Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

HRD sebagai Storyteller: Mengapa Narasi Perusahaan Penting dalam Proses Rekrutmen

26 Juni 2025   15:00 Diperbarui: 26 Juni 2025   14:13 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: https://allwork.space/Freepik)

HRD sebagai Storyteller: Mengapa Narasi Perusahaan Penting dalam Proses Rekrutmen 

Oleh: Julianda Boang Manalu

Di banyak proses rekrutmen, HRD kerap berperan sebagai penjaga pintu---menyeleksi CV, menjadwalkan wawancara, mencocokkan kandidat dengan kebutuhan perusahaan. 

Namun apabila berhenti di situ, proses rekrutmen seperti atraksi yang kurang sarat jiwa: formal, dingin, dan cenderung transaksional. 

Padahal, di balik tiap posisi kosong, perusahaan menyimpan cerita yang lebih dalam---budaya, nilai-nilai, tantangan, bahkan ambisi kolektif. 

Inilah peran besar HRD, yaitu: membingkai dan menyampaikan narasi tersebut agar perekrutan tidak sekadar mengisi jabatan, tapi mengundang jiwa-jiwa yang selaras untuk bergabung.

Tantangan utama di tahap awal ini sebenarnya sederhana, yaitu: bagaimana membuat kandidat tidak hanya memahami apa pekerjaan yang ditawarkan---baik gaji, benefit, dan job desk---melainkan juga menghayati mengapa perusahaan itu eksis dan bagaimana setiap individu bisa terlibat dalam proses bermakna. 

HRD idealnya hadir sebagai storyteller yang menenun kenyataan organisasi---visi, kultur, dinamika sehari-hari---menjadi cerita hidup yang mengundang dan memikat.

Bukan berarti HRD harus menjadi penulis skenario atau copywriter ahli. Hyperbole justru bisa memicu skeptisisme. 

Cukup sederhana---narasi yang otentik, personal, bahkan potongan kisah nyata para karyawan. 

Misalnya, bagaimana tim pemasaran memutuskan kampanye yang kemudian viral, atau bagaimana tim IT bergotong-royong menyelesaikan sistem error menjelang deadline, lengkap dengan kisah late-night pizzas dan tawa lepas sebagai obat stres. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun