Setiap aku menghadirkan kamu pasti ada sesal kemudian. Susah payah kubangun benteng penghalau rindu, diserang kata darimu aku gampang sekali runtuh.
Jatuh, tapi bukan cinta. Patah, tapi tidak lagi pakai hati.
Sial! Mana sadarku datang saat kamu tak lagi di jangkauan.
Aku yang melarangmu masuk hidupku, aku juga yang membangkang.
Apakah kita sudah benar-benar sampai di halaman terakhir?
Jujur ingin aku lanjutkan, tapi ceritanya akan sama saja. Seperti buku yang sudah kubaca, terbaca akan ke mana ujung akhirnya.
Manusia menulis buku, bukan menulis ulang takdir. Kalau bukan kamu yang digariskan dan bukan aku orangnya.
Mau apa?