Dalam budaya ini, hanya sebagian kecil pesan yang diucapkan. Sebagian besar maknanya terkandung dalam konteks, sejarah hubungan, isyarat non-verbal, dan hierarki sosial. Semuanya saling berkaitan dan perlu diperhatikan secara seksama.
Apa yang kita lihat di budaya Konteks-Tinggi:
Makna Tersirat Sangat Dominan: Komunikasi cenderung tidak langsung. Mereka mungkin menghindari kata "Tidak" secara langsung demi menjaga harmoni. Penolakan sering kali disampaikan dengan frasa seperti, "Itu ide yang menarik, tetapi... akan sangat sulit dilakukan saat ini."
Kepercayaan Dibangun Perlahan: Bisnis harus didahului oleh hubungan yang baik. Mereka akan menghabiskan waktu panjang untuk mengobrol santai, makan siang bersama, atau menanyakan kabar keluarga, ini bukan basa-basi kosong, melainkan investasi wajib untuk membangun kepercayaan.
Menjaga "Muka" (Face): Menghindari rasa malu atau mempermalukan orang lain di depan umum adalah nilai yang sangat penting (Gudykunst, 2005). Kritik disampaikan dengan hati-hati, sering kali melalui pihak ketiga atau dalam bentuk saran yang sangat umum, untuk menghindari menyakiti perasaan atau menjatuhkan harga diri.
Ketika karyawan di sini menerima email singkat dari New York ("Saya butuh data Q3 jam 5 sore."), mereka mungkin merasa terkejut atau bahkan tidak dihargai. Bagi mereka, email tanpa sapaan yang hangat atau basa-basi pembuka dianggap kasar, karena mengabaikan fondasi terpenting: hubungan pribadi.
Tiga Area Utama Munculnya Konflik Global
Gesekan komunikasi sering kali terjadi di tiga area utama saat kedua gaya ini bertemu:
1. Menangani Masalah dan Umpan Balik
Bayangkan seorang konsultan konteks-rendah berkata, "Anggaran kita salah besar di bagian pemasaran. Kita perlu perbaikan mendesak." Meskipun niatnya baik, di lingkungan konteks-tinggi, pernyataan yang begitu lugas di depan tim bisa dianggap agresif dan membuat pihak yang bersalah kehilangan muka.
Cara yang benar dalam konteks-tinggi adalah dengan mengatakan, "Secara keseluruhan, pekerjaan kita sudah baik, tetapi saya rasa ada peluang bagus untuk kita semua meningkatkan akurasi di beberapa area, terutama yang berkaitan dengan anggaran." Perubahan fokus dari kesalahan individu menjadi perbaikan kolektif adalah kunci untuk menjaga dinamika tim tetap positif.
2. Isu Waktu dan Kepercayaan
Perbedaan konteks ini juga memengaruhi cara kita mempersepsikan waktu, sebuah konsep yang disebut Kronemika oleh Hall (1976).
Budaya konteks-rendah cenderung monokronik (waktu linear). Mereka melihat waktu sebagai sumber daya terbatas yang harus diatur. Terlambat dianggap tidak profesional dan tidak menghormati jadwal.