Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Jadi Teman Buka Puasa, Saatnya Mengolah Sajian dari Buah Lokal Kita!

11 Mei 2020   23:01 Diperbarui: 11 Mei 2020   23:12 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi buah-buah lokal Indonesia | https://www.indonesiatravelguide.online/

Buah apa sih yang paling kamu suka terutama saat puasa seperti sekarang ini?

Selama bulan puasa, jangan lupa untuk tetap memenuhi kebutuhan gizi kita. Termasuk dalam pemenuhan sumber vitamin, mineral dan serat alami yang bisa kita dapatkan dari buah dan sayur yang kita konsumsi. Apalagi jadwal diperbolehkan makan yang jadi terbatasi karena puasa yang menuntut kita pandai-pandai dalam mengatur makan dengan gizi seimbang.

Dalam sehari, konsumsi buah yang direkomendasikan adalah 2-3 porsi makan. Jika di hari-hari biasa kita bisa memenuhinya di waktu selingan makan pagi dan sore, selama puasa porsi buah ini bisa kita isi saat sahur dan berbuka puasa. Terutama di waktu setelah berbuka puasa karena diwaktu tersebut kita memiliki lebih banyak waktu untuk mencukupinya.

Memenuhi kebutuhan buah dan juga sayur ini menjadi penting, mengingat pada data riskesdas terbaru (2018) menunjukkan data proporsi konsumsi buah/sayur kurang dari 5 porsi per hari pada penduduk umur lebih dari sama dengan 5 tahun di Indonesia masih sangat tinggi yaitu sebesar 95.5 persen. Yang artinya hampir Sebagian besar penduduk tidak mencukupi kebutuhan sayur dan buah dalam sehari. Wah!

Di Tengah Pandemi, Saatnya Buah Lokal Jadi Raja

Buah naga dari Vietnam, jeruk dari Australia, durian dari Thailand, pir dari China, anggur dari Amerika. Indonesia jadi pembelinya.-dalam artikel berjudul "Hari Buah Sedunia, Kenyataan dan Tantangan Indonesia" yang pernah saya tulis.

Di masa-masa pandemi seperti yang kita sedang hadapi, konsumsi beraneka makanan segar seperti buah-buahan sangat direkomendasikan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menunjang kesehatan tubuh yang lain. Tidak perlu buah-buahan yang mahal apalagi berasal dari luar, karena nyatanya hasil dari petani lokal juga tak kalah bersaingnya.

Apalagi beritanya impor buah terutama dari tiongkok mengalami penurunan semenjak adanya wabah corona. Kondisi yang bisa dimanfaatkan sebagai sebuah peluang bagi petani lokal untuk menjual hasil buah lokal mereka. Mulai dari buah-buah lokal musiman seperti manggis, duku, alpukat, buah naga dan jeruk atau buah-buahan semusim seperti pisang, jambu biji, pepaya, salak dan melon yang berbuah sepanjang tahun. 

Jumlahnya menurun tajam. Berdasarkan data BPS, impor buah-buahan pada bulan Februari pada tahun 2020 sebanyak 14,5 ribu ton, turun 45 persen dibandingkan impor di bulan sebelumnya. Kalau dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2019, impor buah turun hingga 54 persen," kata dia (Direktur Buah dan Florikultura Kementan Liferdi Lukman) dalam keterangan resmi, Rabu (8/4). -dikutip dari Jawapos

Jika selama ini buah lokal dipandang sebelah mata, kini -di tengah wabah corona- buah lokal mulai menunjukkan eksistensinya. Buah-buah lokal yang jika kita beli tidak hanya mendapat gizinya tetapi juga turut membantu meningkatkan perekonomian petani lokal.

Oya, berbicara soal buah saya jadi teringat aneka buah-buahan yang ditanam oleh Nenek di kampung halaman. Gara-gara bapak. Bapak adalah seorang lulusan pertanian. Jadi tidak heran jika beliau sangat menyukai tanaman termasuk buah-buahan.

Bapaklah yang biasanya membawa bibit buah-buahan untuk dirawat Nenek di sana. Karena kebetulan Nenek juga suka dengan bertanam, jadilah apa yang Bapak berikan memang benar-benar dirawat baik oleh Nenek dan rata-rata berhasil berbuah.

Baru beberapa waktu yang lalu, paman sempat memamerkan buah-buahan yang sudah bisa dipanen. Mulai dari alpukat dengan daging yang tebal, manggis yang segar, rambutan rapiah yang menggoda sampai pisang yang siap untuk diolah apa saja.

Biasanya di bulan Puasa seperti sekarang ini, buah-buahan di sana memang sedang banyak berbuah. Tahun lalu, saat kami bisa pulang, kami juga sempat memanen buah jeruk. Karena lumayan banyak, kami bahkan menggunakan kain untuk menangkap jeruk-jeruk yang berjatuhan.

Ya. Memanen buah adalah salah satu keseruan tiap mudik ke rumah Nenek, yang kali ini harus saya nikmati dalam versi digital. Foto-foto dari Paman. Eh malah curhat. Hehe.

Hasil panen di kampung halaman | foto kiriman paman
Hasil panen di kampung halaman | foto kiriman paman

Mengolah Buah Lokal yang Mudah dan Enak 

Ada banyak olahan buah-buahan lokal yang bisa kita kreasikan. Terlebih diwaktu puasa, sajian buka puasa dengan olahan berdasar buah biasanya menjadi pilihan. Contohnya adalah kolak pisang.

Dari banyak jenis pisang, ada  beberapa pisang memang harus diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsinya (pisang olahan). Contohnya buah pisang kepok yang biasanya ditemui pada kolak-kolak mangkok kita.

Untuk membuat kolak pisang juga tidak terlalu sulit. Bahan yang diperlukan yaitu pisang kepok, gula merah, daun pandan, air santan, vanili, serta garam dan gula secukupnya.

Setelah pisang dipotong, pekerjaan selanjutnya adalah rebus air santan, gula merah, gula pasir dan garam secukupnya, vanili, daun pandan sambil diaduk-aduk.  Kalau sudah mendidih, masukan pisang dan tunggu sampai matang. Jangan lupa dites rasanya dulu, kalau sudah oke tinggal deh sajikan. Selain pisang, bisa juga ditambah teman yang lain saat merebusnya seperti ubi atau kolang-kaling . Yummy.

Itulah cara membuat kolak pisang secara garis besar, jadi tidak saya bagi takarannya, ya. Kalau ingin mencoba, silakan coba resep yang sudah teruji dari laman berbagi resep buatan Tintin Rayner di sini, ya.

Olahan kolak pisang menjadi salah satu menu sajian berbuka puasa yang digemari Nenek dan keluarga Paman. Ya, mentang-mentang lagi panen juga kali, olahan kolak pisang yang menggoda selalu dipamerkan jelang berbuka. Oya, karena alpukat juga sedang berbuah (seperti yang saya ceritakan), kolak pisang pun ditambah dengan potongan alpukat dong. Wah, ngiler.

Apalagi gula merah di kampung halaman juga rasanya legit yang nagih. Perpaduan yang sempurna!

Kolak pisang ala keluarga paman | foto dari paman
Kolak pisang ala keluarga paman | foto dari paman

Mengolah Buah dengan Meminimalkan Nilai Gizi yang Hilang

Sedangkan sajian favorit berbahan dasar buah untuk berbuka puasa di rumah kami, Saya dan orang tua tidak terlalu ribet. Mama hanya perlu menyiapkan rebusan santan + daun pandan. Kemudian memotong buah-buahan seperti melon, pepaya, semangka, blewah, aplukat, naga, dan kolang kaling (jika ada). Kalau sudah, tinggal masukan ke mangkok dan tuang kuah rebusan santan yang sudah didinginkan. Jika dirasa kurang manis, bisa ditambah sirup. Namakan saja sop buah ala rumahan yang bisa juga kalian tiru. Mudah sekali kan?

teman buka puasa saya | dokpri
teman buka puasa saya | dokpri
Pada dasarnya buah-buahan lokal kita seperti pisang (yang bisa langsung dimakan, contoh pisang mas,pisang ambon), alpukat, jambu biji tidak perlu banyak diolah untuk menjadikannya enak. Karena buah-buahan tersebut sudah enak jika dimakan segar. Terlalu banyak diolah malahan bisa jadi mengurangi gizi yang dikandung di dalamnya.

Untuk buah-buahan yang kulitnya bisa dimakan, cara terbaik dalam mengkonsumsinya adalah dengan memakannya utuh (tidak usah dikupas, misalnya. Tetapi jangan lupa dicuci dulu, ya) untuk mendapatkan gizi dan serat yang maksimal misalnya timun, anggur, apel, dan tomat. 

Jadi sudah makan buah-buahan apa hari ini? 

Menemani Mama beli buah di langanannya | dokpri
Menemani Mama beli buah di langanannya | dokpri
Salam,

Listhia H. Rahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun