Bisa saja tanpa banyak penjelasan, saudara kita sudah paham maksud dan arah kerja kita. Hal seperti ini memang menjadi kekuatan kerja sama yang unik. Tidak heran kalau banyak bisnis keluarga bisa bertahan hingga beberapa generasi.
Namun, kenyamanan ini bisa berubah jadi bumerang ketika masalah mulai muncul. Masalah profesional yang dalam konteks kerja biasa bisa diselesaikan secara objektif, dalam konteks keluarga bisa menjadi sangat personal.Â
Salah bagi rekan kerja bisa berarti peringatan atau evaluasi. Tapi salah bagi saudara bisa dianggap sebagai bentuk tidak menghargai. Kritik profesional bisa berubah menjadi konflik emosional. Dan yang paling berbahaya, masalah kerja bisa merembet ke dapur rumah, bahkan ke meja makan keluarga.
Saya pernah mengalami sendiri, ketika saya dan kakak saya bekerja sama dalam mengelola sebuah proyek media kecil. Awalnya semuanya terasa menyenangkan. Kami membagi peran dengan santai: saya mengurus konten, dia mengurus keuangan dan promosi.Â
Tapi lambat laun, mulai muncul gesekan. Ketika ada keterlambatan dana, saya merasa dia tidak cukup terbuka. Ketika saya mengambil keputusan sendiri soal konten, dia merasa tidak diajak diskusi.Â
Semuanya awalnya tampak kecil, tapi karena kami terlalu mengandalkan rasa saling kenal dan tidak membuat batas yang jelas antara profesional dan personal, semuanya jadi lebih rumit dari yang seharusnya.
Yang paling menyakitkan bukan hanya proyeknya yang akhirnya terhenti, tapi komunikasi kami sebagai saudara juga ikut memburuk. Butuh waktu cukup lama untuk bisa kembali ngobrol biasa seperti dulu.Â
Di situlah saya sadar, kerja bareng saudara itu bukan hanya soal membagi tugas, tapi juga membagi ekspektasi, cara bicara, bahkan cara menghadapi konflik.
Ketika Profesionalisme Bertemu Ikatan Emosional
Apa yang membuat kerja bareng saudara jadi rumit? Salah satunya adalah karena batas antara hubungan profesional dan emosional sering kali kabur. Kita terbiasa bicara blak-blakan dalam keluarga, tapi belum tentu itu cocok dibawa ke ruang kerja.Â
Kita terbiasa menganggap saudara akan selalu mengerti, tapi tidak semua keputusan bisnis bisa dipahami dengan logika keluarga.
Dalam kerja profesional, ada struktur, ada kontrak, ada mekanisme evaluasi. Tapi dalam kerja bareng saudara, banyak hal dilakukan atas dasar kesepakatan informal.Â