Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Asyiknya Susur Sungai Pute Rammang-Rammang

2 April 2016   12:40 Diperbarui: 2 April 2016   20:17 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Susur Sungai Pute di Rammang-Rammang (Dokpri)"][/caption]Tetiba di Dermaga Perintis, kawasan wisata alam Rammang Rammang, Liza Monalisa, teman seperjalanan, menggerutu kepada dirinya sendiri. Topinya tertinggal di hotel. Udara panas, teriknya matahari, di gugusan pegunungan karst Maros-Pangkep, desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, membuat Liza kesal.

Saat itu (25/3/2016) langit biru cerah. Sedikit awan. Jarum jam menunjuk ke arah angka  9. Tapi kepala rasanya terpanggang oleh terik matahari. “Di dermaga, disewakan topi kok Bu. Cuma Rp 3000,-” timpal Pak Aris, driver kami. Dipilihnya caping kuning bermata merah.  Setelah itu, petugas mengarahkan kami untuk naik perahu. Salah satu perahu dan motorisnya membantu kami naik perahu.

[caption caption="Kawasan wisata (dokpri)"]

[/caption]Perahu itu mudah goyang ketika seorang menaikinya. Ukuran perahu tidak terlalu besar. Satu tempat duduk untuk satu orang. Bisa memuat 4 atau 5 orang. Wisata sungai Pute dimulai. Saya duduk di baris kedua. Tak disediakan baju pelampung. Mungkin selama ini keamanan penumpang terjamin. Rammang-rammang menjadi pelengkap wisata saya selama tiga malam di Makassar. Sebelumnya, saya menyambangi Pantai Losari, Pelabuhan rakyat Paotere, Bantimurung, Trans Studio dan kuliner khas Makassar.

[caption caption="Dermaga Satu (Dokpri)"]

[/caption]Keunikan Rammang-Rammang berupa taman hutan kapur. Ada juga Telaga Bidadari, Bua Bulu Barakka, Gua Telapak Tangan, Gua Pasaung. Kami memilih wisata Sungai Pute menuju Kampung Berua. Tak sulit menemukan objek wisata alam ini. Dari Makassar, ikuti saja jalan trans lintas provinsi arah ke utara melewati Maros. Dibutuhkan sekitar dua jam perjalanan.

Taman hutan batu itu indah dan unik dilihat dari atas perahu. Sepanjang menyusuri sungai, kesan alami mengecamuk di setiap pandangan mata. Berjumpa dan melihat dari dekat batu-batu hitam dan abu-abu yang menyembul di permukaan sungai, suguhan luar biasa.

[caption caption="Batu berwajah manusia (dokpri)"]

[/caption]“Lihat itu ada batu berbentuk kepala manusia,” teriak Liza. Saya pun menoleh mengikuti jari telunjuknya. Motoris memperlambat laju perahunya. Kamera pun beraksi, memagut objek batu unik itu. Di kanan kiri Sungai Pute banyak tumbuh pohon Lontar. Deretan pepohon ini, membuat susur Sungai Pute menjadi lebih hijau alami. Dari atas perahu, pemandangan pegunungan kapur menjadi lukisan alam dengan birunya langit menjadi latar belakang.

Laju perahu melambat. Sebuah terowongan batu karst dilalui. Lebarnya hanya untuk satu perahu. Jika ada perahu lain, yang satu mengalah. Bergantian. Tak lama melewati terowongan batu, tibalah kami di Kampung Berua, ujung sungai. Kampung ini dikelilingi pegunungan karst.

[caption caption="Kampung Berua, di ujung sungai (dokpri)"]

[/caption]Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,- kami pun berjalan menuju pematang sawah dan tak jauh dari situ ada pondok istirahat. Kampung Berua dihuni sekitar 14 KK. Mata pencaharian utama warga adalah menggarap sawah, di samping beternak bebek. Pondok istirahat itu berfungsi sebagai warung bagi pengunjung yang ingin makan atau minum. Saya pesan kelapa muda tanpa gula. Harganya Rp. 10.000,- per biji. Pisang Goreng kami pesan.

Setelah istirahat dan menikmati pemandangan sawah dengan latar belakang pegunungan karst, kami pun kembali ke perahu. Sepanjang perjalanan pulang, kami berpapasan dengan beberapa perahu yang membawa para wisatawan.

[caption caption="Banyak wisatawan (Dokpri)"]

[/caption]Luas hutan kapur Rammang-Rammang ini sekitar 45.000 ha. Konon kawasan karst ini terbesar ketiga di dunia. Dua kawasan terbesar lain berlokasi di Tsingy, Madagaskar, dan Shilin, Tiongkok. Motoris yang membawa kami berkisah dalam perjalanan pulang bahwa arti kata “rammang-rammang” itu sekumpulan awan atau kabut. Bila hujan turun, daerah ini berkabut. Di pagi hari juga berkabut. Itulah mengapa kawasan pegunungan kapur (karst) dijuluki Rammang-Rammang.

[caption caption="Indahnya alam Rammang-Rammang (Dokpri)"]

[/caption]Liza lebih dulu melompat dari perahu, sesaat perahu menepi di dermaga. Berikut saya dan disusul Pak Aris sopir rental kami. Sewa perahu seharga 200 ribu rupiah dibayar patungan antara saya dengan Liza. Setelah itu, kami kembali ke Makassar untuk berburu kuliner Sop Saudara. Hampir dua jam kami berwisata di Rammang-Rammang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun