Mohon tunggu...
Lora Ersita
Lora Ersita Mohon Tunggu... -

The only thing that will stop you from fulfilling your dreams is you.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apakah JK Bisa Maju Lagi, Siapa Menipu Siapa?

6 Agustus 2018   16:13 Diperbarui: 7 Agustus 2018   07:41 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai sekarang putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait masa jabatan wapres belum juga diketok. Padahal, batas akhir pendaftaran Pilpres 2019, tinggal hitungan jari. Konon gara-gara masalah ini konstelasi koalisi parpol pengusung Jokowi terus panas-dingin. Soalnya, JK disebut-sebut sebagai kandidat cawapres Jokowi yang paling diunggulkan.

Meski mengatasnamakan hak warga negara, perkara bangsa negara, buat saya gugatan ini cuma perkara sepotong pilpres. Lha, dulu ke mana saja? Kok tiba-tiba meledak kayak petasan menjelang pesta pernikahan begini?  

Terus, siapa sih yang sebenarnya ingin dan ngotot supaya JK bisa maju sebagai cawapres yang ketiga kalinya.Siapa mereka? Bisik-bisik politik sudah menderas jelas.

Pertama, Megawati dan PDIP. Alasan di atas kertas ya keputusan rakernas PDIP. JK digadang-gadang sebagai cawapres paling ideal buat Jokowi. Tujuan pramatisnya, supaya suara pemilih Islam bisa ditarik buat mendukung Jokowi. Kita tahulah, dukungan pemilih Islam buat Jokowi memang tergolong deficit.

Tapi dibalik itu ada alasan lain. Alasan sejatinya supaya JK enggak menghalangi capres 2024 pilihan Megawati dan PDIP. Pasalnya, wapres ke depan akan menjadi capres paling potensial pada Pilpres 2024. Kalau JK jadi wapres lagi, sulit rasanya membayangkan "Pak Tua" ini mau maju sebagai capres 2024. Intinya, Puan Maharani atau Budi Gunawan yang notabene adalah "puteri dan  putera mahkota" PDIP bisa melenggang aman di Pilpres 2024.

Kedua, ini adalah permintaan Jokowi kepada JK. Jokowi yang ingin JK mau jadi cawapresnya lagi. Tapi ada juga yang bilang permintaan ini cuma muslihat Jokowi. Tujuannya supaya JK enggak mengganggu pekerjaan Jokowi dalam menentukan cawapresnya. Mirip-mirip Pilgub DKI Jakarta-lah. Waktu Jokowi mendorong Ahok, JK malah memasang Anies Baswedan. Ujung-ujungnya sudah pasti, Jokowi enggak bakal mengajak JK.

Ketiga, ini benar-benar ambisi JK sendiri. JK sudah paham kalau Megawati sudah memberi restu. Konon kabarnya Kepala BIN Budi Gunawan sudah bergerak untuk mendorong hal ini. Coba pikir baik-baik. Enggak mungkin Perindo ujug-ujug ajukan gugatan sebelum berkomunikasi dengan JK. Apalagi, JK sendiri yang mengajukan diri sebagai pihak terkait.

Tapi apa MK bakal mengabulkan gugatan ini? Bisik-bisik dari lingkar dalam JK, pasti dikabulkan. Kabar santer dari orang dekat Jokowi, enggak bakal dikabulkan.

Kalaupun MK mengabulkan, belum tentu juga Jokowi bakal mengandeng JK. Lha, wong Partai Golkar saja menolak! Kubu beringin tetap ngotot mengajukan Airlangga Hartarto, kan? Belum lagi resistensi di internal parpol koalisi Jokowi. Intinya, banyak banget alasan yang bisa dimajukan untuk menolak. Ujung-ujungnya JK bakal gigit jari.

Kalaupun Jokowi benar-benar mengajak JK. Tentu karena terpaksa, Jokowi enggak ikhlas.Ini pasti gara-gara tekanan Megawati. Tepatnya sebagai konpensasi penolakan Jokowi terhadap Puan Maharani atau Budi Gunawan yang direkomendasi Megawati untuk jadi cawapresnya Jokowi.

Sebelum tanggal 10 Agustus 2018 nanti, bakal terkuak segala teka-teki uji materi batas masa jabatan wapres di MK. Rakyat akan tahu pula, siapa menipu siapa?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun