Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

M2U, Solusi Penuhi Kebutuhan Nasabah Selama Pandemi

25 Januari 2021   20:21 Diperbarui: 25 Januari 2021   20:27 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Tahun 2020 menjadi bisa dikatakan menjadi tahun perubahan. Ya, pada tahun ini terjadi banyak sekali perubahan di semua lini kehidupan.

Perubahan gaya hidup dimulai dari menjaga jarak, mengenakan masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Perubahan ritme kerja dan pendidikan yang tadinya didominasi dengan pertemuan tatap muka pada hari kerja, kini mulai lebih banyak di rumah.

Jasa homeschooling yang tadinya hanya diterapkan pada sejumlah keluarga saja, kini tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Bekerja jarak jauh pun kini mulai diminati oleh sejumlah perusahaan, karena lebih efektif dari segi waktu, energi, dan biaya yang dikeluarkan.

Bidang perbankan pun juga tak luput dari kenormalan baru ini. Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah kota besar di tanah air, membuat sistem perbankan terpaksa mengurangi jam operasional hingga menutup sementara beberapa kantor cabang, menggunakan interaksi non-tatap muka, serta meningkatkan promosi layanan digital.

Sementara dari segi masyarakat, yang awalnya melakukan pembayaran dengan uang tunai, kini mulai beranjak ke pembayaran digital. Sebut saja QR Code, e-wallet, dan mobile banking, kini menjadi adaptasi dan inovasi bidang perbankan untuk sistem pembayaran non-tunai.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dimuat dalam Kompas, edisi 18 Juni 2020 menyebutkan, kondisi ini membuat transaksi digital tumbuh sebesar 64 persen dan volume transaksi digital tumbuh sebesar 37 persen.

Pada dasarnya, layanan digital perbankan bukanlah hal baru di Indonesia. Michel Hamilton, Chief Strategy, Transformation and Digital Officer Maybank Indonesia memaparkan lebih dari tiga tahun terakhir, penggunaan layanan digital perbankan meningkat dua kali lipat, sama halnya dengan pasar Asia. Sementara, 56 persen nasabah non-digital baru akan tertarik menggunakan layanan digital pada enam bulan berikutnya.

Dok. Maybank
Dok. Maybank
Terdapat tiga penyebab pertumbuhan transaksis digital selama pandemi Covid 19 di Indonesia. Sebut saja sebanyak 82 persen konsumen merasa benar-benar waspada ketika harus pergi ke bank, 73 persen nasabah melakukan lebih banyak bekerja secara remote atau jarak jauh maupun di rumah saja sehingga tidak harus pergi ke kantor dan bank, dan 63 persen nasabah tertarik untuk mencoba aplikasi digital.

Mengutip situs icarvision dan deloitte, para pengguna layanan digital perbankan didominasi oleh nasabah mulai usia 20 hingga 54 tahun. Keputusan nasabah dalam mengadopsi layanan digital perbankan tentu bukan sembarangan.

Survei menyebutkan, ada tiga komponen yang membuat akhirnya konsumen memutuskan untuk menggunakan layanan tersebut, di keamanan data yang lebih kuat, keharusan untuk melakukan transaksi lebih dari yang biasanya, seperti menyimpan dan mengambil uang serta resolusi masalah secara real time. 

Bank yang merupakan bagian dari grup Malayan Banking Berhad, grup penyedia layanan keuangan terbesar di ASEAN ini turut menjadikan digitalisasi sebagai sebuah kewajaran dalam bertransaksi keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun