"Balon..balon...balon..."
Sejujurnya aku saja ragu. Apakah ada di situasi seperti ini bakal ada yang memanggilku? Aku rasa orang akan lebih memilih membeli sembako daripada jualanku.
"Balon..balon..balon..."
Tetapi tidak ada salahnya bukan jika aku isi balon-balon ini dengan doa-doaku juga?
***
"Kangggggg balooon beliiiiii!"
Suara itu bagai kode berhenti untukku. Kang balon, begitu panggilan mereka untukku.
"Mau balonnya satu ya, Kang?" kata anak kecil itu sambil tersengal-sengal karena berlari mengejarku.
"Yang tayoooo ya kang!" dia menunjuk balon berbentuk bus biru. Bus yang aku tahu namanya dari anak-anak kecil yang sering merengek sambil menunjuk balon itu. Aku segera mengambil balon yang ia minta, lalu memberi pemberat batu.
"Boleehh. Ini ya."
"Fahriiiiiiiiii!" teriak seorang ibu sambil melangkah ke arahku. Aku duga pasti Ibu dari anak ini. Benar.