Mohon tunggu...
Livia Fardah Permatasari
Livia Fardah Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

A thinker

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artis Korea di Skincare Lokal: Tantangan Standar Kecantikan Indonesia

7 Januari 2024   16:57 Diperbarui: 7 Januari 2024   18:00 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Han So Hee sebagai Brand Ambassador SOMETHINC. Sumber: SOMETHINC Official Website

Dalam dunia yang semakin terkoneksi ini, isu-isu yang berkaitan dengan standar kecantikan menjadi semakin relevan dan memikat perhatian. Salah satu isu yang mencuri perhatian saat ini adalah keterwakilan kecantikan dalam industri skincare lokal, khususnya melalui pilihan brand ambassador. Seorang brand ambassador dijelaskan sebagai seseorang yang memiliki pengaruh dan terkenal, yang dapat menggunakan ketenarannya untuk mempromosikan produk dan/atau layanan sebuah merek. Brand ambassador biasanya dianggap sebagai idola atau panutan bagi para pemuda karena cenderung bersedia mengikuti jejak mereka (Sekar Aruni & Februadi, 2023). Isu ini begitu menarik karena tidak hanya menyangkut aspek estetika, tetapi juga mencerminkan pandangan masyarakat terhadap kecantikan yang seringkali dipengaruhi oleh tren dan norma tertentu. Fenomena yang menjadi sorotan belakangan ini adalah penggunaan brand ambassador artis Korea untuk produk skincare lokal. Salah satunya adalah skincare lokal SOMETHINC yang berkolaborasi dengan artis Korea, Han So Hee. Fenomena ini dapat dengan mudah diamati melalui munculnya iklan-iklan di berbagai platform media sosial.

Media iklan menjadi salah satu alat yang paling kuat dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap kecantikan. Iklan skincare seperti SOMETHINC dengan Han So Hee sebagai brand ambassador terkenal dengan fokus pada kulit yang putih dan bersinar, sementara Indonesia sebagai negara dengan keberagaman etnis dan budaya memiliki beragam warna kulit, mulai dari yang terang hingga yang gelap. Persepsi dapat muncul karena standar kecantikan yang diusung oleh artis Korea, yang tidak sepenuhnya sesuai dengan warna kulit orang Indonesia, dan membuat terkesan bahwa kecantikan hanya terkait dengan kulit yang lebih terang. Padahal, kecantikan seharusnya merayakan keberagaman, bukan memberlakukan standar yang sempit. 

Menurut data dari ZAP Beauty Index (2020), sebanyak 73.1% wanita Indonesia memandang kecantikan sebagai kulit yang putih, bersih, dan berkilau (Sukisman & Utami, 2021). Data tersebut mencerminkan kecenderungan bahwa preferensi kecantikan yang diilustrasikan oleh Han So Hee dalam iklan SOMETHINC lebih mengacu pada standar kecantikan Asia Timur, yang tidak selalu sesuai dengan ragam warna kulit dan karakteristik fisik yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia yang beragam. Berdasarkan hasil survei ini, masih banyak wanita yang meyakini bahwa keindahan terkait dengan memiliki kulit yang cerah. Secara umum, banyak wanita merasa kurang percaya diri jika memiliki warna kulit yang lebih gelap. Hal ini menciptakan tekanan sosial yang signifikan, terutama bagi individu yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan.

Melihat pada masalah yang ada, keputusan skincare lokal seperti SOMETHINC untuk menjadikan artis Korea, Han So Hee, sebagai brand ambassador dalam iklan mereka menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi semakin nyata ketika melihat bagaimana banyak masyarakat Indonesia merasa tidak terwakili dan kurang percaya diri karena tidak dapat mengikuti tren kecantikan yang diilustrasikan oleh iklan tersebut. Standar kecantikan yang ditampilkan oleh media seperti iklan sebenarnya merupakan produk dari konstruksi sosial semata. Menurut pandangan Peter L. Berger dan Thomas Luckman, esensi sebenarnya dari realitas sosial adalah hasil konstruksi dan bentukan manusia (Aulia et al., 2022). Padahal setiap individu membawa keunikan dalam ciri fisiknya melalui kombinasi genetik yang unik, lingkungan tempat tumbuh besar, dan pengalaman hidup yang memengaruhi perkembangan mereka. 

Faktor narasi yang diusung dalam iklan skincare dengan brand ambassador artis Korea seringkali mempromosikan ide bahwa kulit putih adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan. Hal ini tidak hanya memengaruhi persepsi terhadap kecantikan, tetapi juga menanamkan ide bahwa kulit berwarna cenderung menjadi hambatan. Narasi semacam ini menciptakan norma yang tidak sejalan dengan kenyataan sosial dan budaya di Indonesia yang penuh keberagaman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengubah pola pikir dan pandangan terhadap adanya standar kecantikan. Sebagai contoh, kita dapat melakukan perubahan ini dengan mengubah cara kita berpikir, mulai menerima dan mencintai diri kita tanpa terpengaruh oleh kekurangan yang mungkin kita miliki. Fokus kepada kelebihan yang kita miliki, sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat kepercayaan diri. Kecantikan seharusnya dilihat sebagai spektrum yang luas, bukan standar tertentu yang harus dipenuhi setiap orang.  

Penting bagi kita untuk memahami bahwa kecantikan sejati tidak dapat terbatas pada warna kulit yang putih dan berkilau seperti di iklan-iklan. Jika semua orang hanya mengikuti satu standar kecantikan, dunia akan kehilangan keindahan yang datang dari keberagaman. Keindahan sejati berasal dari rasa percaya diri dan kesehatan kulit yang optimal, bukan sekadar tampilan luar. Untuk menghindari terbuai oleh standar kecantikan yang diperkenalkan oleh iklan skincare dengan brand ambassador artis Korea seperti SOMETHINC, kita perlu mengembangkan pemahaman kritis terhadap representasi kecantikan dalam media. Setiap individu membawa keunikan dalam ciri fisiknya, dan kecantikan tidak dapat diseragamkan menjadi satu definisi saja. Dengan mengubah cara pandang kita terhadap standar kecantikan, kita dapat memperluas definisi kecantikan sehingga mencakup berbagai bentuk dan warna, memecahkan norma-norma yang sempit, dan mengurangi tekanan sosial terkait penampilan fisik. Dengan pengetahuan yang lebih baik, kita dapat membentuk pandangan yang lebih positif terhadap kecantikan alami tanpa harus terpengaruh oleh standar tunggal yang dipromosikan oleh iklan skincare tertentu.

Banyak perempuan mengusung kecantikan dalam segala aktivitasnya, agar diterima  di  lingkungannya (Wirnani, 2010). Oleh sebab itu, langkah-langkah solutif perlu diambil SOMETHINC dan skincare lokal lainnya agar dapat mempertimbangkan untuk menyertakan lebih banyak variasi etnis, tipe, dan warna kulit dalam pilihan brand ambassador di iklan mereka. Dengan memilih brand ambassador untuk iklannya dari kalangan artis atau tokoh masyarakat Indonesia yang memiliki beragam warna kulit, produk skincare lokal dapat menyampaikan pesan positif bahwa kecantikan sejati datang dari keberagaman warna kulit dan bentuk wajah. Selain itu, jika terdapat pembaca yang merasa kurang percaya diri dengan standar kecantikan dari artis Korea seperti Han So Hee, langkah yang dapat diambil untuk memperkuat rasa percaya diri adalah memahami tentang keberagaman bahwa kecantikan tidak memiliki standar tunggal. Ini juga merupakan suatu usaha untuk mengembangkan pemahaman bersama bahwa standar kecantikan yang ada pada iklan-iklan tidak seharusnya diterapkan, karena hal tersebut dapat menghambat perempuan dalam berbagai aspek, terutama dalam cara mereka memandang diri sendiri (Adelia Rahmanda et al., 2023). Kita bisa bersama-sama menolak pandangan sempit tentang kecantikan dan merangkul keberagaman. Melalui upaya bersama, iklan-iklan skincare lokal tanpa brand ambassador artis Korea dapat menjadi fondasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih terbuka dan penerima terhadap keberagaman.

References

Adelia Rahmanda, Amelia Hanifa, Maulana Andinata Dalimunthe, & Hasan Sazali. (2023). Representasi Stereotip Perempuan Dalam Video Klip Yura Yunita “Tutur Batin.” Jurnal Riset Rumpun Seni, Desain Dan Media, 2(1), 44–50. https://doi.org/10.55606/jurrsendem.v2i1.806 

Aulia, N. P., Adriansyah, R., & Salsabila, S. A. (2022). Menepis Norma Standar Kecantikan Klasik dalam Iklan Adidas Edisi Find Your Right Fit. Borobudur Communication Review, 2(1), 1–13. https://doi.org/10.31603/bcrev.7035 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun