Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bedah Kisah: "Petualangan Alice di Negeri Ajaib" (Bab 1)

11 Februari 2021   16:08 Diperbarui: 11 Februari 2021   16:17 2532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Public Domain, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=629697

Pengenalan Karakter Melalui Monolog dan Dialog

Kisah ini tidak diawali dengan pengenalan karakter yang panjang dan deskriptif. Hanya ada satu paragraf pembuka yang menggambarkan kehidupan "normal" Alice sebelum perlahan-lahan mengalami kejadian-kejadian ganjil. Biar begitu, pembaca dapat memahami karakter Alice seiring dengan berjalannya cerita. Pada paragraf pembuka, digambarkan Alice sedang bersantai dengan kakak perempuannya, di mana si kakak sedang membaca sebuah buku tanpa gambar dan dialog. Dalam benaknya, Alice mempertanyakan kegunaan sebuah buku tanpa kedua hal tersebut. Monolog dalam benak Alice ini adalah realita (atau setidaknya 'realita' bagi dirinya) pertama yang ia pertanyakan dalam kisah ini.

Meski saya membedah kisah ini secara kronologis, namun tidak ada salahnya saya membocorkan karakter Alice sekarang agar poin pertama ini dapat dimengerti dengan baik. Salah satu karakter Alice yang paling menonjol adalah wildly curious atau "memiliki rasa penasaran yang tinggi". Karenanya, sepanjang kisah, pembaca dihadapkan dengan berbagai celotehan Alice yang mempertanyakan hal-hal tak wajar yang dialaminya di Wonderland. Jika dipikir kembali, memang bukan sesuatu yang mengherankan jika karakter Alice sebagian besar dikenali melalui monolog-monolognya (dan sedikit penjelasan-penjelasan dalam kurung dari penulis). Hal ini dikarenakan, seluruh tokoh yang ditemuinya di Wonderland merupakan tokoh-tokoh yang belum pernah menemui Alice sebelumnya. Jadi, tidak mungkin karakter Alice digali melalui dialog yang diucapkan tokoh lain yang baru ditemuinya. Meski interaksi antara Alice dan tokoh-tokoh lain dan cara Alice merespon hal-hal yang dilakukan tokoh-tokoh lain, dapat dijadikan sumber untuk mengenali Alice juga, namun tetap saja kedua hal tersebut berasal dari dalam diri Alice.  

Hal yang dapat dipelajari dari gaya pembukaan Lewis Carroll dalam kisah ini adalah, seorang penulis tidak harus menjelaskan sedetail-detailnya mengenai karakter tokoh-tokohnya di awal kisah. Pembukaan yang sederhana dan singkat dapat menjadi pilihan tepat untuk memulai kisah. Selanjutnya, tinggal bagaimana mengimplementasikan karakter si tokoh ke dalam monolog dan dialog yang diucapkan di sepanjang kisah. Dengan menggunakan gaya pembukaan seperti ini, pembaca dapat menikmati alur kisah dan mengenali karakter tokoh di waktu yang bersamaan. Poin plusnya, semakin banyak monolog dan dialog yang diucapkan para tokoh, semakin banyak waktu yang dihabiskan pembaca  untuk mendengarkan suara tokoh-tokoh ini dalam kepala mereka.

Monolog dan Dialog yang Tidak Terduga

Meski kita telah mengetahui bahwa Alice memiliki rasa penasaran yang besar, namun tidak semua hal aneh dia pertanyakan. Pada paragraf ke tiga dari Down the Rabbit Hole, dijelaskan bahwa Alice sama sekali tidak kaget atau bertanya-tanya ketika melihat seekor kelinci berbicara bahasa manusia. Dijelaskan pula bahwa ia baru menyadari bahwa itu adalah hal yang perlu dipertanyakan, beberapa waktu setelahnya. Jadi, tidak ada respon langsung dari Alice. Biar begitu, ketika melihat si kelinci, yang kemudian kita tahu bernama White Rabbit mengeluarkan sebuah jam dari sakunya, Alice langsung bertanya-tanya dan mengejarnya.

Melalui sepenggal kejadian tersebut, terlihat bahwa seorang penulis tidak perlu selalu "menempel" pada kriteria-kriteria yang ia ciptakan sebelumnya. Terkadang, ada beberapa hal yang perlu "dibelokkan" sedikit agar kisah tidak monoton dan membosankan. Kelak, ketika tiba di akhir cerita, pembaca akan menyadari bahwa karakter Alice memang wildly curious, tetapi tetap memiliki sifat-sifat dan respon-respon yang tak terduga.  

Antipati dan Antipoda

Singkat cerita, Alice mengejar White Rabbit hingga ke sebuah lubang di bawah pohon. Namun, ketika memasuki lubang itu, ia terjatuh. Pada paragraf ke-9 Down the Rabbit Hole, dapat dilihat bahwa Alice sedang berandai-andai apakah ia telah jatuh hingga menembus pusat bumi. Jika benar begitu, maka ia akan muncul dari bawah tanah di negara yang lain.

Alice menyebutkan kata "The Antipathies" (antipasti), yang merupakan permainan kata dari kata "The Antipodas" (antipoda). Dalam monolog Alice, kita melihat bahwa yang dimaksud Alice adalah Australia dan New Zealand. Seperti yang kita tahu, lokasi Australia dan Inggris berada pada posisi yang berlawanan di peta dunia. Tak heran, Alice berpikir ia akan bertemu dengan orang-orang yang berjalan terbalik jika terjatuh hingga menembus pusat bumi.

Selain kemampuan menulis yang baik, seorang penulis juga perlu menguasai pengetahuan umum atau ilmu-ilmu tertentu. Mungkin bagi sebagian orang, informasi ini terasa lebih awam jika dikaitkan dengan penulis-penulis dengan karya realis. Seorang penulis kisah-kisah realis tentunya perlu memahami berbagai hal yang benar-benar ada atau terjadi di dunia nyata, agar dapat diimplementasikan ke dalam karyanya. Menariknya, ternyata penulis fiksi-pun memerlukan pengetahuan-pengetahuan umum tersebut untuk memberikan unsur-unsur relevan dalam karya yang mengawang. Selain kisah-kisah sejenis Alice yang sudah jelas fantasi, kisah-kisah mengawang lain yang bersifat surealisme juga biasanya memiliki unsur-unsur relevan. Untuk memahami unsur relevan dalam kisah surealisme, silakan baca di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun