Mohon tunggu...
livia frans
livia frans Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya adalah menulis

Selanjutnya

Tutup

Balap

Tour de EnTeTe Mengayuh Budaya dan Pariwisata NTT ke Dunia

11 Oktober 2025   21:14 Diperbarui: 11 Oktober 2025   21:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Etape ketiga Tour de EnTeTe    Sumber:ntt.pikiran-rakyat.com

Deru sepeda yang melintasi jalanan berbukit di Flores, Timor, dan Sumba bukan sekadar perlombaan kecepatan. Tour de EnTeTe adalah simbol bagaimana Nusa Tenggara Timur (NTT) bergerak menuju panggung dunia dengan cara yang elegan: memadukan olahraga, pariwisata, dan kebudayaan dalam satu perhelatan besar.

Ajang balap sepeda internasional ini kini menjadi ikon baru pariwisata NTT. Ia bukan hanya menarik wisatawan dan pembalap mancanegara, tetapi juga membuka ruang bagi masyarakat untuk menunjukkan identitas budaya yang kaya dan beragam. Di setiap etape, penonton disuguhi pertunjukan tari tradisional, musik lokal, dan pameran kain tenun khas daerah. Panggung budaya berjalan seiring dengan deru roda sepeda---sebuah sinergi indah antara tradisi dan modernitas.

Olahraga yang Menghidupkan Budaya

Di era globalisasi, banyak kekhawatiran bahwa budaya lokal akan tergilas arus modernisasi. Namun, Tour de EnTeTe justru menjadi bukti bahwa olahraga bisa menjadi alat pelestarian budaya. Melalui kegiatan ini, masyarakat lokal ikut tampil sebagai pelaku utama---bukan sekadar penonton.
Generasi muda mengenakan pakaian adat, menyambut para peserta, hingga menjajakan hasil kerajinan mereka kepada tamu dari berbagai negara. Semangat ini bukan hanya menciptakan kebanggaan, tetapi juga memperkuat ekonomi berbasis budaya.

Data Dinas Pariwisata NTT menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan meningkat hampir 20% setiap kali kegiatan internasional seperti Tour de Flores atau Tour de EnTeTe digelar. Angka ini menegaskan bahwa sport tourism mampu menggerakkan roda ekonomi daerah sekaligus menjaga eksistensi budaya lokal.

Kesiapan SDM Lokal Menjadi Kunci

Namun, keberlanjutan event seperti Tour de EnTeTe sangat bergantung pada kesiapan sumber daya manusia (SDM) lokal. Pariwisata bukan sekadar tentang destinasi, tetapi juga tentang pelayanan. Masyarakat harus menjadi tuan rumah yang ramah, profesional, dan berpengetahuan.

Upaya ini sebenarnya sudah mulai terlihat. Pemerintah daerah bersama lembaga pendidikan vokasi kini semakin aktif melatih masyarakat di bidang perhotelan, guiding, hingga komunikasi lintas budaya. Banyak anak muda NTT yang kini fasih berbahasa Inggris dan mampu menjadi pemandu wisata bagi tamu mancanegara.

Kesiapan SDM seperti inilah yang akan menjadi kunci agar NTT tidak hanya menjadi lokasi event, tapi juga pusat penggerak pariwisata berkelanjutan.

Menepis Citra Negatif, Membangun Narasi Positif

Sebagai event berskala internasional, tentu ada risiko munculnya kesan negatif, baik dari sisi penyelenggaraan maupun perilaku peserta. Namun, hal ini dapat ditekan jika masyarakat, panitia, dan aparat bekerja dalam koordinasi yang baik.
Lebih penting lagi, kita perlu membangun narasi positif di media: bahwa NTT adalah daerah yang aman, bersahabat, dan berbudaya.

Setiap warga sejatinya adalah duta budaya. Senyum dan keramahan masyarakat lokal kepada tamu asing adalah promosi terbaik yang tidak bisa dibeli dengan iklan.

Menjaga Alam, Menjaga Nama

Keindahan alam NTT---dari danau tiga warna Kelimutu, sabana Sumba, hingga pantai-pantai eksotis di Timor---adalah aset tak ternilai. Karena itu, Tour de EnTeTe juga harus membawa pesan penting tentang pelestarian lingkungan.
Setiap kegiatan pariwisata sebaiknya dirancang dengan prinsip ramah lingkungan: mengurangi sampah plastik, menjaga jalur alami, dan memberi edukasi kepada peserta serta penonton agar mencintai alam yang mereka kunjungi.

Mengayuh Menuju Masa Depan

Lebih dari sekadar lomba sepeda, Tour de EnTeTe adalah perjalanan menuju masa depan NTT yang lebih terbuka, berdaya, dan berbudaya. Event ini menegaskan bahwa masyarakat NTT siap berkompetisi di panggung global tanpa kehilangan jati diri.

Setiap kayuhan roda di jalanan NTT bukan hanya meninggalkan jejak keringat, tetapi juga jejak harapan: bahwa dari ujung timur Indonesia, semangat budaya dan keramahan bisa mengayuh dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun