Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kepo akan Putri Mandalika, dari Kuta hingga Pantai Seger Lombok

19 Januari 2016   14:40 Diperbarui: 20 Januari 2016   05:54 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu langit tampak memerah di atas cakrawala Pantai Kuta. Agak tergesa-gesa, mesin sepeda motor matik putih tanpa plat nomer milik satpam hotel saya hidupkan. Saya melaju ke Jalan pariwisata atau jalan ke Pantai Kuta. Sepeda motor itu saya sewa per hari Rp. 50.000,- dan bensin diisi penyewa. Tak kurang dari 10 menit saya berhenti di bibir pantai. Tak begitu ramai di pantai sore itu. Tetapi terlihat turis-turis asing bercengkerama di café-café pinggir pantai. Sendau gurau sambil menegak bir diiring musik barat, menarik perhatian orang yang berlalu-lalang di sekitar pantai. 

Meski bulatnya mentari tertutup di balik bukit kecil di sebelah Barat pantai, namun jejak lembayungnya masih menghiasi langit dan berkasnya terpantul di permukaan laut. Kamera tak hentinya menangkap momen dinamis itu.

 [caption caption="Mencari udang"]

[/caption]

Tampak beberapa nelayan berjalan ke laut dengan lampu di kepala. Katanya sedang mencari udang yang menyembul ke permukaan air di antara lubang karang. Secara keseluruhan pantai Kuta saat itu sedang menggeliat ditimpa redupnya senja dan bersinarnya lampu-lampu café pantai yang makin lama makin terang seiring dengan gelapnya langit. Beberapa pondok kuliner milik warga disinggahi beberapa para turis untuk bersantap ria. 

Gelap telah tiba. Saya pun kembali ke penginapan untuk mandi dan rehat sejenak sebelum makan malam. Dalam perjalanan pulang, sempat berhenti ke mini market untuk membeli beberapa botol air kemasan untuk membasahi kerongkongan akibat kering udara pantai. 

Mengejar Legenda Putri Mandalika

Keindahan alam Lombok Tengah, bukan hanya Pantai Kuta. Bersebelahan dengan Pantai Kuta ada beberapa pantai dan tanjung yang tak kalah indahnya. Karena itulah, pagi-pagi sebelum jam enam saya sudah di berada di atas sepeda motor. Niat hati menyambut mentari terbit, namun apa daya bangunnya terlambat. Meski demikian, sebelum jarum jam menunjuk angka enam, roda sepeda motor putih sudah menyusuri jalan pantai menuju ke Pantai Mandalika, Pantai Seger, Tanjung Aan dan Batu Payung.


 [caption caption="Pantai Mandalika dari Pantai Seger"]

[/caption]

Pantai Mandalika, pantai pertama yang saya singgahi. Kontur pantai ini tak landai tapi banyak bebatuan. Sementara pantai Mandalika yang berpasir putih berada di halaman sebuah hotel berbintang sebagai “private” pantai khusus untuk tamu hotel. 

Di ujung pantai, terdapat jembatan penghubung antara pantai Mandalika dengan pantai Seger. Sayang jembatan itu tak bisa dilalui oleh kendaraan. Di samping jembatan berdiri patung Putri Mandalika menghadap laut dan di belakangnya ada tiga pangeran seperti sedang mengejar patung di depannya, patung Putri Mandalika. 

Patung setinggi manusia itu berkisah tentang Putri Mandalika, putri pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting. Saat dewasa, aura kecantikan putri Mandalika menjadi buah bibir rakyat hingga tersebar ke seluruh Lombok. Pangeran-pangeran dari Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha dan Beru berniat sekali untuk mempersuntingnya.

 [caption caption="Panatai "Bau Nyale""]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun