Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Plis, Jangan Silau Dulu dengan Angka-angka di Instagram"

9 Juni 2020   22:36 Diperbarui: 10 Juni 2020   02:22 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi | Photo by Christian Wiediger on Unsplash (unsplash.com/@christianw)

Coba pakai "kacamata"-nya, ketahuan deh.
Lagi-lagi saya akan membahas media sosial yang satu ini: Instagram. Ya, berhubung saya juga sedang senang membangun konten di sana, jadi bahasan soal per-instaragam-an membuat saya lebih tertarik lagi deh. Mudah-mudahan siapapun yang menemukan tulisan ini memiliki rasa ketertarikan yang sama. Ehem, ciee~

Tentunya karena ada sesuatu, akhirnya saya memutuskan untuk menulis tentang Instagram. Ada pemicu yang membuat saya gemas dan tidak ingin saya pendam sendiri. Siapa tahu ini juga bisa jadi sarana penyebaran informasi yang bermanfaat, yakan?

Jadi begini.
Awal pemicunya berasal dari sebuah pengumuman lomba video di Instagram. Memang sih akun saya tidak terlibat dalam lomba tersebut, tapi saya mau tahu dan dengan sengaja mengikuti jalannya perlombaan dari awal sampai akhir. Memantau seperti apa sih cara mereka bekerja? Mereka dari sisi peserta dan tentu juga panitia.

Dalam peraturan lomba tersebut ada peraturan yang saya baca yaitu akan ada poin tambahan bagi jumlah suka/likes dan tayang/views. Iya, poin tambahan yang saya pikir artinya bukan satu-satunya penilaian dari lomba. Namun pada akhirnya pemenang yang diumumkan punya kecenderungan memilik jumlah suka terbanyak dong. Wahhhhh!

Memang Apa Salah "Likes" dan "Views" di Instagram? 

Bukan berarti saya tidak setuju dengan penggunaan indikator tersebut. Tidak. Memang keduanya bisa menjadi penilaian terhadap sebuah konten (kalau memang tanpa bantuan yang instan-instan itu). Makin menarik konten, harapannya makin menarik keduanya meningkat bukan?


Akan tetapi...
Perlu juga diingat bahwa di zaman sekarang ini banyak yang instan termasuk dalam mencari jumlah suka dan tayangan. Tinggal pilih saja mau berbayar atau yang gratis (padahal ya tidak juga karena sesungguhnya ada data yang jadi alat tukarnya).

Kok saya bisa seyakin itu? Apa karena saya pemakai jasanya? Iya, saya pernah melakukan tetapi sebatas eksperimen semata. Ceritanya bisa kalian baca di sini, deh. [klik]

Kembali lagi soal jumlah suka dan tayangan. Amat sangat disayangkan, jika sebuah lomba hanya dilihat dari penilaian tersebut. Karena mengingat yang terjadi saat ini, angka-angka yang kelihatan bombastis itu hanyalah angka yang tidak berarti apa-apa. Angka yang berasal dari akun-akun bukan orang.

Jadi kalau berpikir bahwa dengan jumlah keduanya yang kelihatan "WOW!" berarti konten tersebut memiliki tingkat ketertarikan tinggi, jawabannya tidak mesti. Justru seharusnya malah diselidiki, kok bisa begitu?

Tanpa Aplikasi, Begini Cara Agar Tidak Silau dengan Angka-angka di Instagram

Ini adalah cara yang sering saya gunakan. Cara yang juga suka direkomendasikan ketika kamu ingin tahu caranya lewat mesin pencarian. Tanpa aplikasi dan dijamin tidak akan mengganggu akun-akun siapapun.

Pertama, bandingkan unggahannya. Paling gampang adalah dengan memperkirakan jumlah suka yang biasanya akun tersebut dapatkan. Kita tentu pantas bertanya-tanya, jika biasanya akun tersebut hanya mendapat suka sebanyak 20 per unggahan, kenapa bisa jadi mencapai 1000 di unggahan yang baru? Kok sedrastis itu? 

Hal yang sama berlaku juga dengan video. Jika punya perbandingannya, kalian bisa juga mendeteksi dari jumlah tayangan yang tidak wajar. Biasanya tidak sampai 100 kenapa bisa hampir 5.000?

Angka-angka yang terlalu melejit inilah yang bisa jadi tanda-tanda adanya kepalsuan. Ya, bukan mau berpikir negatif juga. Hanya saja hal ini akan mustahil terjadi kecuali jika konten tersebut memang berhasil menjadi viral.

Memang kita tidak bisa melihat siapa saja yang melihat video kita, tetapi kita bisa melihat akun-akun mana saja yang menyukainya. Dari akun-akun penyuka konten tersebut kita juga bisa makin meyakinkan apakah ini benar atau palsu, lho. Ya, coba lihatlah akun-akun di sana apakah memang orang atau...?

Sekarang ini fake account atau akun palsu sudah pintar, tapi kita tidak boleh kalah pintar. Meski nampak seperti akun yang benar-benar ada orangnya, coba cek lebih lanjut. Bagaimana kondisi akunnya? Apakah ada unggahannya? Jumlah mengikuti kok sampai ribuan? Wah, tandai nih.

Makin lucu lagi adalah saya pernah bahkan sering menemukan akun-akun orang Indonesia tetapi justru yang menyukai bukan dari negeranya sendiri. Ya, memang bisa saja terjadi, tetapi hal ini tentu harus ada pemicunya. Misalkan saja adalah penggunaan tagar populer. 

Jika sama sekali tidak melakukan apa-apa lalu tiba-tiba muncul orang dari luar (dan tidak hanya satu dua) , rasanya harus bertanya-tanya. Kecuali jika akun tersebut seorang artis dunia sih. HAHA.

Jangan Menghamba pada Angka-angka

Melalui tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan apa yang bisa terjadi di balik angka-angka itu. Angka yang memang bisa membuat silau mata karena menciptakan ilusi kepopuleran. 

Tapi, tolong, jangan silau dulu, coba lihat apa yang sebenar-benarnya terjadi. Terlebih jika punya tujuan seperti lomba, jangan sampai "kecurangan" dan kelalaian karena tidak mencari tahu justru melupakan kreativitas konten yang lain. 

Mungkin kalian juga sudah banyak yang tahu, jadi saya hanya mengingatkan saja. Jangan silau juga dengan jumlah pengikut yang ratusan ribu, coba lihat unggahannya berapa yang suka? Apa sampai ratusan? Terutama bagi toko-toko online, tolong berhati-hatilah sebelum bertransaksi. Jumlah pengikut yang banyak bukan berarti toko itu banyak pembeli, tidak.

Jangan sampai tertyphuuuuu seperti kakak saya yang katanya lagi iseng. Woooooyyy~

Salam,
Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun