Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bagaimana Tarif AS Bisa Mendorong Indonesia Masuk Era Diplomasi Dagang Baru?

9 Juli 2025   12:32 Diperbarui: 9 Juli 2025   12:32 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar isi surat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai tarif impor. (TRUTH SOCIAL/@realDonaldTrump via KOMPAS.COM)

Pada awal Juli 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengejutkan dunia dengan pengumuman pemberlakuan tarif impor sebesar 32persen terhadap Indonesia, efektif mulai 1 Agustus. 

Bukan sekadar beban ekonomi, kebijakan proteksionis ini adalah titik balik---jika dikelola dengan strategi, tekanan dari luar justru bisa memicu transformasi diplomasi dagang Tanah Air. 

Tarik-ulur negosiasi yang dilakukan Menko Airlangga Hartarto sejak dari Rio dan berlabuh di Washington DC menunjukkan satu hal: Indonesia punya ruang untuk bergerak, dan peluang itu tak boleh dilewatkan.

Namun, tantangannya juga nyata. Ruang negosiasi disebut "sangat sempit", dan tarif ini menambah beban ekspor utama kita seperti elektronik, tekstil, alas kaki, dan produk kelapa sawit . 

Jika kita hanya terpaku pada tekan-menekan tarif saja, kemungkinan besar hasilnya hanya mitigasi semata. Di sinilah letak benih diplomasi dagang baru yang sungguh layak untuk digali.

Diplomasi Dagang yang Berorientasi Swap Market: Dari Proteksi ke Diplomasi Proaktif

Respon Indonesia bukan membalas identik atau gabung tarif, tetapi dengan "lobi strategis" dan "nego ulang intensif". 

Usulan pembelian pesawat Boeing oleh Garuda dan impor gandum oleh Indofood sebagai komoditas timbal balik tunduk pada tarif, mencerminkan diplomat dagang Indonesia sudah menggeser taktik ke arah diplomasi ekonomi---di mana "komitmen pasar" menjadi alat tawar .

Lebih jauh, keterlibatan Indonesia dalam struktur multilateral seperti BRICS kini jadi medan baru diplomasi dagang. 

Dalam forum hijau BRICS, Indonesia tampil lebih percaya diri, mengklaim dirinya bukan hanya pengekor tapi pemimpin jalur Non-Blok generasi baru. 

Aksi ini memperluas jaringan diplomasi, membuka akses pasar alternatif sekaligus memberi tekanan geopolitik balik terhadap AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun