Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP email: Luanayunaneva@gmail.com youtube: www.youtube.com/@luanayunaneva

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Siapa Bilang Bikin Paspor Online itu Ribet?

10 Februari 2016   12:37 Diperbarui: 8 Agustus 2016   16:12 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiba lokasi, ternyata antrean sudah cukup panjang. Namun saya tidak berlama-lama antre di situ dan mencoba bergeser ke barisan yang lebih pendek, tepatnya di sebelah kiri teras Kantor Imigrasi, Bandung. Untung saja saya pilih barisan kedua karena memang di situlah antrean untuk para pendaftar online. Tidak terlalu panjang, hanya belasan orang. Berbeda dengan antrean pertama, sekitar 50 orang.

[caption caption="Beginilah posisi antrean pendaftaran paspor online di sebelah kiri teras Kantor Imigrasi Kelas I Bandung (dokumen pribadi)"]

[/caption]

Saya pun lega dikarenakan tidak terlalu pagi berangkat dan antrean pun tidak terlalu panjang. Di belakang saya, ada seorang guru SD dan SMP Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur, Bandung yang asyik diajak mengobrol. Masa penantian pun menjadi tidak membosankan. 

Begitu memasuki lobi, petugas mempersilakan saya masuk dan duduk. Berkas pun dicek. Berhubung saya adalah perantau di kota kembang ini dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai warga Jawa Timur, saya pun membawa surat keterangan bekerja di salah satu perusahaan di Bandung. Inilah yang membantu kelancaran pengurusan paspor karena pihak imigrasi memintanya sebagai salah satu persyaratan.

Sesudah berkas dicek, saya pun mendapatkan nomor antrean untuk wawancara. Sembari menunggu panggilan, saya menyiapkan fotokopian berkas untuk diserahkan.

[caption caption="Beginilah suasana di dalam Kantor Imigrasi Kelas I Bandung"]

[/caption]

Begitu nomor dipanggil, saya pun maju ke bilik yang sudah ditentukan. Saya kebagian wawancara dengan petugas wanita. Setelah berkas dicek ulang dan data dimasukkan ke dalam komputer, petugas itu memotret saya. Sesudahnya, beliau menanyakan tujuan saya membuat paspor. Pertanyaan yang disampaikan pun tidak seperti bayangan saya, seperti wawancara pekerjaan, tetapi malah seperti mengobrol saja.

Santai tetapi beliau menatap mata saya. Beliau ingin memastikan kejujuran saya kali ya? Maraknya jaringan teroris belakangan ini pula, tentu membuat pihak Imigrasi lebih ketat dalam mengeluarkan paspor. Saya pernah membaca, kejujuran atau kebohongan seseorang bisa dilihat dari matanya.

“Paspornya bisa diambil minggu depan ya, Mbak,” kata beliau tiba-tiba.

“Hari apa, Bu?” tanya saja agak kaget, setengah senang.

“Selasa,” jawabnya singkat. Saya pun berterima kasih dan kembali ke kantor dalam keadaan sukacita lantaran paspor bakal ada dalam genggaman minggu depan.Proses yang saya lewati di Kantor Imigrasi pun tidak sampai jam makan siang alias pukul 12.00. Hemat waktu kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun