Mohon tunggu...
Lita Tania
Lita Tania Mohon Tunggu... Lainnya - Student
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Student in Indonesia University of Education

Selanjutnya

Tutup

Raket

Variasi Bahasa Pada Penyebutan Istilah-Istilah dalam Dunia Olahraga Bulu Tangkis

14 Juli 2020   00:44 Diperbarui: 14 Juli 2020   01:05 3446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

VARIASI BAHASA PADA PENYEBUTAN ISTILAH-ISTILAH DALAM DUNIA OLAHRAGA BULU TANGKIS DI LINGKUNGAN MAHASISWA UKM BULU TANGKIS UPI

oleh Lita Tania, 1705340, Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI.

litania51@gmail.com

ABSTRACT

            This research will discuss about  language variations in terms of badminton, such as badminton equipment, technical official, and  badminton biff technique in the environment of students of UPI. This research aim for describing a form of language variation on mentioning badminton in terms of environment and causative factors of language variations. The object of this research is badminton students of UPI. The analyzing method  is descriptive analysis, which includes qualitative approach, and classification technique. There are two forms of language variations, that is Sundanese language and English language. 

Key Words: Language Variations, Terms of Badminton, Causative Factors of Language Variations, Badminton Students of UPI. 

ABSTRAK 

            Penelitian ini membahas mengenai Variasi Bahasa Pada Penyebutan  Istilah-Istilah dalam Dunia Olahraga Bulu Tangkis, yang meliputi peralatan bulu tangkis, ofisial, serta teknik pukulan dalam bulu tangkis di Lingkungan Mahasiswa UKM Bulu Tangkis UPI. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan wujud variasi bahasa pada penyebutan istilah-istilah bulu tangkis di lingkungan tersebut, serta menggambarkan faktor-faktor penyebab terjadinya variasi bahasa pada penyebutan istilah-istilah bulu tangkis di lingkungan tersebut. Objek penelitian ini adalah mahasiswa UKM bulu tangkis UPI. Metode penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deksriptif yang didalamnya terdapat pendekatan kualitatif serta teknik klasifikasi data.  Dalam  penelitian ini terdapat dua bentuk variasi bahasa dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis tersebut yaitu variasi bahasa antara bahasa asing yaitu bahasa Inggris dengan bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda.

Kata Kunci:   Variasi Bahasa, Istilah-Istilah dalam Bulu Tangkis, Faktor  Penyebab Variasi Bahasa, Mahasiswa UKM Bulu Tangkis UPI

  • Pendahuluan
  •             Chaer dan Agustina pada bukunya yang berjudul Sosiolinguistik Perkenalan Awal , pada tahun 2004, mengatakan bahwa variasi atau ragam bahasa dapat dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dengan keragaman fungsi bahasa lainnya
  •             Pada Jurnal Simbolika/Volume 1/Nomor 1/April  2015, pada halaman 84-92 terdapat sebuah artikel yang berjudul Penggunaan Bahasa dan Variasi Bahasa yang ditulis oleh Waridah yang merupakan staf pengajar FISIPOL di Universitas Medan Area. Artikel tersebut berisikan sebuah penjelasan mengenai perbedaan dalam penggunaan bahasa yang dilihat dari status kedudukan sosial sang penutur.
  •             Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah megkaji mengenai bentuk-bentuk variasi bahasa dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis, yang meliputi peralatan bulu tangkis, istilah untuk ofisial, dan teknik-teknik pukulan dalam bulu tangkis di lingkungan mahasiswa UKM bulu tangkis  UPI, dan juga mengkaji mengenai faktor-faktor penyebab yang memengaruhi terjadinya variasi bahasa dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis di lingkungan tersebut.
  • Metode 
  •       Penelitian ini menggunakan metode deksriptif yang didalamnya terdapat pendekatan kualitatif serta klasifikasi. Metode deskriptif dalam penelitian ini berupa metode yang digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan suatu variasi bahasa dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis di di lingkungan mahasiswa UKM bulu tangkis UPI dengan membuat klasifikasi  atau pengelompokkan data terlebih dahulu, lalu yang nantinya akan di deskripsikan, digambarkan, atau  dilukiskan secara rinci, faktual, dan akurat .
  •       Metode pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengumpulkan dan merekap data yang bukan dicatat dalam bentuk angka namun penjelasan secara sejelas-jelasnya dan sedalam-dalamnya, lalu mencari data secara langsung di lapangan yang nantinya akan memunculkan teori variasi bahasa. Setelah  itu , data tersebut dikaji dengan menggunakan teori yang sudah ada, yaitu teori Chaer dan Agustina dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik Perkenalan Awal pada tahun 2004 mengenai variasi atau  ragam bahasa  serta teori yang ada di dalam artikel  jurnal simbolika//volume 1/nomor 1/april 2015, pada halaman 84-92,  yang berjudul Penggunaan Bahasa dan Variasi bahasa yang ditulis oleh Waridah yang merupakan staf  pengajar FISIPOL di Universitas Medan Area.
  •       Klasifikasi data dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi data menurut sifat data, yaitu data kualitatif. Data kualitatif ini mengenai penggolongan dalam relasinya terhadap kualitas atau sifat yang ada pada sesuatu. Jika dihubungkan dalam penelitian ini maka klasifikasi data kualitatif ini ialah penggolongan data berdasarkan sifat bahasa tertentu, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Inggris.

  • Pembahasan 
  • Raket

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Racket 

Reket

  •           Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah untuk alat yang digunakan dalam memukul bola dalam permainan olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah  tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, alat tersebut dikatakan sebagai "Racket", sedangkan di dalam  bahasa Sunda, alat tersebut dikatakan sebagai "Reket", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna yaitu  merupakan sebuah alat untuk memukul bola dalam permainan olahraga bulu tangkis , yang ujungnya berbentuk bidang oval (bulat telur), berjaring (dari bahan nilon), bergagang, dan dilengkapi dengan pegangan.

  • Net

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Net

Jaring 


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah untuk alat berbentuk jaring yang dibuat khusus untuk permainan olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja.  Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, alat tersebut dikatakan sebagai "Net", sedangkan di dalam bahasa Sunda, alat tersebut dikatakan sebagai "Jaring", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna yaitu merupakan sebuah alat berbentuk jaring yang dibuat khusus untuk permainan olahraga bulu tangkis yang dipasang melintang membagi lapangan permainan menjadi dua bagian.

  • Kok

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Shuttlecock 

Kok


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah untuk bola dalam  permainan bulu tangkis .Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan peyebutan  istilah tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, bola tersebut dikatakan sebagai "Shuttlecock", sedangkan di dalam bahasa Sunda, bola tersebut dikatakan sebagai "Kok", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna yaitu merupakan bola dalam permainan bulu tangkis yang terbuat dari gabus berbentuk setengah bulatan yang dilapisi kulit tipis pada bagian yang rata dan diberi bulu-bulu unggas yang dipasang berdiri melingkar di sepanjang pinggirnya.

  • Hakim Garis

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Linesman

Lesmen 


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah hakim garis dalam olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah  makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, hakim garis tersebut dikatakan sebagai "Linesman", sedangkan di dalam bahasa Sunda, hakim garis tersebut dikatakan sebagai "Lesmen", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan  makna, yaitu  merupakan seorang ofisial yang bertugas menjadi hakim garis yang duduk disekeliling lapangan dan bertugas untuk melihat apakah bola jatuh diluar atau di dalam lapangan.

  • Gerakan Pukulan Tinggi

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Lob 

Ngelop


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah gerakan pukulan tinggi dalam olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna,  tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika di dalam  bahasa Inggris, gerakan  pukulan tinggi tersebut dikatakan sebagai "Lob" , sedangkan di dalam bahasa Sunda, gerakan pukulan tinggi tersebut dikatakan  sebagai "Ngelop", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna, yaitu merupakan sebuah gerakan memukul kok secara tinggi kearah lawan.

