Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Masih Perlu Belajar tentang Budaya

12 Desember 2018   00:56 Diperbarui: 12 Desember 2018   07:26 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah gencarnya berbagai kalangan menyebutkan betapa perlunya melestarikan budaya beserta nilai-nilai yang terkandung didalamnya -- ternyata dalam perjalanannya nampak diciderai oleh peristiwa yang kurang mendukung.

Kasus pembubaran persiapan sedekah laut yang terjadi di kawasan wisata pantai pesisir selatan Kabupaten Bantul DIY beberapa waktu lalu merupakan peristiwa yang perlu mendapat perhatian sekaligus keprihatinan bersama.

Seperti terpetik dalam kumparan.com, 14 Oktober 2018 bahwa sedekah laut Pisungsung Jaladri yang rencananya dilaksanakan di Pantai Baru, Kecamatan Sanden, batal dilaksanakan. Adanya intimidasi kelompok masyarakat tertentu diduga menjadi penyebabnya. Puluhan massa yang merusak properti tersebut juga memasang spanduk yang menyatakan tradisi tersebut syirik. Warga akhirnya memutuskan untuk membatalkan acara labuhan dan kirab budaya.

Peristiwa tersebut selanjutnya menuai respons dari berbagai pihak. Diantaranya Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini angkat bicara mengenai peristiwa pembubaran persiapan sedekah laut tersebut. "Masyarakat tidak boleh main hakim sendiri, Indonesia itu bukan negara agama, tapi negara yang beragama. Kalau ada tudingan kegiatan itu dianggap musyrik, lha orang-orang yang bukan beragama Islam bisa dianggap musyrik semua" (Soal Pembubaran Sedekah Laut di Bantul, PBNU: Indonesia Bukan Negara Agama!).

Respons juga disampaikan Bupati Bantul Suharsono, beliau tidak takut untuk kembali menggelar acara Sedekah Laut tahun depan meski tahun ini terjadi perusakan terhadap beberapa properti. Disebutkan "Tradisi budaya tidak boleh dikaitkan dengan agama. Jangan dicampur-adukkan. Saya akan lawan," ujar Suharsono. Ia menilai perusakan yang dilakukan segerombolan orang itu karena mencampuradukkan budaya dengan agama. Langkah tersebut tak sesuai dengan upaya pelestarian nilai tradisi dan budaya di DIY (Bupati Bantul akan lawan pihak yang melarang dan merusak Sedekah Laut)

Sedangkan Sultan Hamengkubuwono X, yang juga Gubernur Yogyakarta menyayangkan dibubarkannya aksi persiapan ritual sedekah laut di Bantul, Yogyakarta, oleh kelompok orang yang menilai ritual tersebut sebagai musyrik atau menduakan Tuhan. "Namanya tradisi ya tradisi, jangan merasa benar sendiri, saling menghargai itu sesuatu yang baik," ujarnya (Sultan Yogya Kecam Pembubaran Ritual Larung Laut).

Atas kejadian atau peristiwa seperti cuplikan berita diatas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian, di antaranya persepsi dan pemahaman tentang budaya yang tidak sama sehingga dalam memaknai praktek budaya dalam kehidupan itu terjadi kesalahpahaman.

Kesalahpahaman ini jika terus berlanjut tanpa terkendali, bukan tidak mungkin hanya akan mengundang benturan terjadi disana-sini. Salah satu langkah untuk mengantisipasi agar peristiwa tersebut tidak terulang -- maka menurut hemat penulis betapa masih perlunya kita selalu belajar tentang budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakat terutama di negeri ini.

Budaya sebagai tontonan (artefak) atau produk barang yang kasat mata bisa kita lihat dalam beragam bentuk kesenian dengan estetikanya yang diciptakan masyarakat dan dapat ditemui di berbagai penjuru tanah air.

Demikian halnya dalam setiap tontonan tersebut, secara tidak kasat mata juga mengandung makna berupa nilai, norma yang melekat didalamnya. Disinilah nilai kearifan di masing-masing lokal banyak ditemui sebagai bagian dari bagaimana masyarakat menjalani kehidupan terutama oleh komunitas/para pendukungnya.

Kebiasaan ataupun kegiatan yang sudah berlangsung sejak jaman dahulu selanjutnya sering disebut tradisi yang turun-menurun dan berlangsung pada waktu tertentu ini tidak pernah akan mengganggu stabilitas sosial dan stabilitas keamanan. Namun justru sebaliknya yaitu memperkuat dan memperkokoh suasana kondusif sehingga keberagaman tradisi semakin mendorong toleransi serta penguatan nilai sesuai kebhinnekaan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun