Sebagai event berskala internasional, tentu ada risiko munculnya kesan negatif, baik dari sisi penyelenggaraan maupun perilaku peserta. Namun, hal ini dapat ditekan jika masyarakat, panitia, dan aparat bekerja dalam koordinasi yang baik.
Lebih penting lagi, kita perlu membangun narasi positif di media: bahwa NTT adalah daerah yang aman, bersahabat, dan berbudaya.
Setiap warga sejatinya adalah duta budaya. Senyum dan keramahan masyarakat lokal kepada tamu asing adalah promosi terbaik yang tidak bisa dibeli dengan iklan.
Menjaga Alam, Menjaga Nama
Keindahan alam NTT---dari danau tiga warna Kelimutu, sabana Sumba, hingga pantai-pantai eksotis di Timor---adalah aset tak ternilai. Karena itu, Tour de EnTeTe juga harus membawa pesan penting tentang pelestarian lingkungan.
Setiap kegiatan pariwisata sebaiknya dirancang dengan prinsip ramah lingkungan: mengurangi sampah plastik, menjaga jalur alami, dan memberi edukasi kepada peserta serta penonton agar mencintai alam yang mereka kunjungi.
Mengayuh Menuju Masa Depan
Lebih dari sekadar lomba sepeda, Tour de EnTeTe adalah perjalanan menuju masa depan NTT yang lebih terbuka, berdaya, dan berbudaya. Event ini menegaskan bahwa masyarakat NTT siap berkompetisi di panggung global tanpa kehilangan jati diri.
Setiap kayuhan roda di jalanan NTT bukan hanya meninggalkan jejak keringat, tetapi juga jejak harapan: bahwa dari ujung timur Indonesia, semangat budaya dan keramahan bisa mengayuh dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI