Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Retret Membaca dan Mimpi Pariwisata Sastra Indonesia

24 September 2025   07:01 Diperbarui: 23 September 2025   21:39 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi buku. Retret Membaca Buku Jadi Tren, Potensi Pariwisata Baru. (Foto: canva.com via KOMPAS.com)

Atau sebuah perjalanan di Blora, Jawa Tengah. Para peserta membaca karya Pramoedya sambil menelusuri jejak kehidupannya, lalu berdiskusi di rumah yang pernah ia tinggali. Pengalaman ini bisa menghubungkan generasi muda dengan sejarah bangsa.

Di Makassar, retret membaca bisa dikaitkan dengan pertunjukan budaya La Galigo. Membaca kisahnya sambil menyaksikan pementasan tentu akan menghadirkan pengalaman lintas medium yang kaya.

Bahkan, komunitas daring bisa menjadi perpanjangan dari retret membaca. Setelah perjalanan usai, peserta tetap bisa berdiskusi secara online, berbagi bacaan baru, atau merencanakan perjalanan berikutnya. 

Dengan begitu, retret membaca tidak berhenti pada liburan, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup literasi.

Mimpi ini juga bisa menjadi peluang ekonomi. Industri pariwisata bisa menggandeng penerbit, toko buku, hingga penulis lokal. Setiap perjalanan bukan hanya menghasilkan pendapatan, tetapi juga menghidupkan ekosistem sastra.

Dengan dukungan pemerintah, komunitas, dan masyarakat, retret membaca bisa menjadi wajah baru pariwisata kreatif Indonesia. Dunia sudah membuktikan potensinya. Kini giliran kita untuk mengambil langkah pertama.

Mimpi itu mungkin terdengar besar, tetapi setiap gerakan selalu berawal dari langkah kecil. Siapa tahu, suatu hari nanti, retret membaca ala Indonesia akan menjadi tren yang mendunia.

Penutup

Retret membaca di Inggris membuktikan bahwa buku bisa menjadi pintu menuju dunia baru, tidak hanya secara imajinasi tetapi juga secara nyata. Wisata sastra bukan lagi angan-angan, melainkan industri yang bernilai miliaran dollar.

Indonesia dengan segala kekayaannya sebenarnya tidak kekurangan bahan untuk mewujudkan mimpi serupa. Dari Belitung hingga Blora, dari Makassar hingga Sumatra Selatan, ada banyak cerita yang menunggu untuk dihidupkan kembali.

Kini, tantangannya tinggal ada pada kita: apakah mau menjadikan literasi sebagai bagian dari pariwisata, atau tetap membiarkannya sekadar urusan pribadi? Jika buku adalah pintu, maka Indonesia punya ribuan pintu yang siap dibuka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun