artikel opini mengenai isu-isu internasional.

Sebelum di Kompasiana, saya sudah memiliki empat tempat sasaran, yaitu di qureta, geotimes, kumparan, dan detik. Paling tidak, saya bisa berkontribusi satu artikel opini setiap satu bulan di setiap tempat itu. Isu utama di artikel-artikel opini itu berkisar pada politik luar negeri, diplomasi Indonesia, dan ASEAN.

Setelah itu, kebiasaan ketiga saya adalah menyediakan waktu tertentu untuk Kompasiana. Komitmen personal untuk menulis setiap hari untuk Kompasiana telah membuat saya memberikan sekian menit waktu saya untuk mengembara di Kompasiana. 

Dalam pengembaraan itu, saya mulai dengan tahapan pertama, yaitu membaca berbagai tulisan Kompasianer. Tulisan di bagian terpopuler, terbaru, pilihan editor, artikel utama, artikel pilihan dan lainnya menjadi destinasi petualangan saya di Kompasiana. Ini semacam pengkondisian untuk mengetahui perkembangan terakhir atau terbaru Kompasiana.

Tahapan kedua selama berada di Kompasiana adalah berusaha mencari ide untuk tulisan harian saya. Sekalian mencari ide, saya juga berusaha mempelajari gaya bahasa dan gaya tulisan, dan berinteraksi dengan para Kompasianer.

Mempelajari Kompasiana juga penting di sini untuk mengetahui peluang-peluang apa saja yang masih terbuka untuk saya bisa berkontribusi lebih daripada sekedar menulis ini.

Selanjutnya, tahap terakhir dari ritual ber-Kompasiana di setiap waktu saya ber-hape adalah menulis. Ide harus dituliskan agar tidak hilang begitu saja di pikiran. Proses ini membiasakan diri saya untuk membuat draft dari ide.

Terkadang saya mendapatkan kemewahan, yaitu muncul beberapa ide sekaligus, sehingga beberapa draft tulisan perlu saya tuliskan. Dalam suatu masa, saya bisa memiliki 2-4 tulisan belum utuh yang bisa saya tayangkan ke Kompasiana.

Menulis setiap hari di Kompasiana ternyata sudah menjadi ritual harian saya. Proses menulis ini kadang bersifat spontan saja ketika isu yang menjadi topik bahasan berkisar pada pengalaman menulis. Menulis banyak hal yang sudah saya alami.

Pengembaraan harian selama 30 hari ini ternyata sudah menghasilkan 30 tulisan di Kompasiana, termasuk tulisan yang sedang anda baca ini. Semoga saja saya masih bisa seterunya merawat komitmen menulis setiap hari di Kompasiana ini.  

Dalam pikiran saya, selama ini banyak hal telah menjadi kegiatan harian atau rutin setiap tahun dan mengendap begitu saja di pikiran saya, tanpa ada bukti tulisan sebagai dokumentasi.

Dokumentasi selama ini hanya berupa foto atau berita koran, atau press release kegiatan, yang cenderung tidak tersimpan rapi. Menulis di Kompasiana tampaknya bisa saya jadikan tempat dokumentasi tulisan mengenai pengalaman itu.

Semua kegiatan itu saya lakukan di hape. Bukan di PC komputer, laptop, atau gadget lain. Hape ternyata sudah menjadi pusat kegiatan keseharian kita sekarang, paling tidak bagi saya.

Sosialisasi dengan teman-teman melalui berbagai akun medsos, mencari tahu informasi terkini dari berbagai perkembangan situasi lokal, nasional, dan internasional, serta menjalankan ritual berkompasiana telah menjadi kebiasaan pribadi saya dalam menggunakan hape. 

Tahapan menulis —-sejak dari mencari ide, membuat draft tulisan hingga menyelesaikan sebuah tulisan utuh dan bersih—- juga berlangsung semuanya di hape. Layar monitor hape yang kecil tidak menjadi alasan bagi saya untuk menulis setiap hari.

Pada akhirnya, semua ini berpulang kepada kita sendiri untuk menjawab pertanyaan: sebanyak apa kita mau mendapatkan manfaat dari hape yang sering kita pegang setiap waktu? Jawaban saya adalah setidaknya satu tulisan untuk Kompasiana setiap hari! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun