HRD sebagai Storyteller: Mengapa Narasi Perusahaan Penting dalam Proses RekrutmenÂ
Oleh: Julianda Boang Manalu
Di banyak proses rekrutmen, HRD kerap berperan sebagai penjaga pintu---menyeleksi CV, menjadwalkan wawancara, mencocokkan kandidat dengan kebutuhan perusahaan.Â
Namun apabila berhenti di situ, proses rekrutmen seperti atraksi yang kurang sarat jiwa: formal, dingin, dan cenderung transaksional.Â
Padahal, di balik tiap posisi kosong, perusahaan menyimpan cerita yang lebih dalam---budaya, nilai-nilai, tantangan, bahkan ambisi kolektif.Â
Inilah peran besar HRD, yaitu: membingkai dan menyampaikan narasi tersebut agar perekrutan tidak sekadar mengisi jabatan, tapi mengundang jiwa-jiwa yang selaras untuk bergabung.
Tantangan utama di tahap awal ini sebenarnya sederhana, yaitu: bagaimana membuat kandidat tidak hanya memahami apa pekerjaan yang ditawarkan---baik gaji, benefit, dan job desk---melainkan juga menghayati mengapa perusahaan itu eksis dan bagaimana setiap individu bisa terlibat dalam proses bermakna.Â
HRD idealnya hadir sebagai storyteller yang menenun kenyataan organisasi---visi, kultur, dinamika sehari-hari---menjadi cerita hidup yang mengundang dan memikat.
Bukan berarti HRD harus menjadi penulis skenario atau copywriter ahli. Hyperbole justru bisa memicu skeptisisme.Â
Cukup sederhana---narasi yang otentik, personal, bahkan potongan kisah nyata para karyawan.Â
Misalnya, bagaimana tim pemasaran memutuskan kampanye yang kemudian viral, atau bagaimana tim IT bergotong-royong menyelesaikan sistem error menjelang deadline, lengkap dengan kisah late-night pizzas dan tawa lepas sebagai obat stres.Â