Mohon tunggu...
Lita Tania
Lita Tania Mohon Tunggu... Lainnya - Student
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Student in Indonesia University of Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Implikatur Tururan Netizen

13 Juli 2020   15:15 Diperbarui: 13 Juli 2020   15:22 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dokter Tirta juga juga menyatakan bahwa di tengah pandemik ini yang di takuti adalah after corona effect. In this social life, in this country, about economy after corona attack. Menurutnya corona virus can make some collateral damage to Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia memang di cap negara maju oleh Amerika Serikat di WTO, tetapi mental Indonesia tidaklah maju.

Indonesia akan susah bangkit ekonominya ketika sudah jatuh. Salah satu pemicu kacaunya perekonomian pada saat ini yaitu virus Corona.  Terbukti di dua kali pada tahun 1998 dan 2008. Dolar pada tahun 1998 senilai Rp. 2.000 dan begitu ada krisis balapan tembus Rp. 20.000 lalu naik di Rp. 9.000 bahkan katanya di saat pandemik ini, naik lagi menjadi Rp. 16.000. Bisa naik Rp. 16.000 karena kekhawatiran dan ketidakpuasan investor untuk sistem penanganan di Indonesia. Dengan naiknya dolar banyak netizen yang goreng menteri perekonomian dengan berbagai cercaan.

Dolar naik, penyakit demam berdarah menyerang, virus Corona menyerang. Waduh, apeslah Indonesia", imbuhnya. Berbeda dengan di luar negeri yang tidak apes-apes banget. Hal ini disebabkan karena di luar negeri hanya ada virus Corona, tidak ada penyakit demam berdarah. Apesnya dua virus tersebut hanya ada di negara tropis, salah satunya itu Indonesia. Jadi Indonesia sekarang diserang dua penyakit yaitu demam berdarah dan virus Corona. Sangat apes lagi jika terkena virus Corona, demam berdarah dan tipes.

Netizen pun tidak segan untuk goreng dokter. Banyak netizen yang menyalahkan dokter muda kenapa tidak ikut serta dalam menangani virus Corona. Sesungguhnya dokter muda bukannya tidak ingin terlibat, tetapi ada SOP di dunia kedokteran. Setiap dokter yang menjadi garda terdepan dalam menghadapi virus Corona harus memiliki SOP dari pemerintah. 

Tidak sembarangan dokter yang dapat menanganinya. Dokter-dokter itu juga harus sudah memiliki keahlian dibidangnya masing-masing dan kebanyakan dari mereka merupakan dokter senior yang sudah memiliki pengalaman yang banyak. Adapun dokter lainnya seperti dokter umum yang tugasnya menjadi garda terdepan. Dokter IGD sebagai garda terdepan yang menyeleksi pasien. Sementara itu dokter yang sudah senior berada pada garda terakhir untuk mendiagnosa, menangani serta merawat pasien positif Corona.

Dokter-dokter yang menjadi garda terdepan selalu siap siaga 24 jam di rumah sakit. Bahkan semua dokter baik yang tidak turun dalam menangani virus Corona pun harus tetap siap siaga di rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk berjaga-jaga jika pasien membeludak secara tiba-tiba. Nah namanya dalam dunia kedokteran adalah serangan jaga.

Banyak netizen yang sering kali goreng pekerjaan dokter. Mereka beranggapan bahwa semua dokter harus selalu melayani pasien. Hal ini sangatlah salah, karena dokter itu tidak selalu dibelakang tempat praktek untuk menyembuhkan pasien. Berbagai macam ranah pekerjaan seorang wisudawan lulusan kodekteran, yaitu menjadi menteri kesehatan yang membuat kebijakan kesehatan, bekerja di asuransi yang membuat hukum kesehatan, mengatur rumah sakit, agen kuratif, agen preventif, menjadi ilmuwan kesehatan, serta peneliti kesehatan. 

Netizen yang goreng dokter tidak tahu seberapa penting dokter di Indonesia. Karena perbandingan antara jumlah dokter dengan jumlah pasien tidaklah seimbang. Ditambah dengan pandemik Covid 19 di Indonesia ini. Jika satu dokter sakit maka berapa banyak pasien yang tidak terawat. Mengingat perbandingan antara dokter dengan pasien ialah 1:1000. 

Jadi 1 dokter lawan 1000 pasien. Bahkan dokter-dokter dalam menangani pasien BPJS perbandingannya itu 1 dokter lawan 6000 pasien. Indonesia masih kekurangan dokter ditambah dengan penyebaran dokter yang tidak merata. Maka dari itu, para dokter yang berjuang di garda terdepan untuk Covid 19 ini harus diberikan semangat, ditunjang kesehatannya dengan cara membagikan makanan yang sehat, vitamin, alat pelindung diri, dan sebagainya. Perlu diketahui bahwa para dokter dan tenaga medis lainnya merupakan orang yang sangat rentan terkena virus Corona, karena kelelahan yang mengakibatkan daya imunnya menurun sehingga virus tersebut dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

Istilah "goreng" untuk cercaan netizen kepada pemimpin daerah ataupun negara, menteri dan juga dokter berdasarkan sudut pandang pragmatik merupakan tindak tutur yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial. Daya tuturan para netizen di media sosial dalam mengomentari sasarannya memiliki daya ilokusi yang tergolong sebagai tindak tutur evaluatif. Selain itu, tuturan tersebut juga menunjukkan tindakan yang mengandung tindak makian terhadap lawan tutur. 

Oleh karena itu, dapat dikategorikan sebagai sifat dan wujud lawan tutur dengan kategori yang rendah dan negatif. Para netizen melakukan tindak makian tersebut dengan cara mengevaluasi kinerja kerja sasarannya dengan kategori yang rendah dan negatif. Berdasarkan tuturan tersebut dapat diketahui makna yang terdapat dalam tuturan lebih dipengaruhi oleh konteks penuturan sehingga maknanya tidak selalu sama dengan kata dalam kalimat yang dituturkan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun