Bisa dibilang, waktu masa kecilku banyak dihabiskan di depan komputer untuk bermain game. Sifatku yang pemalu ini adalah salah satu alasan tidak memiliki banyak teman di sekitar rumah.Â
Walaupun terdengar sepi dan hampa karena tidak punya teman rumah, aku lebih menikmati waktu ketika sendiri, terlebih saat asyik bermain game.
Rumah kami memiliki beberapa komputer karena memang memiliki kelas belajar yang digunakan oleh siswa SMP Terbuka. Awalnya melihat kakakku yang sering bermain dengan fokus dan seru membuatku penasaran, apakah seseru itu?Â
Aku sempat beberapa kali ingin mencoba bermain dengan komputer, namun selalu didahului oleh kakak-kakakku, maka aku mengalah.Â
Sehingga ketika kakakku masih belum pulang sekolah, aku mengambil kesempatan emas itu untuk pergi ke ruang komputer dan menyalakan salah satunya.Â
Perasaan excited sewaktu menunggu layar windows jadul menuju desktop masih teringat jelas.
Ada banyak macam permainan di dalamnya. Yang pertama kali aku mainkan adalah Diner Dash, sebuah game dengan gambar perempuan kuncir poni dengan celemek birunya, mengharuskanku untuk mengelola sebuah restoran dengan cepat.
Sekali bermain tidak cukup, aku harus menyelesaikan bagian satu dan mendapatkan lima bintang. Meski permainannya menggunakan bahasa Inggris, aku hanya menerka-nerka apa artinya dari simbol yang terdapat pada samping teksnya. Namun setelah bermain berkali-kali, aku terbiasa dan mengerti artinya dengan sendirinya.
Selain Diner Dash dan beberapa permainan lain yang sempat aku coba, aku sangat tertarik pada Harvest Moon, yaitu sebuah game casual di mana kamu ditugaskan untuk merawat sebuah peternakan dan pertanian. Game ini juga menggunakan bahasa Inggris, dan dari Harvest Moon-lah aku begitu tertarik dengan bahasa Inggris.
Tidak hanya bahasa Inggris sebenarnya, ada juga permainan yang menggunakan full bahasa Jepang.Â
Awal bermain memang tidak mengerti sama sekali. Namun lama kelamaan, aku mengerti alur permainannya dan apa saja yang harus aku lakukan dalam game itu. Setiap kata pada tombol pilihan dalam game, aku hanya bisa menerka-nerka berdasarkan feeling. Tapi di sanalah letak keseruannya.
Bermain game menurutku tidak hanya tentang mencari kesenangan dengan gameplay-nya, tapi juga bisa menambah pengetahuan-pengetahuanku akan bahasa, dan juga bagaimana menggunakan komputer. Semua itu aku bisa lakukan karena terbiasa.
Aku mulai bermain game sewaktu aku masih duduk di Sekolah Dasar, dan aku cukup bangga akan hal itu.Â
Di saat pelajaran TIK, kami disuruh untuk menggunakan komputer, mulai dari cara menyalakannya hingga bagaimana cara mengetik. Pada saat itu aku dengan lancar melakukannya, di saat teman-temanku yang lain masih asing dengan komputer.
Lalu ketika pelajaran bahasa Inggris, aku sudah tahu beberapa kata terlebih dahulu, padahal dalam kelas baru saja akan diajarkan.
Game sangat berpengaruh besar padaku. Selain ilmu pengetahuan tentang TIK dan bahasa Inggris, dari game, aku jadi suka berimajinasi dan tertarik akan berbagai profesi yang ada pada game yang kumainkan.
Contohnya seperti Diner Dash tadi, memainkan hal itu membuatku ingin jadi seseorang yang bekerja di restoran. Atau sebuah game detektif, yang membuatku ingin menjadi seseorang yang mengungkap misteri-misteri.Â
Permainan memasak dan mengelola sebuah toko Bakery, ingin menjadikanku seorang pengrajin roti dan pastry yang membuat berbagai macam kue-kue nan cantik mulai dari rasa yang manis hingga asin. Ada juga permainan tentang fashion, yang membuatku ingin menjadi seorang fashion designer.Â
Hal itu bukan hanya angan-angan dan imajinasi semata. Saat lulus SMA, aku sempat mengejar jurusan fashion designer dan tata boga. Itu karena game yang telah memengaruhiku, meskipun pada akhirnya aku tidak dapat lolos di antara kedua jurusan tersebut, aku masih hobi untuk membuat kue dan pastry.
Biasanya orang menganggap game merupakan sesuatu yang buruk dan kurang bermanfaat. Namun menurutku, game malah memberikan dampak baik yang lumayan besar padaku.
Memang, jika tidak diatur waktu bermainnya, seseorang bisa kecanduan dan melupakan tanggung jawab yang seharusnya ia pegang. Tapi jika kita bisa mengontrolnya dengan penuh kesadaran diri, kita tidak akan terlena akan hal tersebut.
Game bisa jadi pemantik rasa penasaran akan ilmu pengetahuan. Seperti halnya diriku yang terpantik rasa ingin tahunya dari sebuah game yang selama ini kumainkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI