Mohon tunggu...
Ines Sabrina
Ines Sabrina Mohon Tunggu... Penulis

Bagi saya, menulis adalah kegiatan yang menyenangkan dan membawa manfaat yang besar dalam kehidupan saya. Sebagian kehidupan saya adalah menulis, saya senang menulis banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Gen Z Lebih Suka Yapping di Twitter Gembok, Kenapa Ya?

24 Agustus 2025   21:44 Diperbarui: 24 Agustus 2025   21:44 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh Akun Twitter Gembokan 

Kalau dipikir-pikir, Gen Z itu generasi yang paling rame kalau soal ngomong. Ada aja bahan obrolan, mulai dari hal receh sampai yang berat. Nah, belakangan ini ada satu kebiasaan yang makin keliatan yaitu yapping di Twitter gembok. Buat yang belum familiar, yapping itu sederhananya ngomong panjang lebar, seringkali nggak penting, tapi entah kenapa bikin lega.

Lucunya, walaupun Twitter itu platform publik, banyak anak muda sekarang justru lebih nyaman bikin akun gembok. Di balik gembok itu, mereka bisa bebas ngoceh tanpa takut di-judge orang asing. Kadang isinya curhat soal kuliah, kerjaan, atau bahkan cuma ngeluh karena makanan pesanan datangnya lama. Hal-hal receh gini memang lebih enak dibagi di tempat yang terasa aman, bukan di timeline publik yang isinya bisa random banget atau kadang malah memicu kontroversi dan drama yang nggak perlu.

Aku sendiri sering nemu orang yang punya dua akun, satu akun publik yang isinya rapi dan keren, satunya lagi gembok khusus buat yapping. Bedanya jelas, akun publik dipoles biar terlihat profesional, sementara akun gembok kayak ruang tamu tempat ngobrol sama sahabat sendiri. Nggak heran kalau isinya lebih jujur, lebih kocak, dan kadang juga lebih emosional.

Kenapa sih lebih milih gembok? Karena ada rasa nyaman. Gen Z tumbuh di era digital yang serba cepat, di mana satu tweet bisa dengan mudah viral atau disalahpahami. Jadi wajar kalau mereka pengin tempat yang lebih privat buat ngomong seenaknya. Gembok jadi kayak pagar rumah: siapa pun nggak bisa masuk kalau nggak di-approve dulu.

Kalau diperhatiin, gaya yapping tiap orang tuh beda-beda. Ada yang kalau yapping isinya kayak novel bersambung, panjang banget sampai bikin kita scroll capek sendiri, tapi entah kenapa tetap asik dibaca. Ada juga tipe yang yappingnya nyeleneh: mulai dari ngomongin cuaca, tiba-tiba nyambung ke mantan, lalu ujung-ujungnya jadi bahas drama Korea. Pokoknya ngalor-ngidul tanpa arah, tapi di situlah seninya.

Ada juga tipe "yapping komedi", isinya selalu ngocol. Mereka suka lempar jokes receh yang kalau diucapin langsung mungkin biasa aja, tapi kalau dibaca di timeline gembok bisa bikin ngakak tengah malam. Lalu ada tipe "yapping curhat", biasanya muncul kalau lagi bad mood. Isinya bisa berupa keluhan tentang tugas kuliah, kerjaan yang numpuk, atau perasaan nggak dianggap sama doi. Timeline gembok bisa jadi semacam ruang terapi gratis buat tipe ini.

Nggak ketinggalan, ada tipe "yapping random facts" yang hobinya ngasih info nggak penting tapi menarik. Misalnya tiba-tiba nge-tweet, "tau nggak kalau flamingo bisa minum air panas mendidih?" Terus semua orang di dalam gembok jadi bingung antara mau ngakak atau mikir serius. Ada juga tipe "yapping galau", yang setiap tweetnya nuansa sendu. Timeline gembok mereka kayak playlist lagu mellow yang nggak ada habisnya.

Pada akhirnya, yapping di gembok itu bukti kalau kita semua butuh ruang buat ngomong tanpa filter. Kadang manusia memang cuma pengin didengar, nggak selalu butuh solusi. Dan buat Gen Z, Twitter gembok itu jadi tempat yang pas. Jadi kalau ada temanmu yang suka yapping di akun gemboknya, jangan heran. Itu cara mereka menjaga kewarasan di tengah dunia digital yang bising banget.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun