Boleh jadi kalau seseorang kentut tidak pada tempatnya membuat suasana tidak nyaman. Bukan saja kentutnya yang akan jadi bahasan, orang yang kentut akan menjadi topik sepanjang ingatan. Apalagi kentut di keramaian seperti saat di ruang jamuan makan.
Begitulah adanya persoalan kentut yang sering kita terima, sisi negatifnya lebih menonjol daripada positifnya. Lain persoalan jika di balik kentut ada harapan besar. Apa itu? Simak lebih lanjut.
Pagi tadi penulis mendapat tugas dari lembaga untuk menjenguk salah satu pimpinan lembaga tetangga di salah satu Rumah Sakit besar di kabupaten Tulungagung. Sesampainya di rumah sakit yang dituju, penulis sebagaimana normalnya membesuk pasien menanyakan kabar, perihal diagnosa dokter atas penyakit yang diderita dan penanganan yang telah dilakukan.Â
Setelah sekian lama berbincang, pasien sendiri menyimpulkan yang mirip-mirip dengan benang merah yang penulis tarik, bahwa begitu besar nikmat Allah Swt., yang sering terabaikan. Nikmat apa? Banyak termasuk kentut dan nikmat sehat sebagaimana judul tulisan ini.
Usut punya usut ternyata semula penyakit yang dialami pasien hingga terbaring di Rumah Sakit (RS), disebabkan tidak bisa kentut. Sebab kentut lah ia bergeser kurang lebih empat RS. dan satu klinik berbeda hingga sampai tahap penyebab utama penyakit yang ia diterima diketahui secata pasti dan dilakukan penanganan intensif. Setelah dilakukan penanganan oleh ahli sekarang pasien sudah mendingan dan telah bisa normal kembali. Teriring harapan penulis semoga ia segera pulih kembali.
Dari kisah banyak pelajaran yang dapat diambil, termasuk begitu besar nikmat Allah Swt., bagaimana menjaga dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Di samping itu tentu berulang kali kita harus bersyukur, dengan berbagai cara yang dapat kita lakukan.
Dari perjalanan sebagaimana kisah penulis di atas, penulis sengaja menelusuri buku Tanbigul Ghafilin karya Nashr bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandiy (W. 373), siapa tahu menemukan sesuatu yang ada relevansinya dengan kejadian ini. Setelah lembaran-lembaran penulis buka, penulis menemukan sebuah hadis Nabi Muhammad Saw, yang begitu masyhur riwayat Ibnu Abbas, Nabi Saw., bersabda, "Dua nikmat yang banyak manusia tertipu, yakni sehat dan waktu senggang."Â
Tidak cukup itu, penulis juga menemukan pernyataan Bakr bin Abdillah Al-Muzaniy di halaman dan buku yang sama, yang mengatakan,"Barang siapa ia telah berstatus muslim dan badannya sehat, maka telah berkumpul pada dirinya puncak kenikmatan dunia dan nikmat akhirat. Sebab, puncak kenikmatan dunia adalah kesehatan. Puncak nikmat akhirat adalah Islam."
Lagi-lagi dengan mendekatkan fakta di lapangan dengan rujukan penulis menambah semangat penulis untuk bersyukur. Banyak sekali nikmat pemberian Allah Swt., yang sejatinya itu sangat besar namun sering tidak kita sadari. Sadar-sadar jika nikmat itu berkurang atau hilang.
Demikian sedikit yang dapat penulis uraikan. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita agar, mampu menyadari nikmatnya sebelum nikmat itu Ia ambil.Â
Wallahu A'lam Bisshawab