Kelima, pelibatan publik dan keluarga korban bukan hanya empati pascainsiden, tetapi bagian dari sistem verifikasi. Pendekatan investigatif terbuka, termasuk akses informasi dan laporan audit, diperlukan untuk membangun kepercayaan.Â
Rakyat harus tahu: negara benar-benar mampu menjaga keselamatan maritim atau hanya gimmick belaka.
Penutupnya, KMP Tunu Pratama Jaya hanyalah salah satu dari sejumlah insiden yang mengingatkan kita bahwa perjalanan laut kita tidak seaman yang dibayangkan.Â
Demokrasi bukan hanya politik di darat, tetapi juga keselamatan dan rasa aman di laut. Jika negara gagal menjaga warganya ketika menyeberang selat, apa lagi janjinya di bidang lain?
Tragedi ini harus menjadi momentum perubahan sistemik dan budaya. Titik balik bukan sekadar evaluasi teknis, tetapi revolusi pengawasan, digitalisasi manajemen, dan profesionalisme yang dijalankan tanpa kompromi.Â
Maka, kelak, saat kita berdiri di pelabuhan, menanti kapal menurunkan penumpang, kita percaya: negara benar-benar hadir di setiap gelombang, bukan hanya di atas kertas memorandum.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI