Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Senangnya Pesiar ke Taman Wisata Alam Batu Angus Bitung

28 Juli 2025   14:02 Diperbarui: 28 Juli 2025   16:27 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naik Perahu dari Pantai Batu Angus ke Jembatan Biru (Sumber: Dokumen Pribadi)

Hampir setiap Sabtu, Minggu atau hari libur sebagian besar orang Manado memanfaatkan untuk "pesiar". Perjalanan santai ini menjadi sarana hiburan dan sekaligus "healing" melepas kepenatan dari rutinitas bekerja.

Tak ada tujuan lain selain bersenang-senang bersama dengan keluarga atau rekan-rekan kerja dengan mengendarai kendaraan menuju objek wisata pantai atau perbukitan.

Sabtu kemarin (26/07/2025), saya dan rekan-rekan kerja yang mengajak istri atau suami dan anaknya berkesempatan untuk pesiar ke Taman Wisata (TWA) Batu Angus. Wisata alam ini berlokasi di kaki Gunung Dua Saudara, Kasawari, Aertembaga, Bitung, Sulawesi Utara.

Roda mobil Hiace Putih mulai berputar sejak pukul delapan pagi lebih sedikit dari titik berkumpul di kampus Lokon Tomohon. Satu kendaraan Luxio membawa logistik, sudah berjalan duluan.

Pondok Makan di atas Bebatuan Hitam dan Spot Snorkeling (Sumber : Dokumen Pribadi)
Pondok Makan di atas Bebatuan Hitam dan Spot Snorkeling (Sumber : Dokumen Pribadi)

Langit biru dan cuaca cerah membuat perjalanan wisata kami semakin menyenangkan. Tak hanya itu, perjalanan dari Tomohon menuju ke TWA Batu Angus (69 km) boleh dikatakan lancar. Estimasi perjalanan ditempuh sekitar dua jam.

Setelah melibas Tol Manado Bitung (39 km), kami menuju ke arah Aertembaga. Jalan perkampungan Aertembaga hingga desa Kasawari menantang kelincahan sopir Hiace kami karena jalan tak terlalu lebar.

Ketangguhan sopir baru diuji ketika menyusuri jalan-jalan sempit menuju Batu Angus. Salah satunya ketika berpapasan dengan mobil atau sepeda motor dari arah berlawanan. Salah satu harus mengalah berhenti agar tidak terjadi senggolan.

Tiba-tiba muncul seorang Bapak menyetop kendaraan kami.

"Bayar tiket masuk dulu ya Om" serunya kepada rombongan kami. "Tiket masuknya berapa Pak?" tanya Ancella menanggapi petugas itu. "Per orang dua puluh ribu. Untuk parkir, per kendaraan sepuluh ribu. Anak-anak gratis" jawab petugas tadi.

Foto di atas Perahu sebelum berlabuh di Jembatan Biru (Sumber: Dokumen Pribadi)
Foto di atas Perahu sebelum berlabuh di Jembatan Biru (Sumber: Dokumen Pribadi)

Rombongan kami berjumlah 15 orang sudah termasuk dua anak-anak. "Ini pak uangnya. Termasuk kendaraan belakang ya" ujar Ancella sambil menyerahkan uang kepada petugas tiket masuk.

Dari pos itu, kurang lebih jaraknya 300 meter, mobil Hiace dan Luxio kami parkir di bawah pohon.

Sedikit cerita, sebelum sampai ke parkiran, mobil harus melewati jalan "off road" (tak beraspal) yang kanan kirinya ditumbuhi rumput tinggi dengan lebar jalan pas hanya untuk si bongsor Hiace. Dua sepeda motor yang berpapasan dengan mobil kami, harus berhenti untuk mempersilakan si bongsor lewat.

Setelah memakir mobil, kami berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah dikonblok. Setelah 200 meter, jalan setapak ini bercabang dengan papan petunjuk "Jembatan Biru" dan "Pantai Batu Angus".

Naik Perahu dari Pantai Batu Angus ke Jembatan Biru (Sumber: Dokumen Pribadi)
Naik Perahu dari Pantai Batu Angus ke Jembatan Biru (Sumber: Dokumen Pribadi)

"Kita jalan ke Pantai Batu Angus ya" ajak Ance ke saya dan Fajar yang berjalan paling depan dari rombongan. "Saya belum pernah ke sini. Jadi ikut saja" jawab saya sambil berjalan mengikuti Ance.

Napas saya mulai terasa "ngos-ngosan". Ini pertanda jalan setapak ini sudah lumayan jauh buat seorang lansia. Meski matahari bersinar terik, tetapi langkah kami terasa sejuk. Pepohonan dan semak-semak memayungi setiap langkah kami hingga di pantai.

Tetibanya di pantai Batu Angus, saya melihat bangunan yang dipakai untuk Toilet (tidak berfungsi karena tidak ada iar) dan kios-kios yang menjual makanan dan minuman yang dijaga oleh warga lokal.

Tersedia fasilitas meja dan tempat duduk yang cukup untuk melepas lelah wisatawan sambil menikmati pesanan minuman atau pisang goreng yang dicocol sambal roa.

Foto bersama di Pantai Batu Angus (Sumber: Dokumen Pribadi)
Foto bersama di Pantai Batu Angus (Sumber: Dokumen Pribadi)

Saya lalu menuju ke arah pantainya. Bukan pasir tetapi kerikil warna hitam menyelimuti sepanjang bibir pantai yang berundak. Saya juga melihat di ujung pantai tampak gundukan bebatuan hitam bergerombol bak pagar menahan ombak air laut.

Warna bebatuan hitam dan air laut biru dan tosca yang kontras, memanjakan mata. Tak ayal rombongan kami menyempatkan diri foto bersama di pinggir pantai TWA Batu Angus.

"Pantai Batu Angus, Bitung, Sulawesi Utara ini terjadi ribuan tahun lalu akibat letusan gunung berapi Dua Saudara. Gubenur Jenderal Hindia pada tahun 1919 menetapkan kawasan Batu Angus sebagai Monumen Alam atau "Natuumonumenten" atau  kawasan hutan yang dilindungi atas dasar dokumen Staasblad Van Nederlands-Indie 1919 No. 90" tutur si Ibu penjaga warung saat kami mencari informasi tentang sewa perahu.

Pondok-pondok ini disewakan untuk Wisatawan bisa untuk meeting (Sumber: Dokumen Pribadi)
Pondok-pondok ini disewakan untuk Wisatawan bisa untuk meeting (Sumber: Dokumen Pribadi)

Dari jejak sejarah, pengelolaan kawasan Batu Angus berkali-kali diperkuat dengan penerbitan Surat Keputusan pada tahun 1978, 1981, 2014 dan 2016. SK tersebut menyebutkan TWA Batu Angus dikelola oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Tangkoko seluas 649 hektar.

Perahu yang kami pesan tiba di Pantai Batu Angus. Satu per satu kami masuk ke perahu. Kami dibawa ke Jembatan Biru, tempat berlabuh perahu-perahu wisata dan sekaligus spot untuk snorkeling.

Spot Padang Batu Lava, berupa batu angus, yang banyak menyembul kepermukaan laut memang menakjubkan. Tak hanya itu, kami melewati sekelompok wisatawan yang sedang snorkeling menikmati keindahan bawah laut.

Snorkeling di lokasi ini (Sumber: Dokumen Pribadi)
Snorkeling di lokasi ini (Sumber: Dokumen Pribadi)

Memang jarak dari Pantai Batu Angus ke Jembatan Biru tidak jauh. Hanya ditempuh dalam waktu lima belas menit saja. Namun, sepanjang perjalanan naik perahu kami disuguhi pemandangan indah berupa bebatuan hitam, pantai, hutan bakau dan spot snorkeling yang bagus.

Sayang kami tidak membawa pakaian renang. Kesempatan untuk berenang jadi pupus dan kemudian kami melanjutkan makan siang di salah satu Villa di Kasawari.

Kunjungan kami ke Taman Wisata Alam Batu Angus bisa dilihat di link youtube ini.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun