Mohon tunggu...
Nur Halizah
Nur Halizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PIAUD 2021 UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengatasi Perilaku Agresif Anak Sejak Dini

9 November 2022   22:06 Diperbarui: 10 November 2022   20:35 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan  dari berbagai kalangan usia baik itu anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, bahkan lansia. Perilaku agresif ini dilakukan baik individu maupun berkelompok, tak jarang kita melihat sendiri perilaku agresif tersebut atau bahkan kita yang menjadi pelaku perilaku agresif bahkan menjadi korban perilaku agresif orang lain. 

Perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan seseorang yang berniat untuk menyakiti, melukai, maupun merugikan orang lain baik secara fisik, verbal, maupun merusak harta benda yang dapat menggangu psikis pada orang lain. 

Perilaku agresif pada seorang individu dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan individu lain, yaitu perilaku yang dapat membahayakan orang lain dengan maksud melukai atau menyakiti individu lain baik secara fisik, verbal maupun psikis. 

Perilaku agresif ini sering dikaitkan dengan sikap anak-anak pada usia perkembangan yang cenderung melakukan apapun yang anak inginkan meskipun harus dengan mengejek ataupun melukai orang lain. 

Ada beberapa macam perilaku agresi yang dilakukan oleh pelaku perilaku agresi, perilaku agresif biasanyanya terjadi karena adanya rangsangan yang mendorong pelaku untuk melakukan perilaku agresi. Ada dua macam perilaku agresi yakni agresi permusuhan (hostile aggression) dan agresi instrumental (instrumental aggression). 

Agresi permusuhan (hostile aggression) merupakan perilaku agresi yang dilakukan semata-mata untuk menyakiti orang lain sebagai bentuk mengekspresikan kemarahan dengan ditandai adanya emosi yang tinggi. Agresi instrumental (instrumental aggression), perilaku agresi ini tidak dibarengi dengan emosi namun perilaku agresi ini dilakukan dengan tujuan sebagi bentuk pembelaan diri dan sebagai pembuktian terhadap kekuasaan atau dominasi seseorang. 

Piaget menggambarkan perkembangan moral kognitif sebagai proses yang melibatkan konstruksi aktif pengetahuan moral dan penalaran yang semakin otonom tentang norma-norma keadilan. 

Ada hubungan yang signifikan antara berbagai bentuk perkembangan moral anak seperti (kognisi moral, emosi moral, dan motivasi moral) dan perilaku agresif dan kekerasan. 

Secara konseptual, ini tidak mengherankan karena perkembangan moral menyangkut bidang yang sama dengan agresi, menyebabkan atau mencegah kerusakan, mempertahankan atau melanggar norma keadilan, dan menunjukkan kepedulian.

  • Alasan Moral

Penalaran moral dan agresi didasarkan pada gagasan bahwa kognisi moral dapat memotivasi perilaku yang relevan secara moral, seperti perilaku prososial atau agresi. Penyimpangan kognitif menyebabkan perbedaan penilaian moral anak-anak dengan perilaku agresif. Selain itu, agresi dan kekerasan sebagian disebabkan oleh gangguan di daerah otak tertentu (terutama di daerah PFC dorsal dan ventral) yang mendukung kognisi moral. Anak-anak dan remaja yang terpapar kekerasan dan agresi juga menunjukkan sisi moral pengetahuan meskipun telah mengalami pengalaman traumatis. Ini menunjukkan betapa pentingnya mempelajari bagaimana anak-anak berpikir dan bernalar tentang moralitas.

  • Pelepasan Moral

Tingkat pelepasan moral yang lebih tinggi terkait dengan orang tua, teman sebaya, dan agresi fisik. Selain itu, pengaruh keterlibatan moral terhadap agresi sebagian dibantu oleh perenungan yang tidak bersahabat. Remaja yang mempertahankan tingkat pelepasan moral yang lebih tinggi lebih mungkin untuk sering terlibat dalam tindakan agresif dan kekerasan. Hubungan antara pelepasan moral dan agresi belum ditentukan, tetapi model yang paling menarik untuk disarankan adalah proses dua arah di mana anak-anak membenarkan agresi mereka melalui teknik netralisasi moral, tetapi pelepasan moral ini juga dapat berbahaya di masa depan.

  • Emosi Moral

Perilaku agresif memiliki hubungan negatif dengan perasaan bersalah. Perasaan bersalah ini diimbangi dengan emosi negatif tentang agresi. Emosi-emosi tersebut merupakan ekspresi emosi yang berlangsung cepat dan biasanya tidak disadari, dapat memberikan pengetahuan tentang proses emosi otomatis dan cara melakukannya dengan mempengaruhi agresi anak. Emosi tersebut merupakan ekspresi emosi yang berlangsung dengan cepat dan biasanya tidak disadari, dapat memberikan pengetahuan tentang proses emosi otomatis dan cara melakukannya dengan mempengaruhi agresi anak.

Anak-anak memiliki beragam sifat dan karakter, adapun beberpa anak memiliki perilaku gresif. Perilaku agresi yang dialami orang dewasa berkemungkinan dapat mengendalikan emosinya, namun anak-anak belum tentu dapat menegendalikan emosi mereka. Perilaku agresi pada anak dapat dapat diatasi dengan beberapa cara yakni:

  • Tegas dan Konsisten

mengajarkan anak untuk berperilaku baik. Jika anak berperilaku agresi seperti menendang, memukul ataupun melempar barang, sebaiknya orangtua tidak membiarkan anak melakukan perlaku tersebut, orangtua harus menegur anak dengan penggunaan kalimat yang baik namun berkesan tegas sehingga anak akan mengerti bahwa perilaku yang dilakukannya tersebut tidak baik.

  • Temukan Cara Baru Untuk Mengatasi Amarahnya

Mengajarkan anak untuk mengungkapkan persaannya dengan kata-kata dari pada melakukan perilaku agresif. Suruh anak untuk menjelaskan apa penyebab anak melakukan perilaku agresif tersebut dan orangtua mengajarkan untuk mengendalikan emosi marah anak.

  • Tanamkan Kontrol Diri Pada Anak

Memberitahu anak untuk tidak melakukan perilaku buruk seperti menendang, memukul atau melempar benda pada saat anak marah. Pada cara ini anak membutuhkan peran orangtua untuk mengendalikan perasaan anak.

  • Jangan Memukul Anak Sebagai Bentuk Disiplin

Sebagian orangtua biasanya memberikan hukuman seperti pukulan pada anak saat mereka melakukan kenakalan, sebaiknya para orangtua tidak melakukan itu karena akan mendurong anak untuk melakukan lagi kesalahan atau kenakalan.

  • Kendalikan Emosi Diri Sendiri

Jika orangtua mengalami masalah sebaiknya diselesaikan dengan damai, jangan menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Anak sebagai peniru yang ulung, maka apa yang dilihatnya akan diikuti oleh anak.

  • Berikan Kasih Sayang dan Keyamanan

Sebagai orangtua harus lebih paham cara mengendalikan emosi anak. Orangtua juga memberikan perhatian lebih pada anak sehingga anak merasa orangtuanya peduli pada mereka dan sebagai orangtua juga memberikan kenyaman pada anak  dengan memeluk mereka.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun