Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dulu Pakai Kacamata Takut Culun, Sekarang Malah Jadi Gaya

15 Januari 2017   21:51 Diperbarui: 19 Januari 2017   11:39 3754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Terima kasih kaca mata, karenamu duniaku berkualitas HD (High Definition) kembali. 

Susahnya Berteman dengan Kacamata..

Saya masih duduk di kelas satu SMA, saat divonis eh dinyatakan memiliki kelainan mata miopi, rabun jauh atau minus. Jujur, saya pribadi butuh waktu untuk berteman dengan kacamata,lho.

Jadi..ceritanya dengan beralasan masih kecil si angka minus yang saya miliki, saya jadi sering mengabaikan kacamata saya. Lepas-pakai-lepas,lepas,lepas. Kok banyakan lepas? Iya..memang gitu kenyataannya. Rata-rata pengunaan kacamata hanya saya pakai disaat pelajaran berlangsung saja. Itupun tidak semua mata pelajaran sih. Kalau dirasa masih bisa ngelihat, ngapain dipake? 

Karena kebiasaan lepas pakai yang banyak lepasnya itu, atau bisa dikatakan tidak rajin memakai kacamata, kejadian kacamata yang jadi lupa dibawa ke sekolah pun sering terjadi, kadang  malah suka mendadak hilang gara-gara lupa taruh. Padahal tidak melulu saya berhasil “memaksa” mata berakomodasi, apalagi kalau guru nulisnya pakai kapur tulis dan saya duduknya dibelakang.  Mau gak mau, kalau sudah begini ya saya selalu meminta bantuan teman disebelah untuk membacakannya atau  mengcopy catatan teman saja deh,biar cepet.

Meskipun saya tahu risikonya jika tidak memakai kaca mata saat sudah minus bisa jadi makin bertambah.Tapi, saya masih aja ngeyel. Dengan pembelaan “Bukannya , yang pakai kacamata juga bisa nambah juga toh?”. Hingga kemudian risiko itu ternyata benar kejadian, minusnya  tambah. Dari minus nol koma jadi satu koma. 

Kebiasaan tidak berkacamata ini juga berhasil membuat teman yang tidak sekelas dan bahkan tetangga saya sendiri mengenal saya sebagai orang yang  tidak berkacamata. Tak heran kemudian , jika justru  mereka jadi suka kaget sendiri ketika saya kebetulan sedang memakainya., "Loh, listhia..kamu kok pakai kacamata?".

Ntah itu cuma perasaan, tapi saya selalu merasa kacamata membuat saya aneh dan terlihat...culun,kurang keren.   Ya, secara itu zaman tujuh tahun lalu, model framenya tidak sebanyak hari ini, kebanyakanpun modelnya pun gitu-gitu aja, seragam. Menariknya,selidik punya selidik nih, ternyata  bukan saya saja yang melakukan “lepas pakai banyak lepasnya” ini. Beberapa teman juga sama, menyembunyikan bahwa sebenarnya mereka berkacamata. Apa mungkin kami sepikiran?bisa jadi.

Baru dua tahun belakangan ini saya mulai belajar berteman dengan kacamata, membuatnya jadi barang wajib yang tidak boleh dilupakan dan harus nyantol di telinga. Alasannya karena angka minus itu jadi tambah hmmmmm menyentuh angka tiga.  Juga karena lelah dikatain sombong kalau disapa nggak nyaut, padahal mah emang udah gak liat alias burem.

Ya, akhirnya saya datang ke optik dan memberanikan diri untuk melakukan pengecekan mata setelah sekian lama tidak datang kembali padanya. Saya bahkan sempat “dimarahi” karena ketahuan tidak sering menggunakannya, ini terbukti dari angka minus yang melonjak cukup banyak. Maka, sejak itu saya berkomitmen untuk jadi gadis berkacamat deh. Membuat kacamata jadi sahabat baik saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun