Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Diella, Eropa, dan Ilusi Modernitas Albania

23 September 2025   18:08 Diperbarui: 23 September 2025   18:08 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diella, Menteri baru Albania hasil kreasi teknologi kecerdasan buatan. (Sumber: petapixel.com/Freepik).

Beberapa skandal besar turut mencoreng wajah politik Albania. Seorang wali kota di Tirana pernah ditahan karena dugaan menerima suap proyek pembangunan. 

Mantan Perdana Menteri Sali Berisha juga dituduh mengatur kontrak pemerintah demi menguntungkan jaringan politiknya. Kasus-kasus seperti ini membuktikan bahwa korupsi bukan hanya perilaku menyimpang individu, tetapi sudah menjadi masalah sistemik.

Dalam konteks inilah Edi Rama mencoba tampil dengan gebrakan besar. Ia memperkenalkan Diella bukan hanya sebagai inovasi teknologi, tetapi juga sebagai simbol keseriusan Albania untuk membersihkan diri dari budaya suap dan kolusi. 

Rama tahu betul bahwa langkah ini akan menarik perhatian dunia, apalagi Albania sedang berupaya menjadi anggota penuh Uni Eropa dalam lima tahun mendatang.

Modernitas, dalam narasi Rama, seolah hadir dalam wujud algoritma. Alih-alih memperkuat lembaga hukum atau meningkatkan transparansi birokrasi, Rama memilih menghadirkan wajah baru yang futuristik: seorang menteri virtual yang dipercaya akan mengeliminasi campur tangan manusia dalam pengadaan publik.

Namun, janji ini menimbulkan tanda tanya besar. Modernitas seperti apakah yang ditawarkan Albania melalui Diella? Apakah benar ini sebuah terobosan, atau justru bentuk baru dari pencitraan politik yang hanya memperindah permukaan?

Diella: Antara Teknologi dan Simbol Politik

Diella digadang-gadang sebagai solusi teknokratis untuk masalah korupsi. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, pemerintah Albania berharap proses pengadaan publik bisa berjalan lebih objektif, transparan, dan bebas dari intervensi politik. 

Diella disebut-sebut tidak mengenal rasa lelah, tidak memerlukan gaji, dan yang terpenting, tidak bisa disuap.

Namun, banyak ahli menegaskan bahwa klaim tersebut terlalu berlebihan. Erjon Curraj, pakar transformasi digital dari Tirana, mengingatkan bahwa AI hanya setransparan dan sebersih data yang dimasukkan ke dalamnya. 

Jika data yang digunakan sudah dimanipulasi sejak awal, maka keputusan yang dihasilkan juga akan cacat (AFP, 22 September 2025). 

Ini berarti, meski Diella tidak bisa menerima amplop, ia tetap bisa melegitimasi keputusan yang korup bila fondasi datanya bermasalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun