Makna Puasa Menurut Al Ghazali dan Pentingnya Menetapkan Target Spiritual Saat Ramadan

Hari ini saya kembali menyimak pengajian filsafat dari Pak Fahruddin Faiz. Menyimak pengajian beliau sesudah sholat adalah salah satu 'kesibukan' saya setiap hari.

Mendengarkan pengajian filsafat  selalu membuat hati terasa adem. Apalagi jka sudah sampai pada kisah- kisah kehidupan tokoh-tokoh terkenal. 

Baca juga: Mengingat Kematian adalah Sebuah Cara untuk Mensyukuri Kehidupan

Kisah yang mengajarkan bahwa setiap manusia pasti mempunyai sisi positif dan negatif dalam kehidupannya.

Berkaitan dengan topik tulisan Ramadhan di hari kedua ini, salah satu target saya dalam bulan Ramadhan adalah membuat kumpulan tulisan tentang pengajian beliau. Ya, semacam rangkuman.  

Tulisan tentang pengajian beliau sudah ada beberapa, dan saya kumpulkan dalam sebuah blog pribadi.

Mengapa harus membuat tulisan? Simpel saja. Saya tertarik pada materi filsafat dan  ingin membuat catatannya untuk sewaktu- waktu saya pelajari lagi. Atau bahkan mengirimkan pada teman yang punya ketertarikan yang sama. 

Baca juga: Kirab Piala Adipura Kota Malang, Tingkatkan Kesadaran untuk Wujudkan Lingkungan yang Bersih dan Nyaman

Pada siswa saya selalu menasehatkan  bahwa saat mempelajari sebuah materi, jangan hanya membaca atau mendengarkan. Tapi paling tidak kita harus membuat catatan.

Dengan membaca atau mendengarkan kira akan belajar satu kali, sementara menulis membuat kita belajar dua kali. Jadi membuat tulisan tentang pengajian adalah usaha saya untuk belajar lebih lanjut tentang materi filsafat.

Baca juga: Puasa dan Kerendahan Hati

Membuat target di bulan Ramadhan adalah hal yang sangat dianjurkan menurut  pengajian beliau yang saya simak pagi ini. Pengajian yang mengulas tentang pandangan Al Ghazali tentang puasa. 

Puasa bukan hanya masalah menahan dari makan dan minum,  sumber gambar: Kumparan