  • Gerakan Pukulan Kencang dan Ofensif

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Smash 

Semes 


  •             Terdapat variasi bahasa dalam  penyebutan istilah gerakan pukulan kencang dan ofensif dalam olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika  di dalam bahasa Inggris, gerakan pukulan kencang dan ofensif tersebut dikatakan sebagai "Smash", sedangkan di dalam bahasa Sunda, gerakan pukulan kencang dan ofensif tersebut dikatakan sebagai "Semes", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan  makna, yaitu merupakan sebuah gerakan pukulan yang sifatnya kencang dan ofensif ke arah lawan, dengan arah pukulan menukik cepat yang bertujuan untuk mematikan lawan.

  • Gerakan Pukulan Pendek

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Net Shot 

Tepakan Pondok 


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah gerakan pukulan pendek dalam olahraga bulu tangkis.  Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, gerakan pukulan pendek tersebut dikatakan sebagai "Net Shot" , sedangkan di dalam bahasa Sunda, gerakan pukulan pendek tersebut dikatakan sebagai "Tepakan Pondok", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna, yaitu merupakan gerakan pukulan ke arah net dengan gerakan pukulan yang pendek.

  • Gerakan Pukulan ke Atas

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Drop Shot 

Tepakan Luhur 


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah gerakan pukulan ke atas dalam olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, gerakan pukulan ke atas tersebut dikatakan sebagai "Drop Shot", sedangkan di dalam bahasa Sunda, gerakan pukulan ke atas tersebut dikatakan sebagai "Tepakan Luhur", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna, yaitu merupakan sebuah gerakan pukulan ke atas yang mengarah ke lapangan lawan.

  • Gerakan Pukulan Secara Keras

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Drive 

Tepakan Heuras 


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah gerakan pukulan secara keras dalam olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, gerakan pukulan secara keras tersebut dikatakan sebagai "Drive", sedangkan di dalam bahasa Sunda, gerakan pukulan secara keras tersebut dikatakan sebagai "Tepakan Heuras", dan  kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna, yaitu merupakan sebuah gerakan pukulan secara keras yang mendatar ke arah lawan.

  • Gerakan Pukulan Raket

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 

Stroke 

Tepakan Ngayunkeun Reket


  •             Terdapat variasi bahasa dalam penyebutan istilah gerakan pukulan raket dalam olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut tidak mengubah makna, tetapi hanya mengubah penyebutan istilahnya saja. Perbedaan penyebutan istilah tersebut ialah jika di dalam bahasa Inggris, gerakan pukulan raket tersebut dikaatakan sebagai "Stroke", sedangkan di dalam bahasa Sunda, gerakan pukulan raket tersebut dikatakan  sebagai "Tepakan Ngayunkeun Reket", dan kedua variasi bahasa tersebut memiliki persamaan makna, yaitu  merupakan sebuah gerakan pukulan pemain yang  mengayunkan  raketnya tanpa adanya pukulan keras, kencang, pendek, ataupun tinggi.



  • 3.1.2. Faktor Penyebab 
  •  
  •             Pada hakikatnya, masyarakat Indonesia memiliki triglot atau menguasai tiga bahasa, yaitu bahasa daerah sebagai bahasa Ibu, lalu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, serta bahasa asing. Hal tersebut menyebabkan terjadinya variasi bahasa. Variasi bahasa tersebut dapat dibuktikan di dalam penyebutan istilah-istilah dalam dunia olahraga bulu tangkis di lingkungan mahasiswa UKM bulu tangkis UPI. Variasi bahasa dalam  peristiwa tersebut ialah variasi bahasa antara bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda dengan bahasa asing, yaitu bahasa Inggris.
  •             Jika dikaitkan dengan teori Chaer dan Agustina pada bukunya yang berjudul Sosiolinguistik Perkenalan Awal, maka variasi bahasa tersebut disebabkan dari adanya keragaman sosial penutur bahasa dengan  keragaman fungsi bahasa lainnya,
  • Hubungan keragaman sosial penutur bahasa dengan fungsi bahasa lainnya dalam penelitian ini ialah mahasiswa UKM bulu tangkis UPI yang mayoritasnya berasal dari suku Sunda, menyebabkan timbulnya  bahasa Sunda yang digunakan dalam penyebutan istilah-istilah pada olahraga bulu tangkis.
  •             Lalu jika dikaitkan dengan Jurnal Simbolika/Volume 1/Nomor 1/April 2015, pada halaman 84-92 yang didalamnya terdapat sebuah artikel jurnal yang berjudul Penggunaan Bahasa dan Variasi Bahasa yang ditulis oleh Waridah, maka variasi bahasa tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam penggunaan bahasa yang dilihat dari kedudukan sosial sang penutur, yaitu dilihat dari pengetahuan serta kemampuan berbahasa sang penutur.  Kedudukan sosial sang penutur dapat dilihat ketika sang penutur menggunakan bahasa Inggris, maka dapat dikatakan bahwa penutur tersebut  berkedudukan sosial tinggi, karena  penutur tersebut mempunyai pengetahuan dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis yang sesuai dengan Badminton World Federation (BWF), serta kemampuan berbahasa Inggris yang memumpuni, karena pada penyebutan istilah-istilah bulu tangkis dalam BWF menggunakan bahasa Inggris, sedangkan untuk penutur yang menggunakan bahasa Sunda, maka dapat dikatakan bahwa penutur tersebut berkedudukan sosial rendah karena tidak adanya pengetahuan dari sang penutur mengenai penyebutan istilah-istilah dalam dunia olahraga bulu tangkis yang sesuai dengan BWF, serta ketidakmampuan sang penutur untuk berbahasa Inggris, yang menyebabkan penutur tersebut menggunakan bahasa daerahnya yaitu bahasa sunda dalam penyebutan istilah-istilah di dunia olahraga bulu tangkis.
  •            
  • Hasil
  •  
  •       Ditemukan 10 variasi bahasa antara bahasa Sunda dengan bahasa Inggris dalam penyebutan istilah-istilah di dunia olahraga bulu tangkis. Variasi bahasa tersebut ialah sebagai berikut.

NO. 

BAHASA INGGRIS 

BAHASA SUNDA 


Racket 

Reket 


Net 

Jaring 


Shuttlecock

Kok


Linesman 

Lesmen 


Lob.

Ngelop.


Smash. 

Semes.


Net Shot.

Tepakan Pondok.


Drop Shot.

Tepakan Luhur.


  • Drive.

Tepakan Heuras.


Stroke.

Tepakan Ngayunkeun Reket.


  •      Ditemukan variasi bahasa pada peralatan olahraga bulu tangkis. Pertama, variasi bahasa pada penyebutan alat "Raket". Bahasa Inggris menyebut alat tersebut dengan  "Racket", sedangkan bahasa Sunda menyebut alat tersebut dengan "Reket". Lalu yang kedua, variasi bahasa pada penyebutan alat "Net". Bahasa Inggris menyebut alat tersebut engan "Net", sedangkan bahasa Sunda menyebut alat tersebut dengan "Jaring". Selanjutnya yang terakhir, variasi bahasa pada penyebutan alat "Kok". Bahasa Inggris menyebut alat tersebut dengan "Shuttlecock", sedangkan bahasa Sunda menyebut alat tersebut dengan "Kok".
  •      Variasi bahasa juga ditemukan pada penyebutan istilah "Ofisial" dalam olahraga bulu tangkis, yaitu penyebutan "Hakim Garis". Bahasa Inggris menyebutnya dengan "Linesman", sedangkan bahasa Sunda menyebutnya dengan Lesmen.
  •      Variasi bahasa terjadi juga pada penyebutan istilah "Teknik Pukulan dalam Bulu Tangkis", yaitu yang pertama penyebutan "Teknik Pukulan Tinggi". Bahasa Inggris menyebut teknik tersebut dengan "Lob", sedangkan bahasa Sunda menyebut teknik tersebut dengan "Ngelop". Lalu yang kedua pada penyebutan "Teknik Pukulan Kencang dan Ofensif". Bahasa Inggris menyebut teknik tersebut dengan "Smash", sedangkan bahasa Sunda menyebut teknik tersebut dengan "Semes". Ketiga, pada penyebutan "Teknik Pukulan Pendek". Bahasa Inggirs menyebut teknik tersebut dengan "Net Shot" sedangkan bahasa Sunda menyebut teknik tersebut dengan "Tepakan Pondok". Keempat, pada penyebutan "Teknik Pukulan ke Atas". Bahasa Inggris menyebut teknik tersebut dengan "Drop Shot", sedangkan bahasa Sunda menyebut teknik tersebut dengan "Tepakan Luhur". Kelima, pada penyebutan "Teknik Pukulan Secara Keras". Bahasa Inggris menyebut teknik tersebut dengan "Drive", sedangkan bahasa Sunda menyebut teknik tersebut dengan "Tepakan Heuras". Keenam, pada penyebutan "Teknik Pukulan Mengayunkan Raket". Bahasa Inggris menyebut teknik tersebut dengan "Stroke", sedangkan bahasa Sunda menyebut teknik tersebut dengan "Tepakan Ngayunkeun Reket".

  • Kesimpulan
  •  
  •      Variasi bahasa disebabkan  karena hakikat masyarakat Indonesia yang memilki triglot atau menguasai tiga bahasa. Variasi bahasa tersebut dapat dilihat pada penyebutan istilah-istilah dalam dunia olahraga bulu tangkis di lingkungan mahasiswa UKM bulu tangkis UPI. Pada lingkungan tersebut terjadi variasi bahasa antara bahasa sunda dengan bahasaInggris.
  •      Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didalamnya terdapat pendekatan kualitatif serta teknik klasifikasi data. Metode deskriptif dalam penelitian ini berupa metode yang digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan suatu variasi bahasa dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis di lingkungan mahasiswa UKM bulu tangkis UPI dengan membuat klasifikasi atau pengelompokkan data terlebih dahulu, lalu yang nantinya akan di deskripsikan, digambarkan, atau  dilukiskan secara rinci, faktual, dan akurat ..
  •      Ditemukan sepuluh variasi bahasa dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis di lingkungan mahasiswa UKM bulu tangkis UPI. Sepuluh korpus data tersebut ialah penyebutan untuk istilah peralatan dalam bulu tangkis yaitu raket, net, dan kok, lalu istilah untuk ofisial, yaitu hakim garis, serta teknik-teknik gerakan pukulan dalam bulu tangkis, yang meliputi gerakan pukulan tinggi, gerakan pukulan kencang dan ofensif, gerakan pukulan pendek, gerakan pukulan ke atas, gerakan pukulan secara keras, serta gerakan pukulan pemain yang hanya mengayunkan  raketnya saja, tanpa adanya pukulan tinggi, pendek, keras, ataupun kencang.
  •      Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi bahasa dalam  penyebutan istilah-istilah  bulu tangkis di lingkungan tersebut ialah disebabkan karena adanya keragaman sosial penutur bahasa dengan kergaman fungsi bahasa lainnya, yaitu keragaman sosial penutur bahasa di lingkungan tersebut yang mayoritas penuturnya berasal dari suku Sunda, sehingga menggunakan bahasa Sunda dalam penyebutan istilah-istilah bulu tangkis tersebut. Lalu faktor yang kedua ialah disebabkan karena adanya perbedaan dalam penggunaan bahasa yang dilihat dari kedudukan sosial sang penutur yaitu, dilihat dari tingkat pengetahuan serta kemampuan berbahasa penutur, yakni kemampuan berbahasa asing. Faktor tersebut memengaruhi variasi bahasa di lingkungan tersebut karena semakin tinggi kedudukan sosial penutur maka semakin tinggi tingkat pengetahuan penutur , dan tingkat kemampuan berbahasa asing sang penutur terhadap penyebutan istilah-istilah dalam dunia olahraga  bulu tangkis  yang sesuai dengan BWF, sedangkan semakin rendah kedudukan sosial sang penutur, maka semakin rendah tingkat pengetahuan penutur dan tingkat kemampuan berbahasa asing sang penutur terhadap penyebutan istilah-istilah dalam dunia olahraga  bulu tangkis  yang sesuai dengan BWF.
  •  
  • Daftar Pustaka 

Chaer, A. dan Leoni A. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka   Cipta.

Waridah. (2015). Penggunaan Bahasa dan Variasi Bahasa . Jurnal Simbolika, 1, 84--92.     doi: ojs.uma.ac.id/index.php/simbolika/journal/download/53/10.

Endriko, Erik. (2016). Istilah-Istilah Dalam Bulu Tangkis. [Online]. Diakses dari:      lapanganbulutangkis.blogspot.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun