Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Kerja Bareng Saudara

24 Juli 2025   09:05 Diperbarui: 30 Juli 2025   17:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dilema kerja bareng keluarga. (Sumber: stock.adobe.com/Freepik)

"Kita kan keluarga," adalah kalimat yang sering jadi pengganti dokumen resmi. Akibatnya, ketika muncul ketidakpuasan, tidak ada mekanisme jelas untuk menyelesaikannya.

Kadang kita merasa sungkan untuk menegur saudara sendiri karena takut menyakiti. Di saat yang sama, kita merasa bebas mengkritik karena merasa punya kedekatan emosional. 

Dua hal ini bisa saling bertabrakan dan menciptakan kebingungan. Apakah saya sedang jadi atasan, rekan kerja, atau adik yang harus menurut? Apakah dia sedang menegur saya sebagai partner bisnis, atau sebagai kakak yang kesal?

Dan yang tak kalah berat, adalah tekanan dari keluarga besar. Dalam beberapa kasus, konflik profesional antara saudara bisa melebar menjadi isu keluarga. 

Ada yang ikut campur, ada yang berpihak, ada pula yang diam-diam membicarakan. Konflik yang seharusnya bisa selesai di ruang kerja, justru makin melebar karena ada pertimbangan keluarga yang masuk.

Tak sedikit saya mendengar kisah orang-orang yang akhirnya memilih keluar dari usaha keluarga karena merasa tidak tahan dengan tekanan semacam itu. 

Mereka merasa tidak bisa tumbuh karena semua hal selalu dikaitkan dengan "urusan keluarga". Bahkan saat mereka ingin profesional, justru dianggap tidak punya empati sebagai saudara. Ini adalah dilema yang tidak mudah dijawab.

Namun tentu, bukan berarti kerja bareng saudara selalu berakhir buruk. Banyak juga yang berhasil. Kuncinya, menurut saya, adalah keberanian untuk memisahkan antara urusan profesional dan emosional.

Kedengarannya sederhana, tapi dalam praktiknya sangat sulit. Kadang, justru karena kita terlalu dekat, kita jadi lebih sulit bersikap tegas. Tapi kalau tidak ada batas, kita hanya akan terjebak dalam kabut perasaan yang membingungkan.

Belajar Menentukan Batas dan Menghargai Peran

Kalau saya bisa memutar waktu, mungkin saya akan memulai kerja bareng saudara dengan cara yang lebih profesional. Tidak asal jalan karena merasa "udah saling kenal", tapi benar-benar menyusun struktur kerja, pembagian peran, dan jalur komunikasi yang jelas. 

Saya akan menulis semuanya, termasuk bagaimana menyelesaikan konflik jika terjadi. Bukan karena tidak percaya, tapi justru karena ingin menjaga hubungan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun