Batang taman adalah semacam tangga untuk memanjat,terbuat darisebatang pinang atau bambu aur (Sidik-Banyuke), anak tengganya adalah insaut(pisau kecil yang tajam untuk meraut anyaman), dengan mata menghadap keatas, tempat sang dukun menginjak.
Bambang Bider, “Ngaben Di Tempat Jauh”dalam Kalimantan Rewiew, No.94/Th.XII/Juni 2003,(Pontianak : Yayasan Institut Dayakologi),hlm. 28-29.
Binua,terdiri atas binua besar dan binua kecil,yaitu; wilayah administratif yang dikepalai oleh seorang Temenggung, terdiri atas beberapa kampung.
Menurut Musin, dalam wawancara di Desa Ngarak Tanggal 21 Pebruari 2001, Dayak Kanayatn di daerah Banyuke telah berkembang kira-kira tahun 1400 M, (bandingkan dengan Lontaan :1975,hlm. 161-162). Mereka hasil perkawinan Ria Sinir (Banyuke:banyadu’) dan Dara Itapm (Kanayatn: banana’). Pertama kali mereka berada di kampung Jering (Setolo-Darit), 2 generasi kemudian (+ 1600-1700 M) keturunnya mendirikan kampung-kampung di daerah Sigonyekng,Sabakit,Ringo,Guna, Labak-Jongkak,Nangka, dan mendirikan pusat ketemanggongan di desa Ladangan-Darit, kira-kira tahu 1780 M.
Menurut Sukara, dalam Wawancara di Desa Senakin tanggal 19 Desember 2003, suku Dayak Kanayatn telah mendiami dataran tinggi dan pegunungan sidik 9-10 generasi kira-kira 300tahun yang laluatau + 1700 M, hal itu ditandai dengan tembawang (bekas pemukiman), pemakamaan dan kebun buah-buahan, seperti durian, tengkawang, langsat, nangka, bintawa’ dan lain-lain.
Bahari Sinju, Peranan Pantak Dalam Kesatuan Wilayah Binua Dayak Kanayatn, (Pontianak : Universitas Tanjungpura 1993), hlm.8. Pantak Ne’ Panyakng,+1700 di desa Sahapm-Pahauman berasal dari Mempawah Hulu, ne’ Panyakng atau ne’ Nabi, dibuatkan pantak untuk mengundang berkah “pama”yang dimilikinya.
Edi Petebang, “Sejarah Perang Suku Di Kalbar” dalam Kalimantan Review,No50/Th.IX/Oktober 1999, (Pontianak: Yayasan Institut Dayakologi),hlm.10.
Stefanus Djuweng, “Imigrasi Cina dan Emas di Kalbar,”dalam Manusia Dayak Orang Kecil yang terperangkap Arus Modernisasi, (Pontianak: Institute Of Dayakology Research and Development, 1996), hlm. 26-27.
Dituturkan oleh Suhardi, S.Pd, di dusun Singkut-Kayu Tanam, tanggal 19 September 2004, hasil perhitungan silsilah dari 9 generasi keluarga besar Ipuh-Pansi, dibuktikan dengan pantak tertua di Ipuh dan tembawang buah-buahan yang telah diwarisi 8 sampai 9 generasi yang lalu.
Thomas Tion, “Orang Dayak Di Kecamatan Mandor”dalam Kalimantan review, N0.92/Th.XII/April 2003,(Pontianak: Yayasan Institut Dayakologi), hlm. 20.
Th. van den End,Ragi Carita I, Sejarah Gereja Indonesia, 1500-1860, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999),hlm. 189.