Mohon tunggu...
Lokawarta STAI Muttaqien
Lokawarta STAI Muttaqien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lembaga Pers Mahasiswa

Lembaga Pers Mahasiswa atau biasa disebut LPM, merupakan organisasi kemahasiswaan yang bergerak di bidang jurnalistik. Adapun nama dari LPM ini yaitu Lokawarta dan bermarkas di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DR. KH. EZ. Muttaqien, Purwakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komparasi Metode Pendidikan antara Al-Ghazali dengan Ibnu Rusyd

21 September 2023   23:23 Diperbarui: 22 September 2023   02:21 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd adalah dua tokoh filsuf dan teolog Islam yang hidup pada abad ke-12 Masehi. Keduanya memiliki pandangan yang berbeda tentang hubungan antara agama dan filsafat, serta tentang tujuan dan metode pendidikan. Dalam esai ini, saya akan membandingkan dan mengevaluasi metode pendidikan yang mereka anut dan terapkan.

Al-Ghazali adalah seorang ulama beraliran Asy'ariyah yang mengkritik keras filsafat Yunani klasik yang diadopsi oleh para filosof Muslim sebelumnya, seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina. Al-Ghazali berpendapat bahwa filsafat Yunani tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena mengandung banyak kesalahan logis, kontradiksi, dan penyimpangan dari wahyu. Al-Ghazali menulis karyanya yang terkenal, Tahafut al-Falasifah (Ketidakberesan Para Filosof), untuk membantah 20 masalah filsafat yang dianggapnya bertentangan dengan akidah Islam.

Al-Ghazali juga merupakan seorang sufi yang mengutamakan pengalaman batiniah dalam mencari kebenaran. Ia mengalami krisis spiritual yang membuatnya meninggalkan jabatannya sebagai guru besar di Madrasah Nizhamiyah di Baghdad, dan melakukan perjalanan sufi selama 10 tahun. Ia kemudian menulis karyanya yang monumental, Ihya Ulumuddin (Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama), untuk menyajikan panduan praktis bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah, akhlak, dan tasawuf.

Dari latar belakang tersebut, dapat diketahui bahwa metode pendidikan yang dianut oleh Al-Ghazali adalah sebagai berikut:

- Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan atau kekayaan dunia.
- Pendidikan harus didasarkan pada sumber-sumber agama, yaitu al-Quran, Hadis, dan ijma (kesepakatan ulama).
- Pendidikan harus menghindari hal-hal yang meragukan atau membingungkan akal, seperti filsafat Yunani atau ilmu-ilmu rasional lainnya.
- Pendidikan harus menekankan aspek moral dan spiritual, serta mengembangkan akhlak mulia dan kesucian hati.
- Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan peserta didik, yaitu taqlid (mengikuti otoritas), ijtihad (berpendapat dengan dalil), atau tasawuf (menyelami rahasia ilahi).

Ibnu Rusyd adalah seorang filosof beraliran Aristotelianisme yang membela filsafat Yunani dari serangan Al-Ghazali. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa filsafat Yunani adalah ilmu pengetahuan yang berguna untuk memahami alam semesta dan hukum-hukumnya. Ia juga berpendapat bahwa tidak ada konflik antara agama dan filsafat, karena keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT. Ibnu Rusyd menulis karyanya yang terkenal, Tahafut al-Tahafut (Ketidakberesan Ketidakberesan), untuk membela 17 masalah filsafat yang dibantah oleh Al-Ghazali.

Ibnu Rusyd juga merupakan seorang hakim dan dokter istana yang memiliki pengetahuan luas dalam berbagai bidang ilmu, seperti fikih, kedokteran, astronomi, fisika, logika, dan linguistik. Ia banyak menulis syarah (komentar) atas karya-karya Aristoteles, yang membuatnya dijuluki oleh dunia Barat sebagai "Sang Penafsir". Ia juga menulis karya-karya orisinal tentang berbagai topik filsafat, seperti metafisika, etika, politik, psikologi, dan epistemologi.

Dari latar belakang tersebut, dapat diketahui bahwa metode pendidikan yang dianut oleh Ibnu Rusyd adalah sebagai berikut:

- Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
- Pendidikan harus didasarkan pada sumber-sumber rasional, yaitu akal, pengalaman, dan demonstrasi (penyimpulan logis).
- Pendidikan harus mempelajari hal-hal yang bermanfaat dan berguna untuk kehidupan, seperti filsafat Yunani atau ilmu-ilmu empiris lainnya.
- Pendidikan harus menekankan aspek intelektual dan rasional, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
- Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan peserta didik, yaitu ta'wil (interpretasi simbolis), bayan (penjelasan literal), atau burhan (bukti rasional).

Dari perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd memiliki metode pendidikan yang sangat berbeda dan bahkan saling bertentangan. Al-Ghazali lebih mengutamakan sisi agama, moral, dan spiritual dalam pendidikan, sedangkan Ibnu Rusyd lebih mengutamakan sisi rasional, ilmiah, dan intelektual. Al-Ghazali lebih bersifat konservatif, tradisional, dan anti-filsafat, sedangkan Ibnu Rusyd lebih bersifat progresif, inovatif, dan pro-filsafat. Al-Ghazali lebih mengandalkan wahyu, otoritas, dan taqlid dalam pendidikan, sedangkan Ibnu Rusyd lebih mengandalkan akal, pengalaman, dan ijtihad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun