Namun di usia 30-an, muncul kesadaran bahwa waktu terasa semakin cepat berlalu, dan hidup terlalu singkat jika dijalani tanpa rasa cinta terhadap pekerjaan.
Faktor finansial juga tak kalah penting. Ada yang merasa penghasilan saat ini tidak mencukupi kebutuhan, terutama ketika sudah memiliki keluarga. Hal ini memicu dorongan untuk pindah ke bidang yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomi, meskipun penuh risiko.
Sementara itu, ada pula yang terdorong oleh perubahan tren dunia kerja. Menurut laporan McKinsey & Company (2022), lebih dari 40% pekerja global mempertimbangkan untuk pindah kerja dalam 3--6 bulan, sebagian besar karena tuntutan fleksibilitas dan peluang pengembangan diri (sumber: di sini).Â
Fenomena ini juga dirasakan di Indonesia, di mana semakin banyak anak muda dan pekerja usia 30-an yang mulai mempertimbangkan jalur karier baru.
Semua faktor ini bertemu di satu titik: usia 30-an menjadi masa evaluasi besar-besaran. Pertanyaannya kemudian, apakah berani mengambil risiko, atau tetap bertahan demi rasa aman?
Dilema Utama yang Sering Dihadapi
Bagi sebagian orang, dilema pertama adalah antara passion dan realita finansial. Bekerja sesuai minat memang terdengar indah, tetapi tidak semua passion bisa langsung menghasilkan.Â
Ada orang yang ingin pindah dari pekerjaan kantoran ke dunia kreatif, namun terhambat oleh kebutuhan bulanan yang tak bisa ditunda. Cicilan rumah, biaya sekolah anak, hingga tanggungan orang tua membuat keputusan ini terasa berat.
Dilema kedua adalah stabilitas versus tantangan baru. Pekerjaan lama mungkin terasa membosankan, tetapi sudah memberikan kenyamanan berupa gaji tetap, asuransi, dan jaringan kerja yang luas.Â
Sebaliknya, pekerjaan baru menjanjikan tantangan menarik, tetapi penuh ketidakpastian. Memilih salah satunya sama-sama sulit, karena setiap pilihan mengandung risiko besar.
Tak kalah pelik adalah dilema identitas. Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai ahli di bidang tertentu, pindah karier berarti membangun citra dari nol.Â
Bayangkan seseorang yang selama 10 tahun bekerja sebagai bankir, lalu beralih ke dunia pendidikan atau wirausaha. Ia harus siap kehilangan "label profesional" yang sudah lama melekat.