Kita juga bisa memanfaatkan momen ini untuk membangun kesadaran di komunitas tempat kita tinggal. Bayangkan jika ide ini menjadi obrolan ringan di grup WhatsApp penghuni, lalu berubah menjadi gerakan bersama. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti, apartemen kita dikenal sebagai gedung ramah lingkungan yang memanfaatkan air hujan.
Yang terpenting adalah memulai. Tidak harus menunggu musim hujan berikutnya. Bahkan sekarang, Anda bisa mulai dengan menyiapkan wadah, mempelajari sistem filtrasi sederhana, dan memastikan semua peralatan siap saat hujan pertama turun. Saat hujan datang, Anda tidak hanya menatapnya dari balik kaca jendela, tapi ikut menampung berkah yang dibawanya.
Di tengah berita-berita tentang krisis air, perubahan iklim, dan kelangkaan sumber daya, langkah ini mungkin terasa kecil. Namun, saya percaya, setiap tetes yang kita simpan adalah bentuk optimisme. Optimisme bahwa kita masih bisa melakukan sesuatu, bahwa kita tidak hanya menjadi penonton saat dunia berubah.
Jadi, saat hujan turun nanti, pertanyaannya sederhana: apakah Anda akan membiarkannya mengalir begitu saja, atau akan mulai menampungnya? Pilihan ada di tangan Anda---dan setiap tetes yang Anda simpan bisa menjadi cerita yang menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI