Mohon tunggu...
Lucyana Kumala
Lucyana Kumala Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2019

Dare to dream

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pesawat Jet Tempur Indonesia dan Kaitannya dengan Realisme

10 Maret 2020   15:35 Diperbarui: 10 Maret 2020   16:00 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Ekspor Persenjataan Dunia | Sumber : SIPRI Arms Transfers Database, 2018

Kekhawatiran Amerika Serikat akan kekuatan Rusia tidak hanya terjadi sekali ini saja. Pada tahun 2019, Amerika Serikat menegur Turki yang membeli rudal S-400 dari Rusia. NATO bahkan mengancam akan memberikan sanksi pada Turki karena kebijakannya dengan Rusia tersebut. Transaksi Turki -- Rusia ini membuat Amerika Serikat akhirnya membatalkan penjualan jet tempur F-35 Lockheed Martin Corp-nya kepada Turki.

Realisme sangat menitikberatkan pada keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara. Machiavelli (1991 : 118) mengatakan bahwa pemerintah / penguasa harus menjadi singa sekaligus rubah. Yang dimaksud dengan hal tersebut adalah penguasa negara / pemerintah haruslah cerdas dalam mempertahankan kepentingan dan menjaga keberlangsungan hidupnya.

Jika tidak, ia akan kehilangan kesempatan emas bagi negaranya. Selain memang 'mengutuk' tindakan aksesi Rusia di Ukraina, Amerika Serikat turut memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari celah agar menjadi hegemoni tertinggi di perpolitikan internasional. Penjatuhan sanksi embargo Krimea pun berdampak terhadap perekonomian Rusia dengan adanya penurunan ekonomi sebesar 6% dalam kurun lima tahun terakhir.

Menurut realisme, negara adalah pelaku utama dalam sistem politik. Akan tetapi, terdapat tingkatan (hierarki) atas kekuasaan negara-negara yang berada dalam sistem politik dunia itu. Negara-negara yang terpenting dalam politik dunia ini disebut negara-negara berkekuatan besar (great powers), contohnya adalah Amerika Serikat dan Rusia.

Meski pasca Perang Dingin para pakar hubungan internasional telah menggeser fokus dari bipolar menjadi multipolar, namun hingga saat ini, kedua negara tersebut tetap menjadi kutub terpenting dari politik dan militer dunia.

Beranjak dari hal itu, maka muncullah balance of power yang membuat tidak adanya kekuasaan tunggal tertentu di sistem internasional. Amerika dan Rusia adalah dua negara pengekspor persenjataan terbesar di dunia, namun tetap diiringi dengan negara-negara lain seperti Jerman, Perancis, Tiongkok, dan Inggris yang saling bersaing untuk menjadi yang terkuat.

Di generasi kelima pengembangan pesawat tempur, negara-negara mengembangkan pesawat tempur yang memiliki kemungkinan rendah untuk dideteksi radar atau seperti 'siluman'. Amerika Serikat mempunyai Lockheed Martin F-35, sedangkan Rusia memiliki Sukhoi SU-57 E. Pesawat Sukhoi SU-57 E ini disebut menjadi saingan pesawat F-35 Lightning II dan F-22 Raptor milik Amerika Serikat.

Selain mengkaji dari sisi Amerika Serikat dan Rusia, kita juga dapat mengkaji Indonesia dan kaitannya dengan paradigma realisme. Indonesia rela membeli jet tempur tercanggih Sukhoi SU-35 seharga US$1,14 miliar atau Rp16,75 triliun untuk menjaga kedaulatan wilayahnya yang luas. Indonesia terus memaksimalkan keamanan dan pertahanan negara agar tidak kalah dari negara lain atau bisa disebut dengan security dilemma. Hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran pemerintah terhadap bidang militer.

Pada tahun 2020, pemerintah memberikan anggaran sebesar 131,2 triliun rupiah dari yang sebelumnya 131 triliun di tahun 2019 kepada Kementerian Pertahanan, yang mana merupakan anggaran terbesar di antara kementerian-kementerian lainnya.

Selain untuk mempertahankan kedaulatannya, anggaran besar untuk militer ini juga ditujukan untuk mewujudkan rencana Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essential Force) tahap ketiga periode 2019-2024 yang ditargetkan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essential Force) ini sendiri adalah rencana modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang telah dicanangkan sejak tahun 2007.

Pemerintah Indonesia diketahui memiliki visi Indonesia 2030 yaitu menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2030. Maka dari itu, pemerintah berusaha untuk mendorong kekuatan militer seperti membeli alutsista berteknologi tinggi seperti pesawat jet tempur agar menjadi negara terkuat di dunia internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun