Mohon tunggu...
Luca Cada Lora
Luca Cada Lora Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Entrepreneur, vegan & energy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Metana : Gas Penghancur Perisai Bumi dan Pemanfaatannya sebagai Energi Terbarukan #3

19 Agustus 2017   22:25 Diperbarui: 24 Agustus 2017   11:33 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Melalui divisi community development dibawah bidang pengabdian masyarakat, Himatek ITB telah mencoba memberikan solusi dengan menanamkan reaktor untuk menampung dan memanfaatkan gas Metana sebagai pengganti bahan bakar konvensional. Prosesnya sederhana, dengan memasukkan kotoran sapi yang telah diencerkan ke dalam reaktor tersebut dengan rutin, biogas akan langsung dialirkan melalui selang menuju dapur rumah warga.

Foto : Penulis yang juga anggota Himatek ITB

Ibu Ica, wanita paruh baya salah satu warga yang mendapatkan reaktor ini telah menghemat pengeluarannya untuk membeli gas LPG. Sebelumnya ia membeli gas LPG ukuran 3 kg dalam kurun waktu dua minggu sekali, namun setelah pemasangan reaktor bahan bakar kompor gas yang berasal dari gas alam tersebut baru habis dalam waktu 3 bulan. Hal ini juga dirasakan warga lainnya yang telah bersedia untuk dipasang reaktor biogas Dengan proses yang terbilang simpel. Dampak negatif dari kotoran peternakan disana dapat diredam sedikit demi sedikit. Sebuah usaha langsung di masyarakat, tidak perlu menunggu dibangunnya industri besar dalam pengolahan kotaran sapi menjadi biogas untuk dapat merasakan manfaatnya.

Foto : Dokumentasi pribadi

Hal lain yang tak kalah bermanfaatnya yaitu kotoran kering yang telah lama berada dalam reaktor. Setelah berminggu-minggu berada di dalam reaktor, kotoran-kotoran tersebut akan mengering dan hasilnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Perbedaan mencolok antara kotoran kering dalam reaktor dan tidak dalam reaktor. Hal ini disebabkan oleh adanya proses anaerobik bakteri di dalam reaktor yang telah mengkonversi berbagai zat organik dengan kandungan yang jauh bertambah.

Sumber : Penn State Collage

Foto : Dokumentasi pribadi

Gambar diatas menunjukkan perbedaan kotoran sapi kering. Sebelah kiri merupakan kotoran kering pasca proses di dalam reaktor sedangkan gambar sebelah kanan merupakan kotoran yang dibiarkan di udara terbuka.

Pemanfaatan energi terbarukan seperti ini seharusnya dapat menjadi referensi bagi pemerintah untuk dapat berinvestasi di bidang energi yang satu ini. Tidak seperti energi dari panas bumi yang membutuhkan investasi triliunan, satu buah reaktor hanya membutuhkan biaya tidak lebih dari tujuh juta rupiah yang berdampak langsung bagi masyarakat ataupun dapat ditampung dan dikemas sebagai pengganti gas LPG konvensional dengan memberdayakan masyarakat sebagai penggerak roda ekonomi.

Sektor peternakan ternyata hanya satu dari sekian banyak penyumbang emisi gas rumah kaca dan pencemaran air. Industri sawit ternyata juga banyak memberikan dampak negatif yang cukup besar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